BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan pasar
yang potensial dan menggairahkan bagi produk-produk untuk solusi
pelengkap/kebutuhan sehari-hari. Kita melihat iklannya yang ditayangkan di
layar kaca setiap hari, atau yang tercetak di berbagai media massa. Mulai dari
kecap dan mie instan yang bermerek ABC, kondisi ini tentu saja terkait dengan
kebutuhan penduduk Indonesia sehingga setiap hari penduduk/masyarakat
menggunakan kecap untuk memasak karena kecap merupakan bumbu penyedap masakan agar
enak dan nikmat. Hal tersebut tentu saja merupakan peluang pasar yang cukup
besar bagi perusahaan-perusahaan kecap untuk berkembang di seluruh Indonesia,
sehingga muncullah perusahaan-perusahaan kecap dari lokal. Sebagai contoh untuk
satu jenis produk kecap ada beberapa pilihan merk misalnya : Bango, Sedap,
Indofood, dan lain-lain. Oleh karena banyaknya jumlah perusahaan kecap yang ada
di Indonesia maka syarat yang harus dipenuhi oleh suatu perusahaan agar dapat
sukses dalam persaingan adalah berusaha mencapai tujuan dengan menciptakan dan
mempertahankan pelanggan.
Agar tujuan tersebut
tercapai, maka setiap perusahaan tersebut harus berupaya menghasilkan dan
menyampaikan produk yang diinginkan konsumen dengan kualitas yang pantas.
Dengan demikian setiap perusahaan harus mampu memahami perilaku konsumen
khususnya ibu-ibu rumah tangga, karena kelangsungan hidup perusahaan tersebut
sebagai organisasi yang berusaha memenuhi kebutuhan dan keinginan para konsumen
sangat bergantung pada perilaku konsumennya. Melalui pemahaman perilaku
konsumen, pihak manajemen perusahaan dapat menyusun strategi dan program yang
tepat dalam rangka memanfaatkan peluang yang ada dan mengungguli para
pesaingnya serta tidak kalah pentingnya adalah memberikan kepuasan secara lebih
baik kepada konsumennya.
Menurut Kotler (2008:28) pemasaran adalah suatu proses
sosial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka
butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan secara bebas
mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Pemasaran sebagai subyek
pengambilan keputusan merupakan serangkaian tindak terpogram untuk memastikan
bahwa semua operasi pemasaran dapat terorganisasi dan sesuai dengan sasaran (G.
Chandra dkk, 2004:113). Salah
satu pioneer dan merupakan produsen kecap manis terbesar di Indonesia
adalah PT. Heinz ABC dengan produk andalannya yaitu kecap manis ABC. PT. Heinz
ABC dengan kecap manis merek ABC sebagai salah satu produk unggulannya telah
menguasai pasar kecap manis di Indonesia selama bertahun-tahun. Awalnya, kecap
ABC di produksi oleh perusahaan sekelas UKM, lalu pada February 1999 saham
mayoritas pendiri kecap yang terdiri atas tujuh varian ini dibeli oleh HJ Heinz
Co. Tak lama kemudian, nama perusahaan pun berubah menjadi PT Heinz ABC Indonesia.
Lewat bendera barunya, kecap ABC mengalami perubahan teknologi informasi,
proses pembuatan, dan jaringan pasar internasional. Hasilnya sejak tahun 2001,
menurut lembaga riset pasar Euromonitor International, pada tahun 2001 kecap
manis ABC menguasai 40 persen penetrasi pasar dari total pasar kecap di
Indonesia sebesar 1.6 Trilliun, lalu pada tahun-tahun selanjutnya terus mengalami
penurunan yaitu pada 2002 sebesar 38%, 2003 sebesar 36%, 2004 sebesar 34%, dan
pada tahun 2005 hanya menguasai 33 persen dari 3 Trilliun pangsa pasar (Sumber: Frontier Consulting Group, Majalah
Marketing 02/X/Februari 2010).
Tabel 1.1
Volume
Penjualan Kecap ABC Tahun 2007-2011
Tahun
|
Volume Penjualan (Botol)
|
%
|
2007
|
6500
|
20 %
|
2008
|
5000
|
16 %
|
2009
|
6000
|
19 %
|
2010
|
7000
|
22 %
|
2011
|
7500
|
23 %
|
Total
|
32000
|
100 %
|
Sumber : PT
Heinz ABC Indonesia Cabang palembang
Dengan melihat harga,
kualitas maupun desain produknya. Oleh karena itu agar produk yang ditawarkan
mampu memenuhi harapan pelanggan dan mempunyai nilai yang lebih dibandingkan
para pesaingnya, maka produsen perlu memperhatikan atribut produknya yang
merupakan unsur-unsur yang dipandang penting oleh konsumen untuk dijadikan
dasar pengambilan keputusan pembelian. Atribut produk meliputi merk, kemasan, label,
layanan pelengkap, jaminan (garansi) Fandy Tjiptono (2001 : 113).
Dari fenomena diatas mengindikasikan
bahwa minat beli konsumen kecap ABC mengalami penurunan, hal ini kemungkinan disebabkan
karena keunggulan produk yang disampaikan dalam iklan tidak sesuai dengan
kondisi produk yang sebenarnya, sehingga bagi konsumen yang sering mengalami
hal seperti ini akan meragukan kebenaran isi pesan yang disampaikan dalam iklan
tersebut, selain itu kurangnya upaya perusahaan untuk mengenalkan merek produk
ke pasar dengan berbagai inovasi, misalnya dalam bentuk kemasan, dan rasa yang
berbeda, dengan begitu konsumen akan mempunyai alternatif pilihan dalam membeli
kecap. Sehingga akan mendapatkan respon dari konsumen secara luas dan memiliki market share tersendiri, bahkan konsumen
menjadi sangat mengenal dengan merek tersebut, sehingga timbul minat untuk
membeli. Dari kondisi di atas produsen harus semakin jeli melihat kebutuhan
konsumen dan dapat menangkap peluang pasar. Bagi perusahaan strategi pemasaran
merupakan faktor penting untuk mencapai keberhasilan usahanya, dimana
perusahaan harus dapat memberikan kepuasan kepada konsumen sehingga mempunyai pandangan
yang baik terhadap perusahaan karena dengan pelanggan yang puas dapat
menciptakan loyalitas terhadap perusahaan dan mereka memberitahu orang lain
tentang pengalaman yang baik, yang pada akhirnya perusahaan dapat tumbuh dan
berkembang.
Dalam lingkungan
persaingan produk yang semakin ketat dengan masuknya produk-produk inovatif kepasaran
yang mana terdapat kondisi pasar yang jenuh untuk produk-produk, di sisi lain
usaha untuk mengelola loyalitas konsumen menjadi tantangan yang tidak mudah,
konsumen memiliki beraneka ragam kebutuhan dan keinginan yang dapat dipenuhi
dengan mengonsumsi produk tertentu. Tetapi keterbatasan daya beli dan kesediaan
untuk membeli membuat tidak semua kebutuhan dan keinginan bisa direalisasikan.
Oleh sebab itu, konsumen biasanya membuat skala prioritas dan berusaha mencari
dan membeli produk yang dinilai paling sesuai dan memuaskan. Meningkatnya
pembelian konsumen akan mampu meningkatkan daya saing perusahaan tersebut
terhadap perusahaan pesaing. Jika organisasi ingin mencapai tujuannya maka salah
satu caranya adalah pemasar membedakan produknya dengan pesaing dengan
menyediakan atribut produk yang unik oleh karena itu penting bagi pemasar untuk
mengetahui sejauh manakah atribut produknya mampu menarik konsumen untuk membelinya.
