Pengertian Kualitas Pelayanan Menurut Para Ahli Terbaru
Defenisi
kualitas pelayanan terpusat pada upaya pada pemenuhan kebutuhan dan keinginan
konsumen. Parasuraman dan pujawan (1997) yang dikutip dalam hanif mauludin
(2004) mengemukanan bahwa “kualitas pelayanan merupakan ukuran penilaian
menyeluruh atas tingkat suatu pelayanan yang baik.” Sedangkan Gronroos dalam
pujawan (1997) yang dikutip masih dalam Hanif Mauludin (2004) mendefinisikan
“kualitas pelayanan sebagai hasil persepsi dari perbandingan antara harapan
pelanggan dengan kinerja actual pelayanan.” Dengan kata lain ada dua faktor
utama yang mempengaruhi kualitas jasa, yaitu expected service (pengalaman yang
diharapkan) dan perceived service (pelayanan yang diterima).
Sementara itu,
menurut Gronroos yang dikutip dalam fandy tjiptono (1998:60), mengatakan bahwa
kualitas total suatu jasa terdiri dari 3 komponen utama, yaitu:
1. Technical Quality
Yang
berkaitan dengan kualitas output jasa yang diterima pelanggan. Komponen ini
dapat dijabarkan lagi menjadi 3 jenis yang meliputi:
a. Search quality, dapat dievaluasikan sebelum dibeli,
misalnya harga.
b. Experince quality, hanya bisa dievaluasikan setelah
dikonsumsi, contohnya ketepatan waktu, kecepatan layanan dan kerapihan hasil.
c. Credence quality, sukar dievaluasikan pelanggan
sekalipun telah mengkonsumsi jasa, misalnya kualitas operasi bedah jantung.
2.
Functional quality
Yang berkaitan dengan kualitas cara
penyampaian jasa
3.
Coorporate image
Berupa profil, reputasi, citra umum dan daya tarik khusus suatu perusahaan.
Karena
kualitas pelayanan berpusat pada upaya pemenuhan dari keinginan konsumen serta
ketetapan dalam penyampaiannya, maka Zeithaml dan Bitner (1996:34), mengatakan
bahwa: “kualitas pelayanan adalah penyampaian pelayanan secara utama
dihubungkan dengan kepuasaan pelanggan.”
Berdasarkan
pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa apabila jasa yang diterima oleh
pelanggan sesuai dengan yang diharapkan, maka kualitas pelayanan akan
dipersepsikan baik/ideal, dan sebaliknya jika pelayanan yang diterima lebih
rendah dari pada yang diharapkan konsumen, maka kualitas pelayanan akan
dipersepsikan sangat jelek/kurang ideal, sehingga kebutuhan dan keinginan
konsumen merasa belum terpenuhi/terpuaskan.
Dimensi Kualitas
Jasa/Pelayanan
Menurut parasuraman yang dikutip dalam
Fandy Tjiptono (2002:70), di dalam mengevaluasi kualitas pelayanan perusahaan
yang dapat digunakan sebagai kerangka perencanaan strategi dan analisis, adapun
dimensi-dimensi tersebut adalah sebagai berikut:
- Bukti langsung (tangibles), segala fasilitas fisik termasuk perlengkapan yang nampak dimata konsumen. Seperti lokasi, kebersihan ruangan, tempat parkir, keterampilan pegawai dan sarana komunikasi .
- Empati (empathy), meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan komunikasi yang baik, perhatian pribadi dan memahami kebutuhan para konsumen.
- Kehandalan (reliability), yakni kemampuan memberikan pelayanan sesuai yang di janjikan terpercaya dan akurat, konsisten dan sesuai pelayanan.
- Daya tanggap (responsiveness), yaitu keinginan dari para staf dan karyawan untuk membantu para pelanggan dan memberikan pelayanan dengan cepat.
- Jaminan (assurance), mencakup pengetahuan, kemampuan kesopanan dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf, bebas dari bahaya, risiko atau keragu-raguan.
- Hampir serupa dengan yang diutarakan oleh Fandy Tjiptono, Djaslim Saladin (2002:91) menyatakan
10 faktor dalam service quality:
- Kesiapan sarana jasa .
- Komunikasi harus baik.
- Karyawan harus terampil.
- Hubungan baik dengan konsumen.
