Redirect SKRIPSI TERBARU: Ulasan Tentang Pengertian Sikap Menurut Para Ahli

Saturday, January 2, 2016

Ulasan Tentang Pengertian Sikap Menurut Para Ahli

Ulasan Tentang Pengertian Sikap Menurut Para Ahli

Pengertian Sikap
SKRIPSI TERBARU: Sikap manusia telah didefinisikan dalam berbagai versi oleh para ahli psikologi terkemuka. Berkowitz (dalam Azwar, 1995:4) menemukan adanya lebih dari tigapuluh definisi sikap. Puluhan definisi ini pada umumnya dapat dimasukkan ke dalam salah-satu diantara tiga kerangka pemikiran (Azwar, 1995:4).

Kelompok pemikiran yang pertama diwakili oleh Louis Thurstone, Rensis Likert, dan Charles Osgood. Mereka mendefiniskan sikap sebagai suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan (Azwar, 1995:4). Secara lebih spesifik, Thurstone (dalam Azwar, 1995:5) memformulasikan sikap sebagai derajat afek positif atau afek negatif terhadap suatu objek psikologis. Pendapat serupa diungkapkan oleh ahli psikologi lain seperti Berkowitz. Berkowitz (dalam Azwar, 1995:5) mengatakan bahwa sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut.

Kelompok pemikiran kedua diwakili oleh para ahli psikologi sosial dan psikologi kepribadian seperti Chave, Bogardus, LaPiere, Mead, dan Gordon Allport, yang mana konsep mereka mengenai sikap lebih kompleks, tidak hanya sekedar reaksi perasaan semata. Menurut mereka sikap merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara tertentu. Pendapat ini juga didukung oleh ahli psikologi lain seperti Gagne, Calhoun, Thomas, Znaniecki, dan Aiken.

LaPiere (dalam Azwar, 1995:5) mendefinisikan sikap sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial. Sedengakan Allport (dalam Sears, D, O., Freedman, J, L., & Peplau, L, A., 1985:137) mengemukakan bahwa sikap adalah keadaan mental dan syaraf dari kesiapan, yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau berarah terhadap respon individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan dengannya. Hal serupa diungkapkan oleh Gagne (dalam Abror, 1993:108) bahwa sikap merupakan keadaan kesiapan mental dan susunan syaraf, yang mempengaruhi atau yang dinamis terhadap respon individu atas semua obyek atau situasi yang berhubungan. Menurut Calhoun (1990:315) sikap adalah sekelompok keyakinan dan perasaan yang melekat tentang objek tertentu dan kecenderungan untuk bertindak terhadap objek tersebut dengan cara tertentu. Sedangkan Thomas dan Znaniecki (dalam Ramdhani, 2009) merumuskan sikap sebagai predisposisi untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku tertentu.

Dalam istilah kecenderungan (predisposition), terkandung pengertian arah tindakan yang akan dilakukan seseorang berkenaan dengan suatu objek (Djaali, 2008:115). Arah tersebut dapat bersifat mendekati atau menjauhi suatu objek (orang, benda, ide, lingkungan, dan lain-lain), dilandasi oleh perasaan penilaian individu yang bersangkutan terhadap objek-objek tersebut. Misalnya, ia menyukai atau tidak menyukainya, menyenangi atau tidak menyenanginya, menyetujui atau tidak menyetujuinya. Aiken (dalam Ramdhani, 2009) mendefinisikan

Kelompok pemikiran ketiga adalah kelompok yang berorientasi pada skema triadik (triadic scheme). Menurut kerangka pemikiran ini, sikap merupakan konstelasi komponen-komponen kognitif, afektif, dan konatif yang saling berinteraksi satu sama lain dalam memahami, merasakan dan berperilaku terhadap suatu objek (Azwar, 1995:5). Sesuai dengan pendapat Eagly & Chaiken (dalam Ramdhani, 2009) mengemukakan bahwa sikap dapat diposisikan sebagai hasil evaluasi terhadap objek sikap, yang diekspresikan ke dalam proses-proses kognitif, afektif, dan perilaku. Sebagai hasil evaluasi, Katz dan Stolen (dalam Ramdhani, 2009) mendefiniskan sikap sebagai suatu kesimpulan dari berbagai pengamatan terhadap objek yang diekspresikan dalam bentuk respon kognitif, afektif, dan perilaku individu.

sikap terhadap objek, gagasan atau orang tertentu merupakan orientasi yang bersifat menetap dengan komponen-komponen kognitif, afektif, dan perilaku (Sears, D, O,. Freedman, J, L., & Peplau, L, A., 1985:138). Komponen kognitif terdiri dari seluruh kognisi yang dimiliki seseorang mengenai objek sikap tertentu―fakta, pengetahuan dan keyakinan tentang objek. Komponen afektif terdiri dari seluruh perasaan atau emosi seseorang terhadap objek, terutama peniaian. Komponen perilaku terdiri dari kesiapan seseorang untuk bereaksi atau kecenderungan untuk bertindak terhadap objek (Sears, D, O,. Freedman, J, L., & Peplau, L, A, 1985:138).

Para pakar psikologi sosial selalu mengkaji sikap sebagai komponen dari sistem yang terdiri atas tiga bagian atau disebut juga skema triadik yaitu; keyakinan mencerminkan komponen kognitif, sikap merupakan komponen afektif, dan tindakan mencerminkan komponen perilaku (Atkinson, R, L., Atkinson, R, C., & Hilgard, E, R., 1983:371).

Menurut Azwar (1995:6) selain pembagian kerangka di atas, ada dua pendekatan baru dalam mendefinisikan sikap yang dikembangkan oleh para psikologi sosial mutakhir.

Pendekatan yang pertama adalah yang memandang sikap sebagai kombinasi reaksi kognitif, afektif, dan perilaku terhadap suatu objek. Ketiga komponen ini secara bersama-sama mengorganisasikan sikap individu. Pendekatan kedua timbul dikarenakan adanya ketidakpuasan atas penjelasan mengenai inkonsistensi yang terjadi antara ketiga komponen kognisi, afeksi, dan konasi dalam membentuk sikap. Pengikut pendekatan ini memandang perlu untuk membatasi konsep sikap hanya pada aspek afektif saja. Definisi yang mereka ajukan mengatakan bahwa sikap tidak lain adalah penilaian (afek) positif atau negatif terhadap suatu objek.

Pustaka

Atkinson, R, L., Atkinson, R, C., & Hilgard, E, R. 1983. Pengantar Psikologi. Jakarta: Erlangga.

Azwar, S. 1995. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Calhoun, J, F., & Acocella, J, R. 1990. Psikologi tentang Penyesuaian dan Hubungan Kemanusiaan. Semarang: IKIP Semarang Press.

Sears, D, O., Freedman, J, L., & Peplau, L, A. 1985. Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga

Baca juga:

No comments:

Post a Comment