Suatu produk yang
ditawarkan ke konsumen oleh perusahaan akan bertahan di pasaran jika atribut
dari produk tersebut diterima, atribut produk adalah suatu komponen yang
merupakan sifat-sifat produk yang menjamin agar produk tersebut dapat memenuhi
kebutuhan dan keinginan yang diharapkan oleh pembeli, manfaat dari sebuah
produk ini dikomunikasikan oleh atribut produk
yang meliputi dari merek, kemasan, label, layanan pelengkap, jaminan
(garansi), atribut produk diberikan kepada konsumen bertujuan untuk menarik
pembeli dan jika atribut ini diterima maka konsumen diharapkan akan merasa puas
terhadap produk tersebut yang akhirnya menghantarkan konsumen menjadi loyal terhadap
produk tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Kotler (2008) yang menyatakan bahwa
atribut produk adalah suatu komponen yang merupakan sifat-sifat produk
yang menjamin agar produk tersebut dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan yang
diterapkan oleh pembeli.
Keputusan pembelian
merupakan suatu proses pengambilan keputusan yang dilakukan untuk menetapkan
kebutuhan akan barang dan jasa yang perlu dibeli serta mengidentifikasi,
mengevaluasi dan memilih diantara alternatif merek. Konsumen cenderung membeli
produk yang disukainya dari segi merek yang paling disukainya. Dan tugas dari
produsen adalah memenuhi keinginan konsumen guna menarik konsumen untuk membeli
produk mereka untuk mencapai tujuan organisasi.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis
tertarik untuk melakukan penelitian dan mengambil judul ”Pengaruh Atribut Produk Terhadap Keputusan Pembelian Kecap ABC (Studi Kasus Ibu Rumah Tangga Di Kecamatan Sukarame Palembang)”
1.2. Perumusan Masalah
Permasalahan
yang diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a.
Apakah
atribut produk yang meliputi merek, label, kemasan dan layanan pelengkap berpengaruh secara simultan terhadap keputusan pembelian?
b.
Apakah
atribut produk yang meliputi merek, label, kemasan dan layanan pelengkap berpengaruh secara parsial terhadap keputusan pembelian?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui pengaruh secara
simultan atribut produk yang meliputi merek,
label, kemasan dan layanan pelengkap berpengaruh secara simultan terhadap keputusan pembelian.
b. Untuk mengetahui secara parsial pengaruh
atribut produk yang meliputi merek, label, kemasan dan layanan pelengkap berpengaruh secara parsial terhadap
keputusan pembelian.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Manfaat
Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat membantu mendapatkan gambaran tentang mengenai
faktor-faktor yang diidentifikasi mempengaruhi loyalitas pelanggan beserta
hubungan antar variable-variabel dalam penelitian ini sehingga dapat mengambil
keputusan dan menerapkan kebijakan yang tepat dalam rangka meningkatkan
loyalitas pelanggan.
2. Manfaat Teoritis
Sebagai salah satu bahan informasi atau bahan
kajian dalam menambah pengetahuan dalam
bidang manajemen pemasaran khususnya mengenai pengaruh atribut produk terhadap
loyalitas pelanggan dalam suatu perusahaan.
1.5. Sistematika Penulisan
Penulisan
skripsi ini terbagi atas lima bab yang secara umum dapat diuraikan sebagai
berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang
pemilihan judul, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,serta
sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi tentang teori-teori serta pendapat para ahli yang
merupakan dasar dalam melakukan penilaian atas permasalahan yang dibahas yaitu:
konsep pemasaran, pengertian produk, pengertian atribut produk.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini menguraikan tentang rancangan penelitian, data yang digunakan,
teknik pengumpulan data serta metode analisis.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisikan uraian mengenai hasil
penelitian yang telah dilakukan dan pembahasan yang telah dilakukan.
BAB V KESIMPULAN
DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan dari hasil
penelitian yang telah dilakukan dan saran yang penulis berikan kepada pihak
perusahaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1 Konsep Pemasaran dan Orientasi Pada Konsumen
Perusahaan yang
sudah mengenal bahwa pemasaran merupakan faktor penting untuk mencapai sukses
utamanya, akan mengetahui adanya cara dan falsafah yang baru yang terlibat
didalamnya. Cara dan falsafah baru ini disebut konsep pemasaran. Sebagai
falsafah bisnis, konsep pemasaran bertujuan memberikan kepuasan terhadap
keinginan dan kebutuhan konsumen, atau berorientasi pada konsumen.
Swastha (2007 :113) menyatakan
bahwa tiga unsur pokok konsep pemasaran adalah :
1.
Orientasi pada
konsumen
Perusahaan yang
benar-benar ingin memperhatikan konsumen harus :
a. Menentukan kebutuhan pokok
dari pembeli yang akan dilayani dan dipenuhi.
b. Menentukan kelompok pembeli
yang akan dijadikan sasaran penjualan. Karena perusahaan tak mungkin dapat
memenuhi segala kebutuhan pokok konsumen, maka perusahaan harus memilih
kelompok pembeli tertentu bahkan kebutuhan tertentu dari kelompok pembeli
tersebut.
c. Menentukan produk dan program
pemasarannya. Untuk memenuhi kebutuhan yang berbeda-beda dari kelompok pembeli
yang dipilih sebagai sasaran, perusahaan dapat menghasilkan barang-barang
dengan tipe model yang berbeda-beda dan dipasarkan dengan program pemasaran
yang berlainan.
d. Mengadakan penelitian pada
konsumen. Untuk mngukur, menilai dan menafsirkan keinginan, sikap, serta
perilaku mereka.
e. Menentukan dan melaksanakan
strategi yang paling baik. Apakah menitikberatkan pada mutu yang tinggi, harga
yang murah, atau model yang menarik.
2. Penyusunan kegiatan pemasaran
secara integral
Pengintegrasian
kegiatan pemasaran berarti bahwa setiap orang dan setiap bagian dalam
perusahaan turut berkecimpung dalam suatu usaha yang terkoordinir untuk
memberikan kepuasan konsumen sehingga tujuan perusahaan dapat direalisir.
Selain itu harus terdapat juga penyesuaian dan koordinasi antara produk, harga,
saluran distribusi dan promosi untuk menciptakan hubungan pertukaran yang kuat
dengan konsumen. Artinya harga jual harus sesuai dengan kualitas produk,
promosi harus disesuaikan dengan saluran distribusi, harga dan kualitas produk
dan sebagainya. Usaha-usaha ini perlu dikoordinasikan dengan waktu dan tempat.
3. Kepuasan konsumen
Faktor yang akan
menentukan apakah perusahaan dalam jangka panjang akan mendapatkan laba, ialah
banyak sedikitnya kepuasan konsumen yang dapat dipenuhi. Ini tidaklah berarti
bahwa perusahaan harus berusaha memaksimalkan kepuasan konsumen tetapi
perusahaan harus mendapatkan laba dengan cara memberikan kepuasan kepada
konsumen. Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa
perkembangan masyarakat dan teknologi telah menyebabkan perkembangan konsep pemasaran.
Sekarang perusahaan dituntut untuk dapat menanggapi cara-cara atau kebiasaan masyarakat.
Dengan demikian maka perusahaan dapat memberikan kemakmuran kepada konsumen dan
masyarakat untuk jangka panjang.
2.1.2
Pengertian Produk
Kotler (2008: 231) mendefenisikan bahwa produk adalah suatu sifat
yang kompleks dapat diraba, termasuk bungkus, warna, harga, prestasi perusahaan
dan pengecer yang diterima oleh pembelian untuk memuaskan kebutuhan dan
keinginan. Batasan produk adalah suatu yang dianggap memuaskan kebutuhan dan keinginan.