- Karyawan harus berorientasi pada konsumen.
- Harus nyata.
- Cepat tanggap.
- Keamanan konsumen terjaga.
- Harus bisa dilihat.
- Memahami keinginan konsumen.
Umtuk
keperluan penelitian ini, maka pengukuran terhadap kualitas pelayanan kantor
pos ini akan digunakan kelima dimensi kualitas pelayanan yang dikemukakan oleh
Parasuraman. Karena dimensi yang dikembangkan merupakan dimensi yang paling
populer dan banyak digunakan bagi penelitian kualitas pelayanan.
Faktor-Faktor Penyebab
Buruknya Kualitas Pelayanan
Menurut Fandy
tjiptono (2002:85) ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan kualitas suatu
jasa menjadi buruk, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Produk dan konsumsi yang terjadi secara
simultan
Salah satu karakteristik jasa yang paling
penting adalah jasa diproduksi dan dikonsumsi pada saat yang bersamaan sehingga
dalam memberikan jasa dibutuhkan kehadiran partisipasi pelanggan/konsumen.
Akibatnya timbul masalah-masalah sehubungan dengan adanya interaksi antara produsen
dan konsumen jasa, yang disebabkan karena tidak terampil dalam melayani
pelanggan, penampilan yang tidak sopan, kurang ramah, cemberut, dan lain-lain.
2. Intensitas tenaga kerja yang tinggi
Keterlibatan
tenaga kerja yang intensif dalam penyampaian jasa dapat menimbulkan masalah
dalam kualitas, yaitu tingkat variabilitas yang tinggi disebabkan oleh tingkat
upah dan pendidikan karyawan yang masih relative rendah, kurangnya perhatian,
dan tingkat kemahiran karyawan yang tinggi.
3. Dukungan terhadap pelanggan internal
yang kurang memadai
Karyawan yang
berada di garis depan merupakan ujung tombak dari system pemberian jasa. Supaya
mereka dapat memberikan jasa yang efektif maka mereka perlu mendapatkan
pemberdayaan dan dukungan dari fungsi-fungsi utama menejemen sehingga nantinya mereka dapat
mengendalikan dan menguasai cara melakukan pekerjaan, sadar dan konteks dimana
pekerjaan dilaksanakan, bertanggung jawab atas output kinerja pribadi,
bertanggung jawab bersama atas kinerja unit dan organisasi, keadilan dalam
distribusi balas jasa berdasarkan kinerja dan kinerja kolektif.
4. Kesenjangan komunikasi
Komunikasi
merupakan faktor yang esensial dalam kontrak dengan karyawan.Jika terjadi gap
dalam komunikasi, maka akan timbul penilaian dan persepsi yang negative
terhadap kualitas pelayanan. Kesenjangan komunikasi dalam pelayanan meliputi:
memberikan janji yang berlebihan sehingga tidak dapat memenuhinya, kurang
menyajikan informasi yang baru kepada pelanggan, pesan kurang dipahami
pelanggan, dan kurang tanggapnya perusahaan terhadap keluhan pelanggan.
5. Memperlakukan pelanggan dengan cara
yang sama.
Para
pelanggan adalah manusia yang bersifat unik karena mereka memiliki perasaan dan
emosi. Dalam hal melakukan interaksi dengan pemberi jasa tidak semua pelanggan bersedia
menerima layanan jasa yang seragam. Sering terjadi pelanggan menuntut jasa yang
bersifat personal dan berbeda dengan pelanggan yang lainnya, sehingga hal ini
merupakan tantangan bagi perusahaan agar dapat memahami kebutuhan pelanggan
secara khusus.
6. Perluasan dan pengembangan pelayanan
secara berlebihan
Memperkenalkan
jasa baru untuk memperkaya jasa yang telah ada agar dapat menghindar adanya
pelayanan yang buruk dan meningkatkan peluang pemasaran, kadang-kadang
menimbulkan masalah disekitar kualitas jasa dan hasil yang diperoleh tidak
optimal.
7. Visi bisnis jangka pendek
Visi bisnis
dalam jangka pendek dapat merusak kualitas jasa yang sedang dibentuk dalam
jangka panjang. Misal kebijakan suatu bank untuk menekan biaya dengan
mengurangi jumlah teller yang menyebabkan semakin panjang antrian di bank
tersebut.
