BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Dalam era situasi hyper competition
seperti sekarang ini yang dialami oleh setiap perusahaan, baik perusahaan yang
bergerak di bidang manufaktur, perdagangan maupun jasa, senantiasa perlu
memerhatikan mengenai keunggulan bersaing perusahaan yang sangat ditentukan
oleh kemampuannya dalam memberikan superior
value yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan pesaingnya. Untuk itu, maka
pemahaman terhadap apa yang dibutuhkan, diinginkan dan diharapkan pelanggan
mutlak dilakukan oleh pimpinan perusahaan untuk memuaskan pelanggan.
Masalah pemasaran hakekatnya tidak hanya diarahkan untuk memuaskan
pelanggan melainkan juga ditujukan untuk memengaruhi keputusan pembelian
konsumen, sehingga keputusan pembelian konsumen mempunyai suatu momen yang penting dalam aktivitas perusahaan.
Oleh karena itulah keputusan pembelian merupakan titik pokok dalam proses
pencarian dan evaluasi atas beberapa alternatif yang ada guna dapat menentukan
pembelian yang nyata atas suatu produk.
Melihat pentingnya keputusan pembelian maka Fausi Arman (2010) meneliti faktor-faktor
yang memengaruhi keputusan pembelian laptop merek Acer pada Mahasiswa Fakultas
Kesehatan Masyarakat USU Medan. Hasil penelitian yang dilakukan menemukan bahwa
kualitas, merek, dan promosi berpengaruh signifikan terhadap keputusan
pembelian laptop merek Acer.
Sedangkan Darmawan (2010) meneliti faktor-faktor yang memengaruhi keputusan
pembelian konsumen dalam membeli sepeda motor dengan menguji pengaruh kualitas
produk, harga kompetitif dan citra merek. Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan Fausi Arman, maka peneliti akan melakukan penelitian mengenai
faktor-faktor yang memengaruhi keputusan membeli yakni, kualitas, harga, promosi dan citra merek dengan obyek
penelitian pada PT. Semen Tonasa di Kabupaten Pangkep.
PT. Semen Tonasa di Kabupaten Pangkep merupakan perusahaan yang bergerak di
bidang industri semen. Untuk mengantisipasi persaingan yang semakin ketat
dengan perusahaan industri semen lainnya, seperti : perusahaan PT. Semen Bosowa
Maros dan PT. Semen Tiga Roda maka perusahaan perlu melakukan evaluasi mengenai
faktor-faktor yang memengaruhi konsumenterhadap pembelian semen pada
perusahaan PT. Semen Tonasa di Kabupaten Pangkep. Hal ini perlu diperhatikan
oleh perusahaan agar perusahaan dapat lebih meningkatkan penjualan serta dapat
mengantisipasi persaingan yang semakin ketat dengan perusahaan pesaing lainnya.
Adapun faktor-faktor yang memengaruhi konsumen terhadap pembelian semen
adalah faktor kualitas produk, citra merek, harga dan promosi. Keempat faktor tersebut berpengaruh terhadap
keputusan pembelian. Hal ini disebabkan karena
dengan adanya kualitas produk semen, citra merek yang melekat selama ini pada
produk semen Tonasa, harga yang kompetitif serta didukung dengan kegiatan promosi maka secara langsung akan
memengaruhi konsumen dalam melakukan pembelian semen yang diproduksi oleh PT.
Semen Tonasa di Kabupaten Pangkep. Oleh karena itu penulis tertarik untuk
mengangkat tema ini lebih jauh dengan memilih judul skripsi sebagai berikut :
“Analisis Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Konsumen Terhadap Pembelian Semen Pada
PT. Semen Tonasa di Kabupaten Pangkep“.
1.2 Masalah Pokok
Dari latar belakang masalah, perumusan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut : “Faktor-faktor yang memengaruhi konsumen terhadap
pembelian semen pada PT. Semen Tonasa di Kabupaten Pangkep “
1.3 Tujuan
Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui faktor-faktor apa yang memengaruhi konsumen
terhadap pembelian semen pada PT. Semen Tonasa di Kabupaten Pangkep.
2. Untuk menganalisis tanggapan konsumen melalui kualitas produk,
citra merek, harga dan promosi terhadap pembelian semen tonasa.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dengan diadakannya penelitian
ini adalah sebagai
berikut :
1.
Bagi perusahaan,
penelitian ini memberikan masukan bagi perusahaan dalam mengetahui persepsi konsumen
terhadap pembelian semen melalui nilai produk,
citra merek, harga dan promosi yang
digunakan sehingga berpengaruh terhadap keputusan pembelian
2. Bagi
penulis, penelitian ini dapat bermanfaat untuk memperluas wawasan dalam bidang
yang diteliti dan memperdalam pengetahuan dalam manajemen pemasaran khususnya
mengenai persepsi konsumen terhadap pembelian semen.
3. Bagi
pihak lain, penelitian ini bermanfaat sebagai informasi tambahan untuk
penelitian lebih lanjut.
1. 1. 5 Sistematika Penulisan
Dalam
penyusunan skripsi ini, penulis membahasnya ke dalam enam bab yang diperincikan
sebagai berikut:
Bab
pertama pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, masalah pokok,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, sistematika penulisan.
Bab kedua tinjauan pustaka yang berisikan pengertian persepsi, pengertian perilaku konsumen, persepsi
konsumen terhadap keputusan pembelian, keputusan pembelian, kerangka pikir,
hipotesis.
Bab ketiga metode penelitian yang terdiri dari daerah dan waktu penelitian,
metode pengumpulan data, jenis dan sumber data, populasi dan sampel, definisi
operasional variabel, metode analisis.
Bab
keempat gambaran umum penelitian yang terdiri dari sejarah berdirinya
perusahaan, struktur organisasi perusahaan, uraian tugas.
Bab
kelima hasil penelitian dan pembahasan yang menguraikan tentang profil responden, deskripsi variabel
penelitian, analisis regresi berganda, serta pengujian hipotesis.
Bab keenam penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran-saran.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Persepsi Konsumen
Ketika
kita sedang berjalan-jalan di mall, sering kali tercium bau yang lezat dan enak
serta sangat merangsang selera makan kita. Apa yang kita rasakan ini
menimbulkan persepsi bahwa di sekitar tempat kita berjalan-jalan pasti ada
restoran yang masakannya enak. Meskipun dalam kenyataannya belum tentu, tetapi
itulah yang ada dipikiran kita. Kalau kita bertanya kepada teman, obat flu apa yang membuat orang ngantuk
dan bisa kerja terus, teman kita akan menjawab sana flu. Kalau kita menyatakan
kepada para ibu-ibu alat elektronik mana di antara merk yang ada yang mutunya
baik akan menjawab Sony, meskipun untuk produk tape recorder, si ibu itu belum
pernah membuktikan bahwa untuk produk tersebut memang mutunya bagus. Mengapa hal demikian terjadi? Mengapa
terdapat persepsi seperti itu pada konsumen? Inilah sebuah
kotak hitam yang pada konsumen yang harus bisa diungkap dan dipahami oleh
pemasar.
Pemahaman
terhadap persepsi dan proses yang terkait sangat penting bagi pemasar dalam
upaya membentuk persepsi yang tepat. Terbentuknya persepsi yang tepat pada
konsumen menyebabkan mereka mempunyai kesan dan memberikan penilaian yang
tepat. Berdasarkan persepsi inilah konsumen, tertarik dan membeli. Dua produk
makanan yang bentuk, rasa dan kandungannya sama dapat dipersepsikan berbeda,
begitu konsumen melihat merknya berbeda.
Jika
konsumen mempersepsikan bahwa produk kita memiliki keunggulan yang berbeda
dengan produk lain dan keunggulan itu sangat berarti bagi konsumen, maka konsumen akan memilih
produk kita, meskipun sebenarnya produk tersebut relatif mirip dengan
yang lainnya. Hal ini benar-benar terjadi untuk produk susu dan
makanan untuk bayi dan anak-anak. Meskipun sebenarnya dan aspek kandungan produk-produk tersebut
hampir sama, tetapi ibu-ibu memiliki persepsi bahwa di antara merk-merk yang
ada memiliki mutu dan manfaat lebih yang berbeda-beda. Oleh
karena itu ada keyakinan bahwa persepsi lebih penting daripada realitas.
(Suryani, 2008 : 95-97 )
Menurut
Kotler (2008 : 179) persepsi adalah proses di mana kita memilih, mengatur, dan
menerjemahkan, masukan informasi untuk menciptakan gambaran dunia yang berarti.
Poin utamanya adalah bahwa persepsi tidak hanya tergantung pada rangsangan
fisik, tetapi juga pada hubungan ransangan terhadap bidang yang mengelilinginya
dan kondisi dalam setiap diri kita. Seseorang mungkin menganggap
wiraniaga yang berbicara dengan cepat bersifat agresif dan tidak jujur,
orang lain mungkin menganggapnya rajin dan membantu. Masing-masing orang akan merespon
atau memberikan tanggapan secara berbeda terhadap wiraniaga.
Machfoedz
(2005 : 41) mengemukakan bahwa persepsi adalah proses pemilihan, penyusunan,
dan penafsiran informasi untuk mendapatkan arti.Seseorang menerima
informasi melalui pancar indra. Masukan informasi merupakan rasa yang diterima
melalui salah satu organ panca indra. Ketika seseorang mendengar iklan, melihat
orang lain, mencium bau sedap dan sebaliknya, atau menyentuh sesuatu barang
barang, ia mendapat masukan informasi.
Assael
(1995) dalam Sodik (2003) menyebutkan bahwa persepsi terhadap suatu produk
melalui proses itu sendiri terkait dengan komponennya (kemasan, bagian produk,
bentuk) serta komunikasi yang ditunjukkan untuk memengaruhi perilaku konsumen
yang mencerminkan produk melalui latar kata-kata, gambar dan simbolisasi atau
melalui stimuli lain yang diasosiasikan dengan produk (harga, tempat,
penjualan, dampak dari negara pejualan). Informasi yang diperoleh dan diproses
konsumen akan membentuk preferensi (pilihan) seseorang terhadap suatu obyek.
Preferensi akan membentuk sikap konsumen terhadap suatu obyek, yang pada
gilirannya akan sikap ini seringkali secara langsung akan memengaruhi apakah
konsumen akan membeli suatu produk atau tidak.
Persepsi
produk/pesan tertuju pada produk yang dibuat dalam komunikasi. Perhatian
berfokus pada dua tipe respon yaitu argumen yang mendukung (support argument)
dan argumen yang menentang (counter argument) (Belch dan Belch, 1995). Counter
argument merupakan persepsi konsumen yang berkebalikan dengan pesan dalam
iklan. Konsumen akan mengekspresikan ketidakyakinan dan ketidaksetujuan terhadap
klaim dalam iklan mengenai produk. Konsumen lain ada yang mendukung argumen
atau berpersepsi bahwa konsumen setuju atau sependapat dengan klaim dalam
iklan. Argumen yang menolak berhubungan secara negatif dengan penerimaan pesan,
semakin menolak pesan yang disampaikan maka penerimaan pesan juga akan semakin
minimal. Sehingga indikasi bahwa pemrosesan informasi iklan berjalan efektif
bila seorang konsumen memberikan argumen yang mendukung (support argument).
Assael (1995) dalam Sodik (2003) menyebutkan bahwa persepsi terhadap suatu
produk melalui proses itu sendiri terkait dengan komponennya (kemasan, bagian
produk, bentuk) serta komunikasi yang
ditunjukkan untuk memengaruhi perilaku konsumen yang mencerminkan produk
melalui latar kata-kata, gambar dan simbolisasi atau melalui stimuli lain yang
diasosiasikan dengan produk (harga, tempat, penjualan, dampak dari negara
pejualan). Persepsi mengenai
pesan/produk yang telah terbentuk setelah konsumen sasaran menyaksikan
penayangan iklan akan membentuk sikap mereka terhadap merek yang akan
memengaruhi minat beli secara tidak langsung.
2.2 Pengertian Perilaku Konsumen
Semakin majunya perekonomian dan teknologi, berkembang
pula strategi yang harus dijalankan perusahaan, khususnya dibidang pemasaran.
Untuk itu perusahaan perlu memahami atau mempelajari perilaku konsumen dalam
hubungannya dengan pembelian yang dilakukan oleh konsumen tersebut. Dalam
menentukan jenis produk atau jasa, konsumen selalu mempertimbangkan tentang
produk atau jasa apa yang dibutuhkan, hal ini dikenal dengan perilaku konsumen.
Perilaku konsumen (consumer behavior) adalah
kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan
mempergunakan barang-barang dan jasa-jasa tersebut didalamnya proses
pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut.
Dharmmesta dan Handoko, (2008 :
10). Hubungannya dengan keputusan
pembelian suatu produk atau jasa, pemahaman mengenai perilaku konsumen meliputi
jawaban atas pertanyaan seperti apa (what) yang dibeli, dimana membeli (where),
bagaimana kebiasaan (how often) membeli dan dalam keadaan apa (under
what condition) barang-barang dan jasa-jasa dibeli. Keberhasilan perusahaan
dalam pemasaran perlu didukung pemahaman yang baik mengenai perilaku konsumen,
karena dengan memahami perilaku konsumen perusahaan dapat merancang apa saja
yang diinginkan konsumen.
Menurut teori ini setiap konsumen akan berusaha mendapatkan kepuasan
maksimal, dan konsumen akan meneruskan pembeliannya terhadap suatu produk untuk
jangka waktu yang lama, bila ia telah mendapatkan kepuasan dari produk yang
sama yang telah dikonsumsikannya. Dalam hal ini, kepuasan yang didapatkan
sebanding atau lebih besar dengan marginal
utility yang diturunkan dari pengeluaran yang sama untuk beberapa produk
lain, melalui suatu perhitungan yang cermat terhadap konsekuensi dari setiap
pembelian.
Para pemasar berkewajiban untuk memahami konsumen, mengetahui apa yang
dibutuhkannya, apa seleranya, dan bagaimana ia mengambil keputusan, sehingga
pemasar dapat memproduksi barang dan jasa yang sesuai dengan kebutuhan
konsumen. Pemahaman yang mendalam mengenai konsumen akan memungkinkan pemasar
dapat memengaruhi keputusan konsumen, sehingga konsumen mau membeli apa yang
ditawarkan oleh pemasar. Persaingan yang ketat antar merek menjadikan konsumen
memiliki posisi yang semakin kuat dalam posisi tawar menawar.
Apakah perilaku konsumen itu? Perilaku konsumen, seperti didefinisikan oleh
Prasetijo dan Ihalauw John (2005 : 11) adalah proses yang dilalui oleh
seseorang dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan bertindak pasca
konsumsi produk, jasa maupun ide yang diharapkan bisa memenuhi kebutuhannya.
Sumarwan (2003 : 25) mengemukakan bahwa : ” Prilaku konsumen adalah
tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan
menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan
mengikuti tindakan ini ”.
American Marketing Association yang dikutip oleh Amirullah (2002 : 2) mendefinisikan
bahwa : ” Perilaku konsumen (consumer behavior)
sebagai interaksi dinamis antara pengaruh dan kognisi, perilaku dan kejadian di
sekitar kita dimana manusia melakukan aspek pertukaran dalam hidup mereka ”.
Ada beberapa alasan mengapa perilaku konsumen diperlajari, pertama adalah
kepentingan pemasar, kedua adalah kepentingan pendidikan dan perlindungan
konsumen, ketiga adalah untuk perumusan kebijakan masyarakat dan undang-undang
perlindungan konsumen.
Menurut Umar
(2003 : 50) dijelaskan bahwa perilaku konsumen terdiri dari dua bagian sumber :
a.
Perilaku
yang tampak
Variabel-variabel yang termasuk dalam perilaku ini adalah
jumlah pembelian, waktu, karena siapa, dengan siapa dan bagaimana konsumen
melakukan pembelian.
b. Perilaku
yang tak tampak
Variabel-variabelnya
antara lain adalah persepsi, ingatan terhadap persepsi dan perasaan kepemilikan
konsumen.
Umar (2003 : 50) bahwa : “Perilaku
konsumen didefenisikan sebagai suatu tindakan yang langsung dalam mendapatkan,
mengkonsumsi serta menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang
mendahului dan mengikuti tindakan tersebut “.
Perilaku konsumen menggambarkan bagaimana konsumen membuat
keputusan-keputusan pembelian dan bagaimana mereka menggunakan dan mengatur
pembelian barang atau jasa. Pelajaran mengenai perilaku konsumen juga menyangkut
analisa faktor-faktor yang memengaruhi pembelian dan penggunaan produk.
Perilaku konsumen merujuk pada perilaku membeli
konsumen akhir individu dan rumah tangga yang membeli barang dan jasa untuk
konsumsi pribadi. Seluruh konsumen akhir yang digabungkan akan membentuk pasar
konsumen (consumer market). Pasar konsumen mencakup orang yang
mengkonsumsi barang dan jasa setiap tahunnya, sehingga membuat pasar konsumen
menjadi salah satu pasar konsumen yang paling menarik.
Perilaku
konsumen pada hakikatnya untuk memahami “why
do consumers do what they do”. Dari beberapa definisi yang telah disebutkan
diatas dapat kita simpulkan bahwa perilaku konsumen adalah semua kegiatan,
tindakan serta proses psikologis yang mendorong tindakan tersebut pada saat
sebelum membeli, ketika membeli, menggunakan, menghabiskan, produk dan jasa
setelah melakukan hal-hal di atas
atau kegiatan mengevaluasi.
2.3 Persepsi Konsumen Terhadap Keputusan Pembelian
Dalam pemasaran, persepsi lebih penting dari pada realitas, karena persepsi
yang memengaruhi perilaku aktual konsumen. Orang bisa mempunyai persepsi
berbeda-beda tentang obyek yang sama karena tiga proses pemahaman atensi
selektif, distorsi selektif dan retensi selektif.
Adapun variabel-variabel yang memengaruhi keputusan pembelian dapat
dikemukakan sebagai berikut :
1.
Kualitas
produk
Kepuasan juga tergantung pada akualitas produk dan jasa.
Apa sebenarnya kualitas itu?. Berbagai ahli mendefinisikannya sebagai “
kecocokan untuk digunakan”, pemenuhan tuntutan, bebas dari variasi, dan seterusnya.
Kita akan menggunakan definisi American Society for Quality Control. Kualitas
(Quality) adalah total fitur dan karakteristik produk atau jasa yang bergantung
pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau tersirat. Ini
jelas merupakan definisi nyang berpusat pada pelanggan. Kita dapat mengatakan
bahwa penjual telah mengantarkan kualitas ketika produk atau jasanya memenuhi
atau melebihi ekpektasi pelanggan. Perusahaan yang memuaskan sebagian besar
kebutuhan pelanggannya sepanjang waktu disebut perusahaan berkualitas. Lexus
memberikan kinerja kualitas yang lebih tinggi dibandingkan Hyundai : mobil
Lexus maupun Hyundai lebih mulus, lebih kencang, dan lebih tahan lama. Tetapi
kita dapat mengatakan bahwa baik Lexus maupun Hyundai menghantarkan kesesuaian
kualitas yang sama, jika semua unit masing-masing menghantarkan kualitas yang
diinginkan. (Kotler, 2008 : 143).
Menurut Mantan pemimpin GE, John F. Welch Jr, dikutip
oleh Kotler (2008 : 143) mengemukakan bahwa kualitas adalah jaminan terbaik
kami atas loyalitas pelanggan, pertahanan terkuat kami menghadapi persaingan
luar negeri, dan satu satunya jalan untuk mempertahankan pertumbuhan dan
penghasilan. Dorongan untuk menghasilkan barang bermutu tinggi di pasar dunia
menyebabkan sejumlah negara dan kelompok negara mengakui atau memberikan
penghargaan kepada perusahaan yang menunjukkan praktek kualitas terbaik.
2.
Harga
Pengusaha perlu memikirkan tentang penetapan harga jual
produknya secara tepat karena harga yang tidak tepat akan berakibat tidak
menarik para pembeli untuk membeli barang tersebut. Penetapan harga jual barang
yang tepat tidak selalu berarti bahwa harga haruslah ditetapkan rendah atau
serendah mungkin. Sering di jumpai bahwa apabila harga barang tertentu itu
rendah maka banyak konsumen justru tidak senang karena dengan harga yang murah
itu maka semua orang dapat memakai barang tersebut. Harga merupakan
satu-satunya unsur marketing mix yang
menghasilkan penerimaan penjualan, sedangkan unsur lainnya hanya unsur biaya
saja. Walaupun penetapan harga merupakan persoalan penting, masih banyak
perusahaan yang kurang sempurna dalam menangani permasalahan penetapan harga
tersebut. Karena menghasilkan penerimaan penjualan, maka harga memengaruhi
tingkat penjualan, tingkat keuntungan, serta share pasar yang dapat dicapai oleh perusahaan. Chandra (2002 :
149) mengemukakan bahwa harga adalah jumlah uang (satuan moneter) dan atau
aspek lain (non moneter) yang mengandung utilitas/kegunaan tertentu yang
diperlukan untuk mendapatkan suatu produk
3.
Promosi
Promosi adalah bagian dari bauran pemasaran yang besar
peranannya. Promosi merupakan kegatan-kegiatan yang secara aktif dilakukan
perusahaan untuk mendorong konsumen membeli produk yang ditawarkan, karena itu
promosi dipandang sebagai arus informasi atau persuasi satu arah yang dibuat
untuk mengarahkan seseorang atau organisasi agar melakukan pertukaran dalam
pemasaran. Kegiatan dalam promosi ini pada umumnya adalah periklanan, personal
selling, promosi penjualan, pemasaran langsung, serta hubungan masyarakat dari
publisitas. Promosi adalah merupakan kegiatan yang ditujukan untuk memengaruhi
konsumen agar mereka dapat menjadi kenal akan produk yang ditawarkan oleh
perusahaan kepada mereka dan kemudian mereka menjadi senang lalu membeli produk
tersebut. Menurut Tjiptono (2009 : 219) mengemukakan bahwa : Promosi adalah
suatu bentuk komunikasi pemasaran. Yang dimaksud komunikasi pemasaran adalah
aktivitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, memengaruhi/membujuk,
dan/atau mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia
menerima, membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang
bersangkutan.
4.
Distribusi
Saluran distribusi adalah saluran yang digunakan oleh
produsen untuk menyalurkan produk sampai ke konsumen atau berbagai aktivitas
perusahaan yang mengupayakan agar produk sampai ke tangan konsumen. Saluran
distribusi penting, karena barang yang telah dibuat dan harganya sudah
ditetapkan itu masih menghadapi masalah, yakni harus disampaikan kepada
konsumen. Pada penyalur dapat
menjadi alat bagi perusahaan untuk mendapatkan umpan balik dari konsumen di
pasar. Penentuan jumlah penyalur juga merupakan masalah yang penting untuk
dipertimbangkan, dalam kasus-kasus tertentu disesuaikan dengan sifat produk
yang ditawarkan. Barang kebutuhan sehari-hari, misalnya membutuhkan banyak
penyalur, sedangkan barang-barang berat seperti peralatan industri tidak
demikian. Kesalahan dalam menentukan jumlah penyalur akan mendatangkan
persoalan baru bagi perusahaan. Bila jumlah penyalur terlalu sedikit
menyebabkan penyebaran produk kurang luas, sedangkan jumlah penyalur yang
terlalu banyak mengakibatkan pemborosan waktu, perhatian, dan biaya. Karena itu
manajer pemasaran perlu berhati-hati dalam menyeleksi dan menentukan jumlah
penyalur. Menurut Kasmir dan Jakfar (2003 : 114) mengemukakan bahwa distribusi
adalah suatu jaringan dari organisasi dan fungsi-fungsi yang menghubungkan
produsen kepada konsumen akhir.
2.4 Keputusan Pembelian
Dalam
memahami perilaku konsumen, terdapat banyak pengaruh yang mendasari seseorang
dalam mengambil keputusan pembelian suatu produk atau merek. Pada kebanyakan
orang, perilaku pembelian konsumen seringkali diawali dan dipengaruhi oleh
banyaknya rangsangan (stimuli) dari luar dirinya, baik berupa rangsangan pemasaran
maupun rangsangan dari lingkungan yang lain. Rangsangan tersebut kemudian
diproses (diolah) dalam diri, sesuai dengan karakteristik pribadinya, sebelum
akhirnya diambil keputusan pembelian. Karakteristik pribadi konsumen yang
dipergunakan untuk memproses rangsangan tersebut sangat komplek, dan salah
satunya adalah motivasi konsumen untuk membeli.
Menurut
Schiffman dan Kanuk (1994) dalam Albari (2002) menyatakan bahwa motivasi
sebagai kekuatan dorongan dari dalam diri individu yang memaksa mereka untuk
melakukan tindakan. Jika seseorang mempunyai motivasi yang tinggi terhadap
obyek tertentu, maka dia akan terdorong untuk berperilaku menguasai produk
tersebut. Sebaliknya jika motivasinya rendah, maka dia akan mencoba untuk
menghindari obyek yang bersangkutan. Implikasinya dalam pemasaran adalah untuk
kemungkinan orang tersebut berminat untuk membeli produk atau merek yang
ditawarkan pemasaran atau tidak. Sejalan dengan hal tersebut keputusan
pembelian dalam penelitian ini secara kontektual dapat dipengaruhi oleh
karakteristik pribadi yaitu motivasi konsumen untuk membeli.
Proses keputusan pembelian suatu produk mengikuti urutan. Peran seseorang (bukan pembeli utama)
dalam proses pengambilan keputusan pembelian produk perlu diketahui oleh marketer,
karena diantara mereka ini terkadang justru menjadi faktor pendorong yang
sangat kuat bagi pengambil keputusan pembelian. Sejumlah orang yang memiliki
keterlibatan dalam keputusan pembelian, adalah sebagai berikut :
1.
Initiator
adalah orang yang pertama kali menyadari adanya kebutuhan yang belum terpenuhi
dan berinisiatif mengusulkan untuk membeli produk tertentu.
2.
Influencer
adalah orang yang sering berperan sebagai pemberi pengaruh yang karena
pandangan, nasehat atau pendapatnya memengaruhi keputusan pembelian.
3.
Decider
adalah orang berperan sebagai pengambil keputusan dalam menentukan apakah
produk jadi dibeli, produk apa yang akan dibeli, bagaimana cara membeli, dan
dimana produk itu dibeli.
4.
Buyer
adalah orang yang melakukan pembelian aktual
5.
User
adalah orang yang mengkonsumsi atau menggunakan produk yang dibeli
Marketer harus paham betul peran-peran tersebut dijalankan oleh siapa. Jika
dalam satu keluarga peran di atas dimainkan oleh anak, ibu dan lebih dominan
ditentukan oleh seorang bapak, maka pesan komunikasi pemasaran harus diarahkan
pada yang lebih dominan sebagai pengambil keputusan akhir untuk menentukan
pembelian.
Keterlibatan psikologis dalam proses pengambilan keputusan pembelian itu
berbeda-beda, sesuai dengan sifat keputusan itu sendiri, yaitu pengambilan
keputusan yang kompleks, (extended
decision making) pengambilan keputusan yang terbatas (limited decision making) dan pengambilan keputusan berdasarkan
kebiasaan.
Proses pengambilan keputusan pembelian berakhir pada
tahap perilaku purnabeli dimana konsumen merasakan tingkat kepuasan atau
ketidakpuasan yang dirasakan akan memengaruhi perilaku berikutnya. Jika
konsumen merasa puas, ia akan memperlihatkan peluang yang besar untuk melakukan
pembelian ulang atau membeli produk lain pada perusahaan yang sama di masa
mendatang, dan cenderung merekomendasikan kepada orang lain. Banyak orang
berpendapat bahwa pembeli yang puas merupakan iklan yang terbaik bagi produk.
(Hasan 2008, hal. 138-139).
2.5 Kerangka
Pikir
Berikut ini akan dikemukakan skema kerangka pikir dapat
dilihat melalui gambar di bawah ini :
Gambar 2.1
Kerangka Pikir
Keterangan :
PT. Semen Tonasa di Kabupaten Pangkep
adalah merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri semen merek
Tonasa, dimana dalam menjalankan aktivitas usahanya maka perusahaan perlu
mengetahui pemahaman terhadap
persepsi dan proses yang terkait sangat penting bagi pemasar dalam upaya
membentuk persepsi yang tepat. Terbentuknya persepsi yang tepat pada konsumen
menyebabkan mereka mempunyai kesan dan memberikan penilaian yang tepat.
Berdasarkan persepsi inilah konsumen tertarik dan membeli, dimana terdapat
empat variabel dalam mengukur persepsi konsumen terhadap pembelian semen, yang
meliputi : nilai kualitas produk, citra merek, harga dan promosi. Keempat
variabel tersebut perlu diperhatikan oleh perusahaan sehingga berpengaruh
terhadap pembelian semen yang diproduksi oleh PT. Semen Tonasa di Kabupaten
Pangkep.
2.6 Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual di atas, peneliti
merumuskan hipotesis sebagai berikut:
H1. Diduga bahwa kualitas
produk, citra merek, harga dan promosi berpengaruh terhadap keputusan pembelian
semen pada PT.CCCCCCCCC.
H2. Diduga bahwa kualitas produk berpengaruh terhadap keputusan pembelian semen pada PT. SCCCCCCC.
H3. Diduga bahwa citra merek berpengaruh terhadap keputusan pembelian semen pada PT. CCCCCCCCCC
H4. Diduga bahwa harga berpengaruh terhadap keputusan pembelian semen pada PT. CCCCCCCCCCCC.
H5. Diduga bahwa promosi berpengaruh terhadap keputusan pembelian semen pada PT. CCCCCCCCCC
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
Daerah dan Waktu Penelitian
Penelitian ini
dilaksanakan di PT. CCCCCCCCCCCCC. Dalam pelaksanaan penelitian, penulis mengumpulkan data
melalui penyebaran kuesioner kepada developer dan kepada distributor. Sedangkan
waktu penelitian yang direncanakan memakan waktu kurang lebih tiga bulan
lamanya dimulai dari bulan Maret sampai dengan bulan Mei tahun 2012.
3.2 Teknik Pengumpulan data
Teknik pengumpulan data dilakukan melalui :
a. Kuesioner atau daftar pertanyaan
adalah seperangkat pertanyaan tertulis yang disusun oleh peneliti yang berisikan
pertanyaan tentang variabel-variabel yangdi teliti.
b. Studi dokumen yaitu pengumpulan data
dan informasi dari buku-buku dan internet yang berkaitan dengan penelitian ini.
3.3
Sumber Data
Sumber data yang dikemukakan dalam penelitian ini
bersumber dari :
1.
Data
primer merupakan data yang diperoleh dari responden secara langsung di lokasi
penelitian. Berdasarkan masalah dalam penelitian ini, data diperoleh langsung
dari responden dengan memberikan kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan
tentang variabel-variabel yang diteliti.
2. Data sekunder Data sekunder merupakan data yang berisikan
informasi dan teori-teori yang
digunakan untuk mendukung penelitian yang dilakukan. Peneliti mendapatkan data
sekunder dari buku-buku, majalah, hasil lapangan dan internet.
3.4 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen yang membeli langsung pada perusahaan PT. CCCCCCCCCCCCC yang berjumlah sebanyak 60 responden, yang terdiri atas pihak
developer dan pihak distributor.
Sedangkan tehnik penarikan sampel dengan menggunakan metode non probability
sampling, dimana menurut Sugiyono (2009 : 95) yakni teknik pengambilan sampel
yang tidak memberi peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi
untuk dipilih menjadi sampel. Sehingga dalam penelitian ini jumlah sampel
ditentukan sebanyak 60 responden, dimana untuk developer sebanyak 30 responden dan
untuk pihak distributor sebanyak 30 responden.
3.5 Definisi Operasional Variabel
Agar penelitian ini lebih terarah peneliti membatasi penelitian untuk
melihat identifikasi perilaku konsumen, yaitu :
1. Kualitas produk (X1), merupakan keunggulan
yang dimiliki PT. CCCCCCCCCCCCC akan produknya. Diukur dengan menggunakan skala likert yakni : sangat tidak setuju
=1, tidak setuju = 2, cukup setuju = 3, setuju = 4 dan sangat setuju = 5.
2. Citra merek (X2),
merupakan keseluruhan persepsi atau sikap yang berupa keyakinan dan preferensi
terhadap merek dan dibentuk dari informasi dan pengalaman masa lalu terhadap
merek itu. Diukur dengan menggunakan skala likert yakni :
sangat tidak setuju =1, tidak setuju = 2, cukup setuju = 3, setuju = 4 dan
sangat setuju = 5.
3.
Harga
(X3), merupakan nilai yang harus dikeluarkan konsumen untuk
memperoleh produk. Diukur dengan menggunakan skala likert
yakni : sangat tidak setuju = 1,
tidak setuju = 2, cukup setuju = 3, setuju = 4 dan sangat setuju = 5.
4. Promosi (X4), merupakan informasi mengenai
produk yang ditawarkan oleh produsen. Diukur dengan
menggunakan skala likert yakni : sangat tidak setuju =1, tidak setuju = 2,
cukup setuju = 3, setuju = 4 dan sangat setuju = 5.
5. Keputusan pembelian merupakan sikap atau upaya dari
konsumen untuk mendapatkan produk yang diinginkan dan memutuskan membeli dan
menggunakan produk tersebut. Diukur dengan menggunakan skala
likert yakni : sangat tidak setuju =1, tidak setuju = 2, cukup setuju = 3,
setuju = 4 dan sangat setuju = 5.
3.6 Metode Analisis
Untuk memecahkan permasalahan pokok yang dihadapi oleh perusahaan, maka
digunakan metode analisis sebagai berikut:
1)
Analisis
Deskriptif adalah suatu analisis yang menguraikan tanggapan responden mengenai persepsi
konsumen terhadap pembelian semen dengan menyebarkan kuesioner kepada pelanggan
yang menjadi sampel dalam penelitian ini.
2)
Uji
Validitas dilakukan untuk mengukur apakah data yang telah didapat setelah penelitian merupakan data yang valid
dan dapat disebarkan kepada responden
sebagai instrumen penelitian ini dengan alat ukur yang digunakan (kuesioner).
3)
Uji realibilitas adalah instrumen yang digunakan beberapa
kali untuk mengukur
objek yang sama akan mengahasilkan data yang sama (Sugiyono, 2009 : 109).
4)
Analisis
Regresi Linear Berganda yaitu suatu analisis untuk mengetahui ada tidaknya
pengaruh antara variabel bebas (kualitas produk, citra merek, harga, dan promosi)
terhadap variabel terikat (keputusan pembelian) dengan perhitungan persamaan
regresi linear berganda dikutip dari buku Riduwan dan Akdom (2007 : 142) yaitu:
Y = b0 +
b1 X1 + b2X2 + b3X3
+ b4X4+ e
Keterangan :
Y =
Keputusan pembelian
b0 =
Nilai constan/reciprocel
X1
= Kualitas produk
X2 = Citra merek
X3
=
Harga
X4 =
Promosi
b1, b2, b3,
b4, = Koefisien regresi,
e = Standar
error
5)
Uji Asumsi Klasik
dilakukan sebelum melakukan analisis regresi, agar didapat perkiraan yang tidak
biasa dan efisiensi maka dilakukan pengujian asumsi klasik yang harus
dipenuhi yaitu :
a) Uji Normalitas adalah untuk mengetahui distribusi sebuah
data mengikuti atau mendekati distribusi normal. Uji normalitas dilakukan
dengan menggunakan pendekatan kolmogrov smimov. Dengan menggunakan
tingkat signifikan 5% maka nilai Asymp.sig. (2-tailed) di atas
nilai signifikan 5% artinya variabel residual berdistribusi normal.
b) Uji Multikolineritas artinya
variabel independen yang satu dengan yang lain dalam model regresi berganda
tidak saling berhubungan secara sempurna. Untuk mengetahui ada tidaknya gejala
multikolinearitas dapat dilihat dari besarnya Tolerance dan VIF (Variance
Inflation Factor) melalui program SPSS versi 17.
c) Uji Heteroskedastisitas adalah
konstanta untuk setiap nilai tertentu variabel independen (homokedastisitas).
Model regresi yang baik adalah tidak terjalin heterokedastisitas.
Heterokedastisitas diuji dengan menggunakan grafik Scatterplot yang
dilihat adalah titik-titik yang menyebar secara acak tidak membentuk sebuah
pola tertentu yang jelas serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka nol
pada sumbu Y.
6)
Pengujian
hipotesis
Pembuktian
hipotesis tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan uji statistik, sebagai
berikut :
a.
Uji
serempak ( Uji F) untuk pengujian hipotesis pertama
Uji ini
digunakan untuk mengetahui apakah seluruh variabel bebasnya secara bersama-sama
mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap variabel terikat. Pengujian dilakukan
dengan membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel pada
derajat kesalahan 5% dalam arti (α = 0.05). Apabila nilai Fhitung ≥ dari nilai Ftabel,
maka berarti variabel bebasnya secara bersama-sama memberikan pengaruh yang
bermakna terhadap variabel terikat atau hipotesis pertama sehingga dapat
diterima.
b. Uji Parsial
(Uji t) untuk pengujian hipotesis kedua
Uji ini adalah
untuk mengetahui apakah pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel
terikat apakah bermakna atau tidak. Pengujian dilakukan dengan membandingkan
antara nilai thitung masing-masing variabel bebas dengan nilai ttabel
dengan derajat kesalahan 5% dalam arti (α = 0.05). Apabila nilai
thitung ≥ ttabel, maka variabel bebasnya
memberikan pengaruh bermakna terhadap variabel terikat.
.
DAFTAR PUSTAKA
Albari, 2003, Mengenal Perilaku Konsumen Mengenai
Penelitian Motivasi, Jurnal Siasat Bisnis, UII, No.7 Vol. I, Yogyakarta.
Arman, Fauzi, 2010,
Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Keputusan Pembelian Laptop Merek Acer
Pada Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat USU, Medan.
Belch, George.E & Michael A. Belch, 2003, Advertising and promotion: An Integrated Marketing
Communications perspective,
Sixth edition. The McGraw-Hill Companies.
Chandra, Gregorius, 2002, Strategi Dan Program Pemasaran, edisi pertama, cetakan pertama,
Penerbit : Andi, Yogjakarta
Darmawan, 2010, Faktor-faktor
yang Memengaruhi Keputusan Pembelian, Universitas Diponegoro.
Hasan Ali, 2008, Marketing,
cetakan pertama, Penerbit : MedPress, Yogyakarta
Istijanto, 2005, Aplikasi
Praktis Riset Pemasaran, edisi pertama, cetakan pertama, Penerbit :
Gramedia, Jakarta
Kasmir
dan Jakfar, 2003, Studi Kelayakan Bisnis,
edisi pertama, cetakan pertama, Penerbit : Prenada Media, Jakarta
Kotler, Philip dan Keller, Kevin Lane, 2008, Manajemen Pemasaran, edisi ketiga belas, jilid dua, Penerbit : Erlangga,
Jakarta
Machfoedz, 2005, Pengantar Pemasaran Modern, cetakan
pertama, Penerbit : UPP AMP YKPN, Yogyakarta
Prasetijo, Ristiyanti dan Ihalauw
John, 2005, Perilaku Konsumen, edisi
pertama, Penerbit : Andi, Yogyakarta
Riduwan dan Akdom, 2007, Rumus dan Data Dalam Analisis Statistik, cetakan kedua, Penerbit :
Alfabeta, Bandung
Suryani Tatik, 2008, Perilaku
Konsumen, Implikasi Pada Strategi Pemasaran, edisi pertama, cetakan
pertama, Penerbit : Graha Ilmu, Jakarta
Sodik, Abdul, 2003, Organisasi:
Perilaku, Struktur, Proses. Terjemahan Nunuk Andriani. Binarupa Aksara, Jakarta.
Swastha, Basu Dharmesta dan T. Hani Handoko, 2008, Manajemen Pemasaran, Analisa Perilaku
Konsumen, edisi pertama, cetakan keempat, Penerbit : BPFE, Yogyakarta.
Sumarwan, Ujang,
2003, Perilaku Konsumen Teori dan Penerapannya Dalam Pemasaran, Penerbit : Ghalia Indonesia, Jakarta
Sugiyono, 2009, Metode
Penelitian Administrasi, Dilengkapi dengan Metode, R & D, edisi revisi cetakan ketujuhbelas, Penerbit : Alfabeta
Bandung
Tjiptono, Fandy, 2009, Manajemen Jasa, cetakan kedua, edisi kesatu, Penerbit : Erlangga, Jakarta.
Umar Husain, 2003, Riset
Pemasaran, Dan Perilaku Konsumen, cetakan ketiga, Penerbit : Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta
No comments:
Post a Comment