Analisis Pengaruh
Kompetensi Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Bank Negara Indonesia Cabang
Kabupaten Pidie
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Masalah utama yang dianggap sebagai isu bisnis yang
berkaitan dengan Sumber Daya Manusia menurut Schuler (Lina Anatan dan Lena
Ellitan, 2007:3) antara lain mengelola Sumber Daya Manusia untuk menciptakan
kemampuan (kompetensi) Sumber Daya Manusia, mengelola diversitas tenaga kerja
untuk meraih keunggulan kompetitif, mengelola Sumber Daya Manusia untuk meraih
keunggulan kompetitif, mengelola Sumber Daya Manusia untuk menghadapi
globalisasi.
Untuk meningkatkan kompetensi Sumber Daya Manusia dalam
proses transformasi dilakukan aktivitas pengembangan yang berhubungan dengan
peran utama manajer Sumber Daya Manusia yang baru, yaitu sebagai seorang
bisnis, pembentuk perubahan, konsultan bagi organisasi atau mitra kerja,
perumus dan pengimplementasi strategi, manajer bakat, minat, dan kepemimpinan
dan sebagai manajer aset dan pengendalian biaya. Tugas utama pimpinan dalam
kondisi tersebut adalah mengarahkan dan mengatur program pelatihan, pendidikan,
dan pengembangan Sumber Daya Manusia perlu diterapkan dalam perusahaan atau
organisasi untuk meningkatkan kompetensi Sumber Daya Manusia yang ada.
Pentingnya keberadaan sumber daya manusia dalam
organisasi berawal dari semakin diperlukannya fungsi sumber daya manusia untuk
pelaksanaan dan pengembangan organisasi. Fungsi sumber daya manusia tersebut
berawal dari fungsi administrasi sampai fungsi manajemen dan fungsi strategis.
Sejalan dengan meningkatnya tuntutan
organisasi, maka semakin besar tanggung jawab yang harus diemban oleh bagian sumber daya manusia dalam
mengelola dan mengembangkan karyawan karena karyawan harus mampu melaksanakan
tugas-tugas dan tanggung jawab sesuai dengan tuntutan organisasi tersebut. Oleh
karena itu, kegiatan sumber daya manusia terus berkembang, yaitu dari kegiatan
yang bersifat administratif ke arah yang bersifat manajerial dan strategis.
Hutapea dan Nurianna (2008:86) mengemukakan bahwa peran
sumber daya manusia perlu dikelola secara profesional. Peran sumber daya
manusia yang semula hanya sebagai penunjang perlu diubah menjadi strategik,
dimana pengelolaan sumber daya manusia ditujukan agar organisasi dapat
beroperasi dengan efisien sehingga dapat mencapai sasaran kerjanya.
Dinamika bisnis dan dunia usaha menuntut organisasi
untuk lebih dinamis. Dengan begitu, organisasi memerlukan sumber daya manusia
yang mampu mengimbangi dinamika organisasi tersebut, yaitu sumber daya manusia
yang memiliki nilai yang kuat, fleksibel dan dapat beradaptasi dengan perubahan
lingkungan. Untuk itu sumber daya manusia harus memiliki kapasitas yang
dibangun di atas pondasi yang kuat, yang sesuai dengan tuntutan usaha. Sumber daya manusia yang
berbasis kompetensi dapat meningkatkan kapasitas dan membangun pondasi karena
apabila orang-orang yang bekerja dalam organisasi memiliki kompetensi yang
tepat sesuai dengan tuntutan pekerjaannya, maka dia akan mampu baik dari segi
pengetahuan, keterampilan maupun mental serta karakter produktifnya. Dengan
kepemilikan nilai (value) yang kuat, mereka akan selalu siap menghadapi
perubahan sesuai dengan tuntutan organisasi tanpa menghilangkan jati dirinya.