Mengelola Mutu
pelayanan/Jasa
Sebuah
perusahaan jasa dapat memenangkan persaingan dengan menyampaikan secara
konsisten layanan yang bermutu lebih tinggi dibandingkan para pesaing dan yang
lebih tinggi dari pada harapan pelanggan.
Parasuraman,
Zeithaml, dan Berry dalam Kotler (2002:498), telah membentuk model mutu jasa
yang menyoroti syarat-syarat utama dalam memberikan mutu jasa yang tinggi.
Model itu mengidentifikasi 5 kesenjangan yang mengakibatkan kegagalan
penyampaian jasa, yaitu sebagai berikut:
1) Kesenjangan antara harapan konsumen dan
persepsi manajemen: manajemen tidak selalu memahami secara tepat apa yang
diinginkan pelanggan. Pengurus kantor pos mungkin berpikir bahwa konsumen
pelayanan yang lebih baik, tetapi konsumen mungkin lebih mementingkan daya
tanggap pegawainya.
2) Kesenjangan antara persepsi manajemen
dan spesifikasi mutu jasa: manajemen mungkin memahami secara tepat keinginan
pelanggan tetapi menetapkan satu kumpulan standar kinerja tertentu.
3) Kesenjangan antara spesifikasi mutu
jasa dan penyampaian jasa: para petugas mungkin kurang terlatih, tidak mampu
atau tidak mau memenuhi standar. Atau mereka dihadapkan pada standar yang
berlawanan, seperti menyediakan waktu untuk mendengarkan para pelanggan dan
melayani mereka dengan cepat.
4) Kesenjangan antara penyampaian jasa dan
kumunikasi eksternal: harapan konsumen dipengaruhi oleh pernyataan yang dibuat
para petugas perusahaan. Jika petugas kantor pos memperlihatkan keramahan
terhadap konsumen pada saat datang kekantor pos tersebut.
5) Kesenjangan antara jasa yang dialami
dan jasa yang diharapkan: kesenjangan itu terjadi bila pelanggan memiliki
persepsi yang keliru tentang mutu jasa tersebut. Petugas memberi tahukan terhadap
pelanggan /konsumen tentang mutu jasa tersebut.
Strategi Meningkatkan
Kualitas Pelayanan
Meningkatkan
kualitas pelayanan merupakan hal yang sangat penting agar dapat menghadapi
persaingan yang semakin ketat dan tetap eksis di era globalisasi. Banyak faktor
yang harus dipertimbangkan dalam meningkatkan kualitas pelayanan karena hal ini
akan berdampak baik langsung maupun tidak langsung terhadap organisasi secara
keseluruhan. Menurut Fandy Tjiptono (2002:88) ada beberapa faktor dominan yang
perlu diperhatikan untuk meningkatkan kualitas pelayanan,diantaranya adalah:
- Mengidentifikasikan determinan utama kualitas jasa.
- mengelola harapan konsumen.
- mengelola bukti kualitas jasa.
- mendidik konsumen tentang kualitas jasa.
- mengembangkan budaya kualitas.
- menciptakan automating quality.
- menindak lanjuti jasa.
Di bawah ini
akan dijelaskan masing-masing dari faktor tersebut:
1. Mengindentifikasikan determinan utama
kulaitas jasa
Setiap
perusahaan jasa berupaya memberikan kualitas jasa pelayanan yang terbaik kepada
para pelanggannya, perlu melakukan riset untuk mengidentifikasi jasa dominan
yang paling penting bagi pasar sasaran terhadap perusahaan serta berdasarkan
determinan tersebut, sehingga diketahui posisi relative perusahaan dimata
pelanggan dibandingkan dengan para pesaing agar dapat memfokuskan peningkatkan
kulitasnya pada aspek dominan tersebut.
2. Mengelola harapan konsumen
Tidak jarang
suatu perusahaan berusaha melebih-lebihkan pesan komunikasinya kepada konsumen
agar mereka terpikat. Hal seperti ini dapat menjadi bumerang bagi perusahaan
karena semakin besar pula harapan konsumen yang pada gilirannya akan menambah
peluang tidak dapat terpenuhinya harapan konsumen oleh perusahaan.