Produk dapat berupa suatu benda ( object ), rasa ( service ),
kegiatan ( acting ), orang ( person ), tempat ( place ),
organisasi dan gagasan dimana suatu produk akan mempunyai nilai lebih dimata
konsumen, jika memiliki keunggulan dibanding dengan produk lain yang sejenis.
Definisi lain
tentang produk menurut Swasta dan Sukotjo (2008:18) menyatakan bahwa suatu sifat yang kompleks, baik
dapat diraba maupun tidak dapat diraba, termasuk bungkus, warna, harga,
prestise perusahaan dan pengecer yang diterima oleh pembeli untuk memuaskan
keinginan dan kebutuhan. Dari definisi tentang produk diatas pada dasarnya
semua pendapat memberi suatu makna yaitu produk adalah segala sesuatu yang
dapat memenuhi dan memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia, baik yang dapat
diraba atau nyata maupun tidak dapat diraba atau jasa atau layanan.
Nurudin (2007:192) mutu adalah keseluruhan ciri serta sifat dari
suatu produk atau pelayanan yang berpengaruh pada kemampuannya untuk memuaskan
kebutuhan yang dinyatakan atau yang tersirat bagi konsumen, oleh karena itu
mutu atau kualitas produk sangat penting untuk diperhatikan oleh perusahaan
atau produsen dalam rangka memenuhi satisfaction customer. Menurut
Assauri (2008:113) semua pembahasan, pengertian dan lingkup
yang terkandung dari suatu produk di mulai dengan konsep produk tersebut. Dalam
konsep produk perlu dipahami tentang wujud dari itu sendiri. Wujud produk
adalah ciri-ciri atau sifat-sifat produk yang dilihat oleh konsumen dan
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan. Penekanan wujud fisik produk
adalah termasuk fungsi dari produk tersebut disamping desain, warna, ukuran dan
pengepakannya. Dari wujud produk fisik inilah konsumen atau pembeli dapat
membedakan antara satu produk dengan produk yang lainnya.
2.1.3 Atribut Produk
Kotler (2008: 152) menyatakan bahwa
atribut produk adalah suatu komponen yang merupakan sifat-sifat produk
yang menjamin agar produk tersebut dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan yang
diterapkan oleh pembeli. Definisi produk menurut Stanton (2007:119)
sekumpulan atribut yang nyata dan tidak nyata didalamnya sudah tercakup warna,
kemasan, prestise pengecer dan pelayanan dari pabrik, serta pengecer yang
mungkin diterima oleh pembeli sebagai suatu yang bisa memuaskan keinginannya.
Fandy Tjiptono (2008:213) atribut produk meliputi:
1. Merek, merupakan nama, istilah, tanda, simbol
atau lambang, desain, warna, gerak atau kombinasi atribut produk lain yang
diharapkan dapat memberikan identitas dan differensiasi terhadap produk
lainnya.
2. Kemasan, merupakan proses yang berkaitan dengan
perancangan dan pembuatan wadah (container) atau pembungkus (wrapper)
untuk suatu produk.
3. Pemberian label (labeling) merupakan
bagian dari suatu produk yang menyampaikan informasi mengenai produk dan
penjualan, sebuah label bisa merupakan bagian dari kemasan atau bisa merupakan etiket
( tanda pengenal) yang dicantumkan dalam produk.
4. Layanan Pelengkap
( suplementari service ) dapat diklasifikasikan: informasi, konsultasi, ordering, hospiteli,
caretaking, billing, pembayaran.
5. Jaminan
(garansi) yaitu janji yang merupakan kewajiban produsen atas produk pada
konsumen, dimana para konsumen akan diberi ganti rugi bila produk ternyata
tidak berfungsi sebagaimana yang dijanjikan.
Dengan adanya
atribut yang melekat pada suatu produk yang digunakan konsumen untuk menilai
dan mengukur kesesuaian karakteristik produk dengan kebutuhan dan keinginan.
Bagi perusahaan dengan mengetahui atribut-atribut apa saja yang bisa
mempengaruhi keputusan pembelian maka dapat ditentukan strategi untuk
mengembangkan dan menyempurnakan produk agar lebih memuaskan konsumen.
Menurut Kotler dan Amstong (2008:99) mengelompokan atribut
produk kepada tiga unsur penting, yaitu kualitas produk (product quality),
fitur produk (product features), dan desain produk (Product design)
1. Kualitas produk (Produk quality)
Kualitas
produk menurut kotler dan amstrong (2008 : 112) “The Ability of a product to perform its
funtions” yang berarti kemampuan suatu produk dalam memberikan kinerja
sesuai dengan fungsinya. Kualitas yang sangat baik akan membangun kepercayaan
konsumen sehingga merupakan penunjang kepuasan konsumen.
2. Fitur
Produk (Product features)
Fitur produk merupakan
sarana kompetitif untuk membedakan produk satu dengan
produk-produk pesaing seperti yang dikemukakan oleh kotler dan amstrong (2008:187) bahwa feature
are competitive tool for diferentiating the company’s product from competitor’s
product, yang artinya fitur adalah alat untuk bersaing yang membedakan
produk suatu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Fitur produk identik dengan
sifat dan sesuatu yang unik, khas dan istimewa yang tidak dimiliki oleh produk
lainnya. Biasanya karakteristik yang melekat dalam suatu produk merupakan hasil
pengembangan dan penyempurnaan secara terus menerus
3. Desain produk (product design)
Desain memIliki konsep yang lebih luas daripada
gaya (style), desain selain mempertimbangkan
faktor penampilan, juga untuk bertujuan memperbaiki kinerja produk, mengurangi
biaya produksi, dan menambah keunggulan bersaing. Menurut kotler (2008:119) mengartikan desain
atau rancangan adalah totalitas keistimewaan yang mempengaruhi penampilan
fungsi produk dari segi kebutuhan pelanggan.
2.1.4 Pengertian
perilaku konsumen
Semakin majunya perekonomian dan teknologi,
berkembang pula strategi yang harus dijalankan perusahaan, khususnya dibidang
pemasaran. Untuk itu perusahaan perlu memahami atau mempelajari perilaku
konsumen dalam hubungannya dengan pembelian yang dilakukan oleh konsumen
tersebut. Dalam menentukan jenis produk atau jasa, konsumen selalu
mempertimbangkan tentang produk atau jasa apa yang dibutuhkan, hal ini dikenal
dengan perilaku konsumen. Perilaku konsumen merupakan tindakan-tindakan
individu yang secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh, mengkonsumsi dan
menghabiskan produk atau jasa termasuk di dalamnya proses pengambilan keputusan
yang mendahului dan mengikuti tindakan-tindakan tersebut (Engel dkk, 2005: 123 ).
Kotler dan Amstrong (2008 : 98) mengartikan perilaku konsumen sebagai perilaku pembelian konsumen akhir,
baik individu maupun rumah tangga yang membeli produk untuk konsumsi personal.
Perilaku konsumen (consumer behavior) adalah kegiatan-kegiatan individu
yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan
dan mempergunakan barang-barang dan jasa-jasa tersebut didalamnya proses
pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut (
Handoko, 2007 :143).
Menurut Swastha (2008: 8) perilaku konsumen adalah kegiatan individu
yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang-barang
dan jasa-jasa termasuk didalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan
dan penentuan kegiatan kegiatan.
Dari pengertian diatas dapat
disimpulkan bahwa tindakan atau keputusan konsumen sebagai individu atau
kelompok untuk menentukan pilihannya atas penggunaan atau pembelian. Tindakan-tindakan yang dilakukan oleh
individu, kelompok maupun organisasi yang berhubungan dengan proses pengambilan
keputusan dalam memilih, membeli dan memakai barang dan jasa-jasa, semata-mata
untuk memuaskan kebutuhannya.