Dukungan teori mengenai kompetensi mempunyai pengaruh
terhadap peningkatan prestasi atau kinerja, dikutip dari buku Sutrisno
(2009:228) mengemukakan bahwa kompetensi terdiri dari sejumlah perilaku kunci
yang dibutuhkan untuk melaksanakan peran tertentu untuk menghasilkan prestasi
atau kinerja kerja yang memuaskan. Perilaku ini biasanya dibutuhkan secara
konsisten oleh para karyawan yang melakukan aktivitas kerja. Perilaku tanpa
maksud dan tujuan tidak bisa dinamakan sebagai kompetensi.
Penentuan tingkat kompetensi yang berbasis sumber daya
manusia dibutuhkan agar dapat mengetahui tingkat prestasi atau kinerja yang
diharapkan untuk kategori baik atau rata-rata. Penentuan kompetensi yang
dibutuhkan tentunya akan dapat dijadikan sebagai dasar bagi evaluasi kinerja
kerja. Menurut Dharma (2005:99) kompetensi selalu mengandung maksud atau
tujuan, yang merupakan dorongan motif atau trait yang menyebabkan suatu
tindakan untuk memperoleh suatu hasil yakni kinerja kerja karyawan.
Peningkatan kinerja karyawan secara perorangan akan
memberikan kompetensi bagi kinerja sumber daya manusia secara keseluruhan. Oleh
karena itu penilaian kinerja merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan
dengan organisasi dan sumber daya manusia yang kompetensi. Kompetensi
berpengaruh terhadap kinerja karyawan, hal ini sebagai-mana dikemukakan oleh
Nick Boreham (2004:5), yang meneliti mengenai “Teori kompetensi kolektif
menantang individualisasi neo-liberal kinerja di tempat kerja."
Pekerjaan contempory terkait pendidikan dan pelatihan
merupakan kebijakan kompetensi kerja sebagai hasil dari kinerja individu di
tempat kerja. Karya ini menyajikan kritik dari asumsi neoliberal, dengan alasan
bahwa dalam banyak kasus kompetensi harus terencana sebagai atribut kelompok,
tim, dan masyarakat. Ini mengusulkan teori kompetensi kolektif dalam hal (1)
membuat rasa kolektif acara di tempat kerja, (2) mengembangkan dan menggunakan
basis pengetahuan kolektif dan (3) mengembangkan rasa saling ketergantungan. Suatu
pekerjaan terkait dengan pendidikan dan pelatihan merupakan kebijakan
kompetensi kerja sebagai hasil dari kinerja individu di tempat kerja, dimana
sering terjadi bahwa kompetensi harus sebagai atribut dari kelompok atau tim. Ini berarti bahwa
kompetensi berkaitan dengan (1) membuat rasa kolektif acara di tempat kerja,
(2) mengembangkan dan menggunakan basis pengetahuan kolektif dan (3)
mengembangkan rasa saling ketergantungan dengan sesama individu.
Begitu pula yang dikemukakan oleh Tati Setiawati
(2009:4) mengungkapkan bahwa kompetensi kerja memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap kinerja dosen pada FPTK UPI, dimana hasil penelitian yang dilakukan
menunjukkan bahwa kompetensi, yang terdiri dari : pengetahuan, keterampilan dan
pengalaman kerja mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan
kinerja dosen, hal ini disebabkan karena pengetahuan menurut Sutrisno
(2009:222) merupakan ilmu yang diperoleh untuk melakukan suatu kemampuan dalam
membentuk tindakan seseorang, sehingga dengan adanya kemampuan tersebut maka
dapat lebih meningkatkan kinerja.