3. Mengelola bukti kualitas jasa
Mengelola
bukti kualitas jasa bertujuan untuk memperkuat persepsi konsumen selama dan
sesudah jasa diberikan. Oleh karena jasa merupakan kinerja dan tidak dapat
dirasakan seperti barang, maka konsumen cenderung untuk memperhatikan
faktor-faktor tangible yang berkaitan dengan jasa sebagai bukti kualitas. Dari
sudut pandang perusahaan jasa, bukti langsung meliputi segala sesuatu yang
dipandang konsumen sebagai indicator seperti apa jasa yang diberikan dan
seperti apa saja yang telah diterima.
4. Mendidik konsumen tentang jasa
Membantu
konsumen dalam memahami merupakan upaya yang sangat positif dalam rangka
menyampaikan kualitas jasa. Konsumen yang terdidik akan dapat mengambil
keputusan lebih baik sehingga kepuasan mereka dapat tercipta lebih tinggi.
Upaya mendidik konsumen ini dapat dilakukan dalam bentuk melakukan pelayanan
sendiri, membantu konsumen kepada mengunakan
sesuatu jasa, bagaimana menggunakan jasa, dan menjelaskan kepada
konsumen alasaan-alasan yang mendasari kebijaksanaan yang bisa mengecewakan
mereka.
5. Mengembangkan budaya kualitas
Budaya
kualitas merupakan system nilai organisasi yang menghasilkan lingkungan yang
kondusif bagi pembentukan dan penyempurnaan kualitas secara terus-menerus.
Budaya kulitas terdiri dari: filosofi, keyakinan,sikap, norma, nilai tradisi,
prosedur, dan harapan yang meningkatkan kualitas. Agar dapat menciptakan budaya
kualitas yang baik maka dibutuhkan komitmen menyeluruh pada seluruh anggota
organisasi.
6. Menciptakan automating quality
Adanya
otomatisasi dapat mengatasi variabilitas kualitas jasa yang disebabkan
kurangnya sumberdaya manusia yang dimiliki. Namun sebelum memutuskan melakukan
otomatisasi perusahaan perlu melakukan penelitian secara seksama untuk
menentukan bagian yang dibutuhkan sentuhan manusia dan bagian yang memerlukan
otomatisasi.
7. Menindak lanjuti jasa
Menindak lanjuti jasa dapat membantu
memisahkan aspek-aspek jasa yang perlu ditingkatkan. Perusahaan perlu mengambil
inisiatif untuk menghubungi sebagian atau semua konsumen untuk mengetahui
keinginan dan persepsi mereka terhadap jasa yang diberikan. Perusahaan dapat
pula memberikan kemudahaan bagi para konsumen untuk berkomunikasi baik
menyangkut kebutuhan maupun keluhan mereka.
8.
Mengembangkan system informasi kulitas jasa
System
informasi kulitas jasa merupakan suatu system yang menggunakan berbagai macam
pendekatan secara sistematis untuk mengumpulkan dan menyebarluaskan informasi
kualitas jasa guna mendukung pengambilan keputusan. Informasi yang dibutuhkan
mencakup segala aspek, yaitu data saat ini dan masa lalu, kuantitatif, internal
dan eksternal, serta informasi mengenai perusahaan dan konsumen.
Pengertian Jasa
Dalam kelancaran dan perkembangan suatu perusahaan dalam menarik minat
konsumennya tidak terlepas dari jasa yang ditawarkan atau dipasarkan oleh suatu
perusahaan. Pemasaran merupakan jembatan penghubung antara organisasi dengan
konsumennya. Peran penghubung ini akan berhasil jika seluruh upaya pemasaran
diorientasikan kepada konsumen. Pemasaran jasa yang baik harus didukung oleh
aspek-aspek yang menciptakan pemasaran jasa dan isu-isu strategis yang perlu
diperhatikan oleh para penyedia jasa. Karena pada dasarnya pemasaran harus
disesuaikan dengan situasi dan kondisi manajemen perusahaan.
Jasa memiliki keseragaman inti
yang dikemukakan oleh beberapa ahli, antara lain sebagai berikut:
Menurut kotler (2002:486): “Jasa adalah setiap
tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan
oleh satu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan
tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Produknya dapat dikaitkan atau tidak
dikaitkan dengan suatu produk fisik.”
Menurut Zeithaml dan Bitner (2000:3) yang dikutip
dalam Buchari Alma (2000:204) menyatakan : ”Jasa adalah suatu kegiatan ekonomi yang outputnya bukan
berupa produk fisik. Biasanya dikonsumsi secara bersamaan seiring dengan
produksinya, dan memberikan nilai tambah (seperti kenikmatan, hiburan, santai
atau kesehatan) yang pada intinya bersifat tidak berwujud bagi pembeli.”
Menurut William J. Stanton (1996:220)
mengemukakan: ”Jasa adalah kegiatan yang dapat diidentifikasikan secara
tersendiri, yang pada hakikatnya bersifat tak teraba (intangible), yang
merupakan pemenuhan kebutuhan, dan tidak harus terikat pada penjualan produk
atau jasa lain. Untuk menghasilkan jasa mungkin atau mungkin pula tidak
diperlukan penggunaan benda nyata (tangible). Akan tetapi, sekalipun penggunaan
itu perlu, namun tidak terdapat adanya pemindahan hak milik atas benda tersebut
(pemilikan permanent).”
Berdasarkan beberapa pendapat
yang telah dikemukan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa jasa merupakan
keseluruhan aktivitas ekonomi yang ditawarkan oleh perusahaan kepada konsumen,
yang pada dasarnya bersifat intangible (tidak berwujud fisik), tidak
mengakibatkan kepemilikan apapun yang tujuannya adalah untuk memberikan
kepuasan bagi konsumen.
Karakteristik Jasa
Secara umum
kita dapat melihat karakteristik umum dari jasa berdasarkan pendapat dari
beberapa ahli, diantaranya adalah sebagai berikut:
Menurut
William J. Stanton (1996:223) sifat atau karakteristik jasa adalah sebagai
berikut:
- Maya atau tidak teraba (intangibility) Oleh karena jasa-jasa tidak teraba, pelanggan tidak dapat mengambil contohnya (secara mencicipi, merasakan, melihat, mendengar atau mencium) sebelum pelanggan membelinya.
- Tak terpisahkan (inseparability). Jasa kerapkali tak terpisahkan dari pribadi penjual. Tambahan pula, jasa tertentu harus diciptakan dan digunakan habis pada saat bersamaan. Umpamanya, dokter gigi menciptakan dan menggunakan hamper keseluruhan jasanya pada saat itu.
- Heterogenitas. Industri jasa, bahkan individu penjual jasa, tidak mungkin mengadakan standardisasi dari output. Setiap “unit” jasa agak berbeda dari “unit-unit’ lain jasa yang sama itu. Umpamanya pekerjaan order reparasi seorang montir mobil tidak sama kualitasnya antara satu order dengan lainnya.
- Cepat hilang (perishability) dan permintaan yang berfluktuasi. Jasa cepat hilang dan tidak dapat disimpan. Ada pengecualian penting dalam pernyataan umum mengenai cepat rusaknya dan penyimpanan jasa-jasa ini. Umpamanya dalam hal asuransi kesehatan dan jiwa, jasa dibeli. Dan dipegang oleh perusahaan asuransi (penjual) sampai saat diperlukan oleh pembeli atau yang berhak menerima (beneficiary). Pemegangan ini merupakan sejenis penyimpanan (storage).
Kemudian menurut Edward W. Wheatley yang dikutip oleh
Buchary Alma (2000:205) mengungkapkan beberapa perbedaan anatara jasa dan
barang, adalah sebagai berikut:
- Pembelian jasa, sangat dipengaruhi oleh motif yang didorong oleh emosi.
- Jasa bersifat tidak berwujud, berbeda dengan barang yang bersifat berwujud. Dapat dilihat, dirasa, dicium, memiliki berat, ukuran dan sebagainya.
- Barang bersifat tahan lama, tetapi jasa tidak. Jasa dibeli dan dikonsumsi pada waktu yang sama.
- Barang dapat disimpan, sedangkan jasa tidak dapat disimpan.
- Ramalan permintaan dalam marketing barang merupakan masalah, tidak demikian halnya dengan marketing jasa. Untuk menghadapi masa-masa puncak, dapat dilatih tenaga khusus.
- Adanya masa puncak yang sangat padat, merupakan masalah tersendiri bagi marketing jasa. Pada masa puncak, ada kemungkinan layanan yang diberikan oleh produsen sangat minim, misalnya waktunya dipersingkat, agar dapat melayani langganan sebanyak mungkin. Jika mutu jasanya tidak dikontrol, maka ini dapat berakibat negatife terhadap perusahaan, karena banyak langganan merasa tidak puas.
- Usaha jasa sangat mementingkan unsur manusia.
- Distribusinya bersifat langsung, dari produsen ke konsumen.
Macam-Macam
Jasa
Paul D. Converse yang dikutip dalam Buchari Alma
(2000:208), macam-macam jasa dapat dikelompokkan sebagi berikut:
1.
Personalized service
Jasa ini sangat bersifat personal, yang tidak dapat dipisahkan dari
orang yang menghasilkan jasa tersebut. Oleh sebab itu pelayanannnya harus
langsung ditangani sendiri oleh produsennya. Personalized service dapat
digolongkan lagi kedalam 3 golongan, yaitu:
a. Personal service
yang dimaksud
dengan personal service oleh U.S Census
of business mendefinisikan “personal service adalah jasa yang sangat
mengutamakan pelayanan orang dan perlengkapannya, seperti tukang cukur, salon
kecantikan, laundry, fotografi.”
b. Professional service
orang-orang
yang memiliki profesi, dalam marketing approach-nya biasanya menunggu
langganan. Jika memuaskan langganan yang pernah datang akan kembali lagi di
lain waktu. Jadi yang penting disini ialah harus adanya reputasi yang baik.
Beberapa tahun yang lalu, jasa professional hanya meliputi tiga bidang, bidang
pengobatan, hukum, dan akuntansi. Sejak 1960-an, istilah professional sudah
diperluas dengan arsitektur, teknik, keuangan, konsultan, manajemen,
pendidikan, pidato, militer, administrasi kesehatan.
c. Business service
Dalam
marketing business service ini seperti usaha akuntansi dan biro-biro konsultan
lain, system marketingnya juga agak bersifat tidak langsung. Mereka lebih
senang diundang oleh langganan-langganan baru untuk memberikan jasa-jasanya.
2.
Financial service
Financial service terdiri dari:
a. Banking service (Bank)
b. Insurance services (asuransi)
c. Investment Securities (lembaga penanam modal)
3.
Public Utility dan Transportion Services
Perusahaan public
utility mempunyai monopoli secara alamiah, misalnya perusahaan listrik, air
minum. Sedangkan dalam
transportation services ialah meliputi: angkutan kereta api, kendaraan umum,
pesawat udara dan sebagainya.
4. Entertainment
Yaitu
termasuk kedalam kelompok ini adalah: usaha-usaha dibidang olah raga, bioskop,
gedung-gedung pertunjukkan dan usaha-usaha hiburan lainnya.
5. Hotel Services
Hotel bukan
merupakan suatu objek parawisata melainkan merupakan salah satu saran dalam
bidang kepariwisataan, maka dalam hal ini hotel perlu mengadakan kegiatan
bersama dengan tempat-tempat rekreasi, hiburan, travel biro, dan lain-lain,
untuk menonjolkan sesuatu yang khas dari suatu objek wisata, agar dapat menjadi
daya tarik dari daerah yang bersangkutan.
Jasa yang dapat ditawarkan dalam bidang
perhotelan:
-fasilitas
penyediaan/penyewaan kamar.
-fasilitas
penyediaan ruang konferensi/ruang sidang.
-menyediakan
penukaraan valuta asing.
-Menjual
makanan dan minuman.
-fasilitas lainnya yang meliputi laundry, swimming pool,
telfon dan lain-lain.
Sistem Penyampaian Jasa
Menurut Yazid (1999:16) system penyampaian jasa
mencakup kapan, dimana dan bagaimana jasa disampaikan pada konsumen,
mencakup elemen-elemen yang dapat dilihat dari system operasi (peralatan
pendukung dan personel). Juga mencakup display kepada konsumen lain. Secara
tradisional, intraksi antara personel jasa dan konsumen berlangsung secara
tertutup. Tetapi untuk kepentingan efisien dan kenyamanan konsumen, maka
interaksi antara konsumen dan personel mulai terbuka.
No comments:
Post a Comment