2.1.5 Faktor yang Mempengaruhi
Perilaku Membeli
Setiap masyarakat
selalu mengembangkan suatu sistem dalam memproduksi dan menyalurkan barang dan
jasa. Dalam masyarakat industri yang sudah maju, sistem ini sangat kompleks dan
barang-barang yang tersedia beraneka ragam. Untuk memahami perilaku masyarakat
dalam pembelian barang tersebut dibutuhkan studi tersendiri. Perusahaan pun berkepentingan
dengan hampir setiap kegiatan manusia.
Handoko, (2008:44)
menyatakan bahwa perilaku konsumen adalah kegiatan-kegiatan individu yang
secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang dan jasa,
termasuk didalamnya dalam proses pengambilan keputusan pada persiapan dan
penentuan kegiatan-kegiatan tersebut.
Perilaku kosumen menyangkut masalah keputusan
yang diambil seseorang dalam persaingannya dan penentuan untuk mendapatkan dan
mempergunakan barang dan jasa. Menurut Schifman dan Kanuk (2006:86), perilaku konsumen adalah proses yang
dilalui oleh seseorang dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan
bertindak pasca konsumsi produk, jasa maupun ide yang diharapkan bisa memenuhi
kebutuhannya. Menurut Setiadi, (2007:67), perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung
terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk atau jasa,
termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan ini.
1. Faktor Budaya
Faktor budaya memiliki
pengaruh yang luas dan mendalam terhadap perilaku. Peran budaya, sub-budaya dan kelas sosial pembeli sangatlah
penting.
a. Budaya
Budaya adalah penentu keinginan dan
perilaku yang paling mendasar.
b. Sub-Budaya
Sub-budaya terdiri dari bangsa, agama,
kelompok ras, dan daerah geografis. Banyak sub-budaya yang membentuk segmen
pasar penting, dan pemasar sering merancang produk dan program pemasaran yang
disesuaikan dengan kebutuhan mereka.
c. Kelas Sosial
Pada dasarnya semua masyarakat memiliki
strata sosial. Strata tersebut kadang-kadang berbentuk sistem kasta dimana
anggota kasta yang berbeda dibesarkan dengan peran tertentu dan tidak dapat
mengubah keanggotaan kasta mereka. Kelas sosial menunjukan preferensi produk dan
merek yang berbeda dalam banyak hal. Beberapa pemasar memusatkan usaha mereka
pada satu kelas sosial.
2. Faktor Sosial
Sebagai tambahan atas faktor
budaya, perilaku seorang konsumen dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial seperti
kelompok acuan, keluarga, serta peran dan status.
a. Kelompok Acuan
Kelompok Acuan adalah seseorang terdiri
dari semua kelompok yang memiliki pengaruh langsung (tatap muka) atau tidak
langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang. Pemasar berusaha
mengidentifikasi kelompok acuan pelanggan mereka. Namun, tingkat pengaruh
kelompok acuan terhadap produk dan merek adalah berbeda-beda. Kelompok acuan
mempunyai pengaruh kuat atas pilihan produk dan pilihan merek.
b. Keluarga
Keluarga adalah organisasi pembelian
konsumen yang paling penting dalam masyarakat, dan ia telah menjadi obyek
penelitian yang ekstensif. Anggota keluarga merupakan kelompok acuan primer
yang paling berpengaruh.
c. Peran dan Status
Peran meliputi kegiatan yang diharapkan
akan dilakukan oleh seseorang. Setiap peran memiliki status, orang-orang
memilih produk yang mengkonsumsikan peran dan status mereka dalam masyarakat.
3. Faktor Pribadi
Keputusan pembeli juga
dipengaruhi oleh karakteristik pribadi. Karakteristik tersebut adalah usia dan
tahap siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian
dan konsep diri pembeli.
a. Usia dan tahap siklus hidup
Orang membeli barang dan jasa yang
berbeda sepanjang hidupnya. Konsumsi juga dibentuk oleh siklus hidup keluarga.
Pemasar sering memilih kelompok berdasarkan siklus hidup sebagai pasar sasaran
mereka. Namun perlu ditambahkan bahwa rumah tangga yang menjadi sasaran tidak
selalu berdasarkan konsep keluarga.
b. Pekerjaan
Pekerjaan seseorang juga mempengaruhi
pola konsumsinya. Pemasar berusaha mengidentifikasi kelompok pekerjaan yang
memiliki minat di atas rata-rata atas produk dan jasa mereka.
c. Keadaan Ekonomi
Pilihan produk sangat dipengaruhi oleh
keadaan ekonomi seseorang. Keadaan ekonomi terdiri dari penghasilan yang dapat
dibelanjakan (tingkat,
kestabilan, pola waktu), tabungan dan aktiva (persentase yang lancar atau
likuid), hutang, kemampuan untuk meminjam, dan sikap atas belanja atau
menabung. Pemasar barang-barang yang peka terhadap harga terus menerus
memperhatikan trend penghasilan pribadi, tabungan dan tingkat bunga. Pemasar
dapat mengambil langkah-langkah untuk merancang ulang, melakukan penempatan
ulang, dan menetapkan kembali harga produk mereka sehingga mereka dapat terus
menawarkan nilai pada pelanggan sasaran.
d. Gaya hidup
Orang-orang yang berasal dari sub-budaya,
kelas sosial, dan pekerjaan yang sama dapat memiliki gaya hidup yang berbeda.
Pemasar mencari hubungan antara produk mereka dan gaya hidup kelompok. Dengan demikian
pemasar dapat dengan lebih jelas mengarahkan merek pada gaya hidup achiever.
Copywriter iklan kemudian dapat menggunakan kata-kata dan simbol yang menarik bagi achiever.
e. Kepribadian dan konsep diri
Setiap orang memiliki kepribadian yang
berbeda yang mempengaruhi perilaku pembeliannya. Kepribadian biasanya dijelaskan
dengan menggunakan ciri-ciri seperti kepercayaan diri, dominasi, otonomi,
ketaatan, kemampuan bersosialisasi, daya tahan dan kemampuan beradaptasi.
Kepribadian dapat menjadi variabel yang sangat berguna dalam menganalisa
perilaku konsumen, asalkan jenis kepribadian tersebut dapat diklasifikasikan
dengan akurat dan asalkan terdapat korelasi yang kuat antara jenis kepribadian
tertentu dengan pilihan produk atau merek.
4. Faktor Psikologis
Pilihan barang yang dibeli oleh seseorang dipengaruhi oleh faktor
psikologis
yang
utama, yaitu :
a. Motivasi
Menurut J. Moskowits dan Setiadi, (2003:94)
motivasi didefinisikan sebagai inisiasi dan pengarahan tingkah laku dan
pelajaran motivasi sebenarnya merupakan pelajaran tingkah laku. Motivasi dapat
diartikan sebagai pemberi daya penggerak yang menciptakan kegairahan seseorang
agar mereka mau bekerjasama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala
upayanya untuk mencapai kepuasan. Suatu kebutuhan dapat diartikan sebagai suatu keadaan
internal yang menyebabkan hasil-hasil tertentu tampak menarik. Suatu kebutuhan
yang tak terpuaskan menciptakan tegangan yang merangsang dorongan-dorongan yang
ada dalam diri individu yang bersangkutan. Dorongan ini apabila dicapai akan
memenuhi kebutuhan itu dan mendorong ke arah pengurangan tegangan. Perilaku
yang termotivasi diprakarsai oleh pengaktifan kebutuhan atau pengenalan
kebutuhan. Kebutuhan atau motif diaktifkan ketika ada ketidakcocokan yang
memadai antara keadaan aktual dengan keadaan yang diinginkan. Konsumen selalu
dihadapkan pada persoalan biaya atau pengorbanan yang akan dikeluarkan dan
seberapa penting produk yang dibutuhkan dan diinginkan. Oleh karena itu
konsumen akan dihadapkan pada persoalan motivasi atau pendorong.
b. Persepsi
Persepsi adalah proses
yang digunakan oleh seseorang individu untuk memilih, mengorganisasi dan
menginterprestasikan masukan-masukan informasi- informasi guna menciptakan
gambaran dunia yang memiliki arti. Persepsi setiap orang terhadap suatu objek
akan berbeda-beda. Oleh karena itu persepsi memiliki sifat subjektif Persepsi
yang akan dibentuk oleh seseorang dipengaruhi oleh pikiran dan lingkungan
sekitarnya.
c. Pembelajaran
Pembelajaran menggambarkan
perubahan dalam perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman. Ahli teori
pembelajaran yakin bahwa pembelajaran dihasilkan melalui perpaduan kerja
dorongan, rangsangan, petunjuk, tanggapan dan penguatan. Sebagian besar
perilaku manusia adalah hasil dari belajar. Dalam mengkonsumsi produk konsumen
akan mempertimbangkan manfaat yang bisa diperolehnya. Oleh karena itu, kualitas
produk sangat menentukan apakah konsumen akan memberikan respon positif atau
negatif. Respon positif akan terjadi ketika konsumen merasa puas, akibatnya
probabilitas konsumen melakukan pembelian ulang semakin tinggi. Sementara itu
konsumen akan memberikan respon negatif jika respon atas tindakannya itu tidak
memuaskan.
d. Keyakinan dan Sikap
Keyakinan dan sikap
mendorong orang untuk berperilaku secara konsisten terhadap objek yang sejenis.
Orang tidak harus mengintepretasi dan bereaksi terhadap setiap objek dengan
cara yang baru. Oleh sebab itu, sikap sangat sulit untuk berubah. Sikap
seseorang membentuk pola yang konsisten, dan untuk mengubah sikap mungkin membutuhkan
penyesuaian besar terhadap sikap yang lain. Melalui tindakan dan proses
belajar, seseorang akan mendapatkan kepercayaan dan sikap yang mempengaruhi
perilaku membeli. Keyakinan adalah suatu pemikiran deskriptif yang dimiliki
seseorang mengenai sesuatu. Keyakinan didasarkan pada pengetahuan pendapat atau
keyakinan yang keseluruhannya mungkin mengandung faktor emosional. Sikap
merupakan evaluasi, perasaan emosional dan kecenderungan tindakan yang
menguntungkan atau tidak menguntungkan dan bertahan lama dari seseorang
terhadap beberapa obyek atau gagasan. Sikap menuntun orang
untuk berperilaku secara relatif konsisten terhadap objek yang sama.
2.1.6 Keputusan Membeli
Pembelian yang dilakukan oleh para konsumen atau
pembeli dipengaruhi pula oleh kebiasaan pembelian. Dalam kebiasaan pembelian
tercakup kapan waktunya pembelian dilakukan, dalam jumlah berapa pembelian
tersebut dilakukan dan dimana pembelian tersebut dilakukan. Masyarakat yang
berpendapatan tinggi umumnya membeli barang kebutuhannya dalam jumlah yang
besar, tetapi hanya beberapa kali dalam satu periode dan sebaliknya bagi
masyarakat yang berpenghasilan kecil tentu saja hanya dapat membeli dalam
jumlah kecil. Keputusan
pembelian konsumen dipengaruhi oleh perilaku konsumen. Perilaku konsumen adalah
tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, serta
menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan
menyusuli tindakan ini. Engel, dkk, (2004:45).
Keputusan pembeli membeli atau memilih produk tertentu tidak datang
begitu saja. Keputusan membeli mengenal suatu produk tertentu yang terdiri dari
lima tahap. Kalau pengusaha ingin berhasil menjual produknya, mereka harus ikut
aktif mempengaruhi pembeli tentang keunggulan, manfaat dan harga produk mereka
dalam setiap tahap proses pengambilan keputusan. Upaya mempengaruhi calon
pembeli lebih diperlukan dalam kasus pemasaran barang atau jasa yang eksklusif,
yaitu produk yang sangat tinggi harga per satuannya. Upaya mempengaruhi
keputusan pembeli pada tahap-tahap pengambilan keputusan juga diperlukan dalam
kasus pembelian barang modal (capital
goods) dan teknologi (technological/management
assistances). Pembeli membutuhkan banyak tenaga dan waktu untuk
mengumpulkan dan menganalisis informasi tentang produk yang ingin dibeli. Untuk
mendanai pembelian produk eksklusif seringkali diperlukan lebih dari satu
sumber pendanaan, termasuk modal sendiri, financial
leasing dan kredit dari bank. Dengan demikian proses keputusan membeli menjadi
lebih kompleks. Bilamana diperlukan (terutama dalam transaksi pembelian barang
modal) produsen diharapkan bersedia membantu pembeli mencarikan sumber dana
ekstern untuk mendanai produk yang akan dibeli.
Adapun kelima tahap proses pengambilan keputusan membeli adalah sebagai
berikut :
1. Pengenalan Kebutuhan (Need Recognition)
Menurut Peter dan Donnelly (2004 : 123), menyatakan pengenalan
kebutuhan akan produk merupakan titik berat proses pengambilan keputusan
membeli. Pengenalan kebutuhan akan produk tertentu dapat dipacu oleh berbagai
macam faktor intern dan ekstern. Contoh faktor intern yang memacu kebutuhan
konsumen akhir adalah rasa lapar, rasa haus, rasa sakit dan sebagainya. Karena
merasa lapar konsumen membutuhkan makanan. Karena merasa sakit mereka
membutuhkan jasa rumah sakit dan obat-obatan. Menurut Maslow (2007 : 113) membagi kebutuhan menjadi
beberapa macam, yaitu :
- Kebutuhan Fisiologis
- Proteksi dari sesuatu yang ditakuti
- Penghargaan
- Pengembangan diri
2. Pengumpulan
Informasi tentang Produk (Alternative
Search For Information)
Menurut Kliensteuber (2007:165) pembeli minimum mempunyai empat
sumber
informasi tentang produk yang mereka beli.
Keempat sumber informasi tersebut adalah sebagai berikut :
a.
Sumber Informasi Intern (pengalaman pribadi)
b.
Sumber Informasi Kelompok (keluarga, kerabat, tetangga)
c.
Sumber Informasi Komersial (kantor perwakilan, sales
eksekutif)
d.
Sumber Informasi Publik (iklan, brosur, leaflet)
3. Analisis
berbagai macam informasi yang berhasil dikumpulkan (Alternative evaluation of
information).
Pembeli mempergunakan hasil analisis
berbagai macam informasi tentang produk yang mereka kumpulkan sebagai salah
satu bahan pertimbangan menjatuhkan pilihan. Analisis informasi itu sendiri
dilakukan melalui prosedur tertentu. Langkah pertama analisis adalah
membandingkan informasi tentang keunggulan atribut atau manfaat tiap jenis
produk, dibandingkan dengan atribut produk-produk saingannya. Langkah kedua
analisis informasi adalah menyusun daftar pilihan.
4. Keputusan Membeli (Purchase decision)
Apabila dari hasil analisis informasi
sudah meyakinkan, maka konsumen dapat memutuskan membeli atau tidak suatu
produk tersebut.
5. Evaluasi
Pasca Pembelian (Past Purchase Evaluation)
Evaluasi ini penting bagi
pembeli, karena dengan evaluasi setelah membeli, nantinya pembeli akan
memutuskan membeli atau tidak dikemudian hari.
Berdasarkan pendapat ahli diatas
dapat simpulkan bahwa keputusan konsumen untuk membeli suatu produk dipengaruhi
oleh kebutuhan, informasi tentang produk, analisis produk sejenis dan harga. Dalam keputusan pembelian ada pengaruh
faktor-faktor tertentu baik itu bersifat intern maupun ekstern. Faktor ekstern
dapat berupa kelas sosial, kelompok sosial, kelompok referensi dan keluarga.
Faktor intern dapat berupa faktor individu yang dipengaruhi oleh usia, tingkat
pendidikan, pandangan terhadap produk, gaya hidup dan lain-lain. Perilaku
konsumen akan menentukan proses pengambilan keputusan dalam pembelian mereka.
Proses tersebut merupakan sebuah pendekatan penyelesaian masalah pada kegiatan
manusia untuk membeli suatu barang atau jasa dalam memenuhi kebutuhannya. Assauri
(2007:125)) menyatakan bahwa
respon konsumen berkaitan dengan pembelian produk dipengaruhi oleh selera atau
preferensi individu (taste and preferences) dan pengaruh faktor
situasional (situational factors). Selera dan preferensi individu
bergantung pada karakteristik individu dan
sosial, sedangkan pengaruh faktor situasional bergantung pada efek
kejadian (event), pengaruh latar belakang budaya dan pengaruh program
pemasaran.
Setelah
membeli produk, konsumen akan mengalami level kepuasan atau ketidakpuasan
tertentu. Tugas pemasar tidak berakhir saat produk dibeli, melainkan berlanjut
hingga periode pasca pembelian. Pemasar harus memantau kepuasan pasca
pembelian, tindakan pasca pembelian, dan pemakaian produk pasca pembelian.
1.
Kepuasan Pasca Pembelian
Apa yang menentukan apakah pembeli akan sangat
puas, agak puas, atau tidak puas terhadap suatu pembelian? Kepuasan pembeli
merupakan fungsi dari seberapa dekat harapan pembeli atas suatu produk dengan
kinerja yang dirasakan pembeli atas produk tersebut. Jika kinerja produk lebih
rendah daripada harapan, pelanggan akan kecewa,
jika ternyata sesuai harapan, pelanggan akan puas, jika melebihi harapan pembeli akan sangat puas. Perasaan-perasaan itu akan membedakan apakah
pembeli akan membeli kembali produk tersebut dan membicarakan hal-hal yang
menguntungkan atau tidak menguntungkan tentang produk tersebut dengan orang
lain.
2.
Tindakan Pasca Pembelian
Kepuasan dan ketidakpuasan
konsumen terhadap suatu produk akan mempengaruhi perilaku selanjutnya. Jika
konsumen puas, ia akan menunjukkan kemungkinan yang lebih tinggi untuk membeli
kembali produk tersebut. Para pelanggan yang tidak puas bereaksi sebaliknya.. Mereka
mungkin membuang atau mengembalikan produk tersebut.
3.
Pemakaian dan Pembuangan Pasca pembelian.
Pemasar juga harus memantau
bagaimana pembeli memakai dan membuang produk.
2.2. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Endang Sri
(2003) dengan judul Pengaruh Atribut
Produk Shampo Sunsilk Terhadap Keputusan Konsumen. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui pengaruh atribut produk shampo Sunsilk yang meliputi
merek, kemasan, label, dan layanan pelengkap terhadap keputusan pembelian mahasiswa
Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Malang. Hipotesis dalam
penelitian ini mengemukakan bahwa ada pengaruh variabel atribut produk yang
meliputi merek, kemasan, label dan layanan pelengkap terhadap keputusan
pembelian mahasiswa fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Malang, dan
variabel yang berpengaruh dominan adalah variabel merek. Dari hasil
perhitungan analisis logistik diperoleh nilai koefisien goodness of fit sebesar
81,25%, yang berarti probabilitas persamaan regresi untuk memprediksi suatu
kejadian bahwa konsumen akan mempertimbangkan atribut produk dalam melakukan
pembelian shampo Sunsilk sebesar 81,25%, sementara sisanya yaitu sebesar 18,75%
diterangkan oleh kondisi lain. Untuk melihat variabel atribut produk yang
dominan mempengaruhi keputusan pembelian, dapat dilihat dari nilai koefisien
asosiasi parsial (R) yang terbesar, dimana R untuk variabel merek sebesar
0,2206, kemasan sebesar 0,1552, label sebesar 0,1436 dan layanan pelengkap
sebesar 0,1801. Dapat disimpulkan bahwa variabel merek yang dominan
mempengaruhi keputusan pembelian, karena memiliki nilai koefisien terbesar yaitu 0,2206.
Berdasarkan hasil perhitungan, pengujian dan pembahasan mengenai pengaruh
atribut produk terhadap keputusan pembelian dapat ditarik kesimpulan bahwa
terdapat pengaruh antara variabel atribut produk (merek, kemasan, label dan
layanan pelengkap) terhadap keputusan pembelian shampo Sunsilk pada mahasiswa
Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Malang.
Dian Savitri (2010) dengan
judul Pengaruh Atribut Terhadap Minat Beli Konsumen Kecap Sedap Di Surabaya.
Penelitian ini menggunakan sampel peminat dan pengguna kecap sedap yang ada
didaerah bratang gede dan bratang perintis, Surabaya. Responden yang dibedakan
berdasarkan jenis kelamin, usia dan jenis pekerjaan. Teknik analisis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Structural
Equation Modelling (SEM). Teknik SEM digunakan karena teknik ini
memungkinkan pengujian rangkaian hubungan yang relatif “rumit” secara simultan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Atribut produk berpengaruh terhadap minat
beli konsumen, hal ini menunjukkan bahwa atribut produk mempunyai pengaruh
untuk menimbulkan minat beli yang berarti konsumen akan mencari seluruh
informasi mengenai kecap sedap, kemudian mengevaluasi, jika konsumen merasa
produk tersebut dapat memberikan kepuasan dalam memenuhi kebutuhannya maka akan
timbul keinginan untuk membeli.
2.3. Kerangka Pemikiran
Disini ada gambar
2.4. Hipotesis
Diduga terdapat pengaruh atribut produk terhadap keputusan pembelian
kecap ABC
BAB III
METODOLOGI PENELLITIAN
3.1. Ruang lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian
hanya membahas pengaruh atribut produk terhadap keputusan
pembelian kecap ABC.
3.2. Rancangan Penelitian
Pada penelitian ini penulis menggunakan rancangan
sebab akibat atau kausal yang terdiri
dari 4 variabel yaitu variabel
independen (X) yang diukur melalui tingkat atribut produk yang meliputi merek,
label, kemasan dan layanan pelengkap serta variabel dependen (Y) adalah variabel
yang diukur melalui keputusan pembelian.
3.3. Jenis Data dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data primer dan sekunder. Guna memperoleh data yang akurat digunakan
alat pengumpul data yang tepat agar memperoleh kesimpulan yang tidak
menyesatkan. Data primer diperoleh dari pendapat responden mengenai kecap ABC
dan data sekunder seperti laporan penjualan kecap ABC di minimarket yang ada di
daerah Sukarame.
3.4. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini digunakan
dua metode pengumpulan data,
yaitu:
1. Metode
Kuesioner (Angket)
Merupakan sejumlah pertanyaan tertulis
yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan
tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui Arikunto (2002:165)). Angket yang
digunakan adalah tipe pilihan untuk memudahkan bagi responden dalam memberikan
jawaban, karena alternatif jawaban sudah disediakan dan hanya membutuhkan waktu
yang lebih singkat untuk menjawabnya.
Alasan mengapa peneliti menggunakan metode
angket di dalam penelitian
ini antara lain:
a. Responden
adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri, sehingga dapat diperoleh
data yang lengkap dan benar.
b. Responden
memiliki kemampuan untuk menyatukan keinginan yang diinginkan dalama angket.
c. Hemat waktu, tenaga dan biaya.
2 Metode
Wawancara
Metode ini digunakan untuk melengkapi data
yang belum terungkap dalam angket, mengenai gambaran konsumen dalam melakukan
proses belanja, dengan menggunakan pedoman sejumlah pertanyaan untuk memperoleh
data yang menunjang penelitian tersebut.
3.5. Populasi dan Sampel
Sampel adalah sebagian dari
populasi yang karakteristiknya hendak diselidiki dan dianggap bisa mewakili
keseluruhan populasi ( jumlahnya lebih sedikit dari pada jumlah populasinya ). Sugiono
(2005:113), metode pemilihan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah non-probability
sampling dengan teknik purposive sampling. Teknik purposive ini
merupakan cara pengambilan sampel dengan penetapan kriteria-kriteria tertentu
terhadap populasi berdasarkan keinginan dan tujuan penelitian itu sendiri.
Target sampel yang diinginkan adalah populasi dengan kriteria sebagai berikut:
1. Populasi dengan usia 20 - 50 tahun.
Usia ini dipandang bisa memahami dengan baik pertanyaan-pertanyaan yang akan
diajukan dalam angket.
2. Ibu rumah tangga
3. Mengenal dan memiliki pengetahuan
tentang produk kecap ABC
Karena besarnya populasi tidak diketahui
dengan pasti, maka penetapan jumlah sampel dalam penelitian ini didasarkan pada
jumlah sampel dalam analisa faktor adalah minimal empat kali atau lima kali
jumlah item pertanyaan.
Penentuan
jumlah minimal sampel dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut Ferdinand
( 2006) :
n = {5 × jumlah indikator yang digunakan}
= 5 × 20 indikator
= 100 sampel
Dari hasil
perhitungan rumus di atas dapat diperoleh jumlah sampel yang akan diteliti
adalah sebesar 100 responden.
3.6. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel
a. Merek (X1) adalah nama, istilah, simbol, rancangan, atau
kombinasi hal-hal tersebut, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasikan barang
atau jasa dari seseorang atau kelompok penjual, dan untuk membedakannya dari
produk pesaing. Merek adalah nama atau simbol yang bersifat membedakan suatu
barang atau jasa dari barang atau jasa yang dihasilkan oleh kompetitor, serta
melindungi konsumen maupun produsen dari para kompetitor yang berusaha
memberikan produk-produk yang tampak identik. Merek bukan sekedar nama atau
simbol. Merek mengandung berbagai dimensi interpretatif, baik bagi perusahaan
ataupun para pemakai barang atau jasa.
b. Label
(X2) merupakan bagian dari
suatu produk yang menyampaikan informasi mengenai produk dan penjualan, sebuah
label bisa merupakan bagian dari kemasan atau bisa merupakan etiket (tanda
pengenal) yang dicantumkan dalam produk.
c. Kemasan (X3) adalah pembungkus luar produk yang berfungsi
untuk melindungi produk dan memudahkan konsumen dalam memakainya.
- Layanan Pelengkap (X4) adalah informasi tentang pembuatan/konstruksi, kinerja produk dan cara penggunaan produk.
e. Keputusan
Pembelian (Y) adalah keputusan
yang diambil oleh pembeli yang merupakan kesimpulan dari sejumlah keputusan
tentang jenis produk, bentuk produk, jumlah produk dan sebagainya.
3.7. Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan
instrumen penelitian untuk mendapatkan data dengan cara sebagai berikut: Kuesioner, untuk
mendapatkan data kuantitatif tentang variabel-variabel kompetensi yaitu: untuk memperoleh
gambaran deskriptif mengenai responden berkaitan dengan variabel penelitian
yang digunakan maka digunakan angka indeks jawaban responden. Teknis yang
digunakan adalah dengan menggunakan angka indeks. Angka indeks ini digunakan
untuk mengetahui persepsi umum responden mengenai sebuah variabel yang
diteliti. Seluruh variabel independen akan menggunakan skala Likert 1- 6 dengan penilaian Skala Likert merupakan skala yang dipakai untuk mengukur
sikap, pendapat, dan persepsi seseorang/sekelompok orang tentang fenomena sosial
Sugiyono (2001).
Indikator-indikator di atas diukur dengan skala penilaian Likert yang
memiliki empat tingkat
preferensi jawaban yang masing-masing mempunyai skor 1- 6 dengan rincian sebagai berikut: Indikator-indikator di atas diukur dengan skala penilaian
Likert yang memiliki enam tingkat preferensi jawaban yang masing-masing
mempunyai skor 1-6 dengan rincian sebagai berikut:
1 = sangat tidak setuju
2 = tidak setuju
3 = kurang setuju
4 = cukup setuju
5= setuju
6 = sangat setuju
1.
Pengujian Validitas
Pengujian validitas digunakan untuk menguji sejauh
mana alat pengukur dapat mengungkapkan ketepatan gejala yang dapat diukur. Alat
ukur yang digunakan dalam pengujian validitas adalah daftar pertanyaan yang
telah diisi oleh responden dan akan diuji hasilnya guna menunjukkan valid
tidaknya suatu data. Bila valid, ketetapan pengukuran data tersebut akan semakin tepat alat ukur tersebut.
Kuesioner dikatakan valid apabila r hitung (Corrected Item Total Corelation)
> r tabel dan kuesioner dikatakan tidak valid apabila r hitung < r
tabel
2.
Pengujian Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana alat ukur dapat dipercaya atau dapat
diandalkan. Bila suatu alat pengukur dipakai dua kali untuk mengukur gejala
yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif konsisten, maka alat
pengukur reliabilitas ini adalah dengan rumus koefisien alpha. Kuesioner
dikatakan reliabel apabila nilai alpha cronbach lebih besar dari 0,6 dimana
pada pengujian reliabilitas ini menggunakan bantuan komputer program SPSS versi
17.
3.8. Analisis
Regresi Linier Berganda
Metode analisis yang digunakan untuk penelitian ini
adalah metode kuantitatif digunakan metode regresi linear berganda Analisis data dilakukan dengan menggunakan
alat bantu SPSS 17 For Window dengan rumus :
Y = a + b1X1
+ b2X2 + b3X3 + b4X4 + e
Dimana:
Y = Keputusan pembelian
a =
Konstanta
b1 = Koefisien regresi
X1 = Merek
X2 = Label
X3 = Kemasan
X4 = Layanan Pelengkap
e1 =
Error term
Selain itu, melalui regresi berganda akan
diketahui juga variabel manakah diantara variabel atribut produk (X) dimaksud
yang paling berpengaruh terhadap keputusan Pembelian (Y). Analisis regresi
berganda dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
1. Asumsi
Klasik
a. Uji
Multikolonieritas
Bertujuan untuk menguji model regresi ditemukan
adanya korelasi antara variabel bebas (independen). Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas. Jika variabel bebas saling berkorelasi,
maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortoganal adalah variabel
bebas yang nilai korelasi antara sesama variabel bebas sama dengan nol. Menganalisis
matriks korelasi variabel-variabel bebas. Langkah menganalisis asumsi
multikolinieritas yaitu jika nilai VIF lebih kecil dari angka 10 maka tidak
terjadi problem multikolinieritas. Dan jika nilai VIF lebih dari angka 10 maka
terjadi problem multikolinieritas.
a. Uji Heteroskedastisitas
Bertujuan menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. jika variance dari residual suatu pengamatan ke
pengamatan yang tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut
Heteroskedastisitas atau yang terjadi Heteroskedastisitas. Kebanyakan data cross
section mengandung situasi Heteroskedastisitas karena data ini menghimpun
data yang mewakili berbagai ukuran (kecil, sedang dan besar). Cara menganalisis
asumsi heteroskedastisitas dengan melihat grafik scatter plot dimana :
- Jika penyebaran data pada scatterplot teratur
dan membentuk pola tertentu (naik turun, mengelompok menjadi satu) maka dapat
disimpulkan terjadi problem heterosdastisitas.
- Jika penyebaran
data pada scatterplot tidak teratur dan tidak membentuk pola tertentu (naik
turun, mengelompok menjadi satu) maka dapat disimpulkan tidak terjadi problem heterosdastisitas.
b. Uji Normalitas
Bertujuan menguji apakah dalam model regresi,
variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal
ataukah tidak. model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal
atau mendekati normal. Caranya adalah dengan melihat normal probability plot
yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi
normal akan membentuk satu garis lurus diagonal. Jika distribusi data adalah
normal maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis
diagonal. Adapun cara analisis yang dilakukan adalah dengan menggunakan grafik
normal plot, dimana :
-
Jika penyebaran data mengikuti garis normal, maka data berdistribusi
normal.
- Jika penyebaran data tidak mengikuti
garis normal, maka data distribusi tidak normal.
2.
Pengujian Hipotesis
Uji
hipotesis dalam penelitian ini dilakukan terhadap hipotesis statistik
menggunakan uji t dan uji f.
1) Uji t
Uji t adalah uji yang digunakan untuk mengetahui
pengaruh dari masing-masing variabel independen terdiri meliputi merk,
label, kemasan dan layanan pelengkap serta variabel dependen (Y) adalah variabel yang diukur melalui keputusan
pembelian.
Menggunakan
langkah-langkah sebagai berikut :
a) Ho :
Tidak adanya pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen.
Ha
: Adanya pengaruh antara
variabel independen terhadap dependen.
b) Taraf
uji α = 0,05
2) Uji F
Uji F adalah pengujian secara simultan
untuk mengetahui adanya pengaruh antara meliputi merek, label,
kemasan dan layanan pelengkap terhadap
keputusan pembelian. Rumusan yang
digunakan adalah sebagai berikut :
a) Ho :
Tidak adanya pengaruh antara variabel independen secara simultan terhadap
variabel dependen
Ha
: Ada pengaruh antara variabel independen secara simultan terhadap variabel
dependen.
b) Taraf uji α = 0,05
c) Degree of freedom : dk = k: n-k-1
3. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi pada
intinya untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi
variabel terikatnya. Nilai koefisien determinasi yang kecil mengindikasikan
kemampuan variabel-variabel independent dalam menjelaskan variabel dependen
amat terbatas. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai
koefisien determinasi yang mendekati satu berarti kemampuan variabel-variabel
independent sangat kuat terhadap variabel dependent dan sebaliknya.
DAFTAR PUSTAKA
Aaker, David A. 2011. Manajemen
Ekuitas Merek. Jakarta: Spektrum Mitra Utama
Engel,
James. F, Roger. D. Blackwell dan Miniard, Paul. W. 1994. Perilaku Konsumen.
Edisi Keenam. Jilid I. Jakarta: Binarupa Aksara.
Kertajaya, Hermawan, 2006, Syariah Marketing, PT. Mizan Pustaka, Bandung
Kliensteuber.
2007. Transitional Market : Does it
Matter ? Journal of Marketing. 270-279.
Koentjaraningrat, 2003. Metode
Penelitian Masyarakat. Jakarta :Gramedia.
Kotler, Philip .2008. Manajemen
Pemasaran, Jilid I, Edisi 10, PT.
Prebalindo, Jakarta.
Kotler & Armstrong. 2008. Prinsip-prinsip Pemasaran Jilid
I. Jakarta: Erlangga
Maslow, Abraham, 2007, A
Theory of Human Motivation, Publ, New York
Gunara Thorik dan Sudibyo Utus Hardiono. 2007. Marketing Muhammad SAW (Strategi
Andal dan Jitu Praktik Bisnis Nabi Muhammad SAW). Bandung: Madania Prima.
Mabruroh. 2003.
“Membangun kepuasan konsumen dan akses loyalitas”. Benefit, Vol. 7 No.
2, Desember 2003, hal. 167 – 175.
Mouren, Margaretha. 2004. “Studi mengenai loyalitas
pelanggan pada divisi asuransi kumpulan AJP bumi Putra”. Jurnal Sains
Pemasaran Indonesia, Vol. iii, No. 3, halaman 289-308.
Musanto. 2004. “Faktor-Faktor
Kepuasan Pelanggan dan Loyalitas Pelanggan. Studi Kasus pada CV. Sarana Media
Advertising Surabaya”. Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Vol. 6,
No. 2, September 2004, hal. 123 – 136.
Nuraini. 2009. “Analisis
Pengaruh Kualitas Produk, Kualitas Pelayanan, Desain Produk, Harga Dan
Kepercayaan Terhadap Loyalitas Pelanggan”. Skripsi Fakultas Ekonomi Undip.
Nurbiyati, Titik. 1998. “Relationship marketing sebagai
suatu strategi untuk meningkatkan keuntungan jangka panjang. Kajian Bisnis,
No.14, Mei – September 1998, hal. 131-139.
Prabowo, Nur. 2000. “Analisis
faktor-faktor yang mempengaruhi usaha menciptakan kepuasan pelanggan (studi
empiris pada sidorejo rarm karangawen demak)”. Skripsi Fakultas Ekonomi Undip.
Presetyo, Agus. 2008. “Analisis
faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan dan pengaruhnya terhadap
loyalitas pelanggan (studi kasus pada pt supra raga transport cabang smg)”.
Skripsi Fakultas Ekonomi Undip.
Purnomo, Sugeng Dwi. 2008. “Analisis Pengaruh Produk, Harga, Kualitas Pelayanan dan Kebersihan
Terhadap Kepuasan Pelanggan Retoran Fatst Food pada Kentucky Fried Chicken
(KFC) Citraland Mall Semarang”. Skripsi Fakultas Ekonomi Undip.
Peter dan Donnelly (2004). The Strategic Challengges. International
Journal of Servive Industry Management. 38-40.
Puspowarsito, H. A. 2008. Metodologi Penelitian Dengan Aplikasi. Penerbit
Humaniora. Bandung
Sapari,
Nirwana SK. 2003. Analisis Jalur (Path Analisis) Unit Pelayanan
Statistiks Jurusan Statistika FMIPA Bandung. Universitas Padjajaran.
Schiffman, Leon G. dan
Lesli Lazar Kanuk, 2000, Consumer Behavior, 7th Edition, New Jersey,
Prentice Hall Inc, Upper Saddle River
Willian J. Staton and Lamanto.(2007). Prinsip Pemasaran. Jilid 1 dan 2. Jakarta. Erlangga.
gan,klo mau mendapatkan file yang bab 4 dan V gmn y?mohon pencerahanny....
ReplyDeletebuat skripsi sy...
gan mau liat bab4 sama 5 nya dimana ya
ReplyDelete