Kemudian keterampilan menurut Dunnett's (2004:110)
adalah sebagai kapasitas yang dibutuhkan untuk melaksanakan suatu rangkaian
tugas atau kerja yang berkembang dari hasil pelatihan yang diperoleh untuk
meningkatkan kinerja. Begitu pula dengan perilaku menurut Sutrisno (2009:228)
mengemukakan bahwa perilaku dibutuhkan secara konsisten oleh para pegawai yang
melakukan aktivitas kerja. Sedangkan pengalaman kerja menurut Siagian (1992:52)
menunjukkan berapa lama agar supaya pegawai bekerja dengan baik, yang didapat
seseorang untuk meningkatkan kemampuannya (kinerja kerjanya) dalam melaksanakan
pekerjaan.
Menurut Prihadi (2004:17) mengatakan bahwa komponen utama kompetensi
adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang saling terkait
mempengaruhi sebagian besar jabatan (peranan atau tanggung jawab), berkorelasi
dengan kinerja pada jabatan tersebut, dan dapat diukur dengan standar-standar
yang dapat diterima, serta dapat ditingkatkan melalui upaya-upaya pelatihan dan
pengembangan.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penulis
menentukan obyek penelitian pada perusahaan PT. Bank Negara Indonesia, yakni
perusahaan yang bergerak di bidang jasa
perbankan, alasan pemilihan obyek penelitian ini disebabkan karena Bank Negara Indonesia saat ini masuk ke dalam kelompok bank
menengah di Indonesia dari sisi aset,
seiring dengan terbukanya kesempatan dan peningkatan kemampuan melayani
kebutuhan masyarakat yang lebih luas, ke segmen komersial dan konsumer, dengan
memberikan pelayanan secara konvensional maupun syariah, yang didukung oleh
sistem pengelolaan dana yang optimal, kehandalan teknologi informasi,
kompetensi sumber daya manusia dan praktek tata kelola perusahaan yang baik.
Sehingga dari segmen tersebut maka penulis menfokuskan pada kompetensi sumber
daya manusia yang dimiliki oleh karyawan pada PT. Bank Negara Indonesia, dengan
berdasarkan pada variabel pengetahuan, keterampilan, perilaku dan pengalaman
kerja. Ketiga variabel tersebut membentuk kompetensi sumber daya manusia,
sehingga dengan adanya pengetahuan, keterampilan, perilaku dan pengalaman kerja
maka akan berpengaruh terhadap kinerja karyawan pada PT. Bank Negara Indonesia
.
Dalam kaitannya dengan uraian tersebut di atas, penulis
tertarik untuk mengangkat tema, dengan memilih judul : ”Analisis Pengaruh
Kompetensi Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Bank Negara Indonesia , Tbk.
Cabang Kabupaten Pidie ”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah
dikemukakan sebelumnya, maka dapat disajikan masalah pokok yakni sebagai
berikut :
1. Apakah
pengetahuan, keterampilan, perilaku dan pengalaman kerja berpengaruh signifikan
terhadap kinerja karyawan pada PT. Bank Negara Indonesia Tbk. Cabang Kabupaten Pidie
2. Diantara
variabel pengetahuan, keterampilan, perilaku dan pengalaman kerja, manakah yang
paling berpengaruh terhadap kinerja
karyawan pada PT. Bank Negara Indonesia , Tbk. Cabang Kabupaten Pidie .
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dengan diadakannya penelitian
ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk
menganalisis pengaruh pengetahuan, keterampilan, perilaku dan pengalaman kerja
terhadap kinerja karyawan pada PT. Bank Negara Indonesia , Tbk. Cabang
Kabupaten Pidie .
2. Untuk
menganalisis variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap kinerja karyawan pada PT. Bank Negara
Indonesia , Tbk. Cabang Kabupaten Pidie .
1.4 Manfaat Penelitian
Sedangkan kegunaan penelitian ini antara lain :
1. Sebagai
bahan masukan untuk Bagian Personalia pada PT. Bank Negara Indonesia , Tbk.
Cabang Kabupaten Pidie , dalam menyusun kebijakan penentuan kompetensi sumber
daya manusia dalam menjalankan aktivitas pada masing-masing bagian.
2. Sebagai
masukan dan informasi awal kepada mereka yang meminati penelitian lanjutan di
bidang kompetensi sumber daya manusia.
3. Sebagai
masukan bagi calon tenaga kerja untuk mengetahui kompetensi yang paling perlu untuk bekerja di bidang
perbankan.
1.5 Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penulisan selanjutnya, maka dikemukakan
sistematika penulisan sebagai berikut :
Bab I Merupakan Pendahuluan yang menguraikan latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika
penulisan.
Bab II Tinjauan Pustaka yang berisikan pengertian manajemen sumber daya
manusia, pengertian kompetensi, komponen utama kompetensi, manfaat kompetensi,
ciri-ciri kompetensi, pengertian kinerja, kerangka pikir, dan hipotesis.
Bab III Metode Penelitian yang
meliputi daerah dan waktu penelitian, metode pengumpulan data, jenis dan sumber
data, populasi dan sampel, metode analisis, definisi operasional variabel.
Bab IV Hasil Penelitian yang
terdiri gambaran umum profil responden, deskripsi tanggapan responden, analisis
realibilitas dan validitas, analisis pengaruh kompetensi terhadap kinerja
karyawan dan pembahasan.
Bab V Penutup yang terdiri dari
kesimpulan dan saran-saran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teori
2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen sumber daya manusia (MSDM) merupakan salah
satu bidang dari manajemen umum yang meliputi segi-segi perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian. Proses ini terdapat dalam
fungsi/bidang produksi, pemasaran, keuangan, maupun kekaryawanan. Karena sumber
daya manusia (SDM) dianggap semakin penting peranannya dalam pencapaian tujuan perusahaan, maka berbagai
pengalaman dan hasil penelitian dalam bidang SDM dikumpulkan secara sistematis
dalam apa yang disebut manajemen sumber daya manusia. Istilah “manajemen”
mempunyai arti sebagai kumpulan pengetahuan tentang bagaimana seharusnya
memanage (mengelola) sumber daya manusia.
Dalam usaha pencapaian tujuan perusahaan, permasalahan
yang dihadapi manajemen bukan hanya terdapat pada bahan mentah, alat-alat
kerja, mesin-mesin produksi, uang dan
lingkungan kerja saja, tetapi juga menyangkut karyawan (sumber daya manusia)
yang mengelola faktor-faktor produksi lainnya tersebut. Namun, perlu diingat
bahwa sumber daya manusia sendiri sebagai faktor produksi, seperti halnya
faktor produksi lainnya merupakan
masukan (input) yang diolah oleh perusahaan dan menghasilkan keluaran (output).
Karyawan baru yang belum mempunyai keterampilan dan keahlian dapat dilatih sehingga
menjadi karyawan yang terampil dan ahli.
Manajemen sumber daya manusia dapat diartikan sebagai
proses serta upaya untuk merekrut,
mengembangkan, memotivasi, serta mengevaluasi keseluruhan sumber daya manusia
yang diperlukan perusahaan dalam pencapaian tujuannya. Hal ini mencakup dari mulai
memilih siapa saja yang memiliki kualifikasi dan pantas untuk menempati posisi
dalam perusahaan (the right man on the right place) seperti disyaratkan
perusahaan hingga bagaimana agar kualifikasi ini dapat dipertahankan bahkan
ditingkatkan serta dikembangkan dari waktu ke waktu. Oleh karena manajemen
sumber daya manusia ini merupakan proses yang berkelanjutan sejalan dengan
proses operasionalisasi perusahaan, maka perhatian terhadap sumber daya manusia
ini memiliki tempat yang khusus dalam organisasi perusahaan.
Simamora (2006:4) mengemukakan bahwa manajemen sumber
daya manusia adalah merupakan pendayagunaan, pengembangan, penilaian, pemberian
balas jasa, dan pengelolaan individu anggota organisasi atau kelompok karyawan.
Sule dan Saefullah (2005:13) mengemukakan bahwa
manajemen sumber daya manusia adalah penerapan manajemen berdasarkan fungsinya
untuk memperoleh sumber daya manusia yang terbaik bagi bisnis yang kita
jalankan dan bagaimana sumber daya
manusia yang terbaik tersebut dapat dipelihara dan tetap bekerja sama dengan
kualitas pekerjaan yang senantiasa konstan ataupun bertambah.
Berdasarkan pengertian di atas, maka ada empat hal yang
kian penting diperhatikan berkenaan dengan manajemen sumber daya manusia yaitu:
a. Penekanan
yang lebih dari biasanya terhadap pengintegrasian berbagai kebijakan sumber
daya manusia dengan perencanaan bisnis.
b. Tanggung
jawab pengelolaan sumber daya manusia tidak lagi terletak hanya pada manajer
khusus, tetapi sekarang dianggap terletak pada manajemen lini senior.
c. Perubahan
fokus dari hubungan serikat pekerja manajemen menjadi hubungan manajemen
karyawan, dari kolektivisme menjadi individualisme.
d. Terdapat
penekanan aksentuasi pada komitmen dan melatih inisiatif di mana manajer
berperan sebagai penggerak dan fasilitator.
Hasibuan (2008:11) yang berpendapat tentang manajemen
sumber daya manusia adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengendalian dari pengadaan, pengembangan, kompensasi, pengintegrasian,
pemeliharaan, dan pemberhentian karyawan dengan maksud terwujudnya tujuan
perusahaan, individu, karyawan, dan masyarakat.
Sedangkan Martoyo (2007:3) mengemukakan pengertian
manajemen sumber daya manusia adalah bekerja dengan orang-orang untuk
menentukan, mengintepretasikan, dan mencapai tujuan-tujuan organisasi
dengan pelaksanaan fungsi-fungsi
perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penyusunan
personalia/kekaryawanan (staffing), pengarahan dan kepemimpinan (leading), dan
pengawasan (controlling).
2.1.2 Pengertian Kompetensi
Dalam lingkungan perusahaan, baik di dalam negeri
maupun di luar negeri, pada awalnya
hanya ada 2 jenis definisi kompetensi yang berkembang pesat menurut Hutapea dan
Thoha (2008:3) yaitu :
a. Kompetensi yang didefinisikan sebagai gambaran tentang apa yang harus
diketahui atau dilakukan agar dapat melaksanakan pekerjaannya dengan baik
(Miller, Rankin and Neathey, 2001:59). Pengertian kompetensi jenis ini dikenal
dengan nama Kompetensi Teknis atau Fungsional (Technical/ Functional
Competency) atau dapat juga disebut dengan istilah Hard Skills/Hard Competency
(kompetensi keras). Kompetensi jenis ini bermula dan berkembang di Inggris dan
banyak digunakan di Negara-negara Eropa dan di Negara-negara Commonwealth.
Kompetensi teknis adalah pada pekerjaan, yaitu
untuk menggambarkan tanggung jawab, tantangan, dan sasaran kerja yang harus dilakukan atau dicapai oleh
si pemangku jabatan agar si pemangku jabatan dapat berprestasi dengan baik.
b. Kompetensi yang menggambarkan bagaimana seseorang diharapkan berperilaku
agar dapat melaksanakan pekerjaannya dengan baik. Pengertian kompetensi jenis
ini dikenal dengan nama Kompetensi Perilaku (Behavioural Competencies) atau
dapat juga disebut dengan istilah Kompetensi Lunak (Soft skills/Soft
competency). Perlu diketahui di sini bahwa perilaku merupakan suatu tindakan
(action) sehingga kompetensi perilaku akan teridetifikasi apabila seseorang
memeragakannya dalam melakukan pekerjaan.
Selanjutnya kompetensi menurut Spence Jr. dalam Ruky (2006:104) adalah “un
underlying characteristic of an individual that is casually realated to
cretarion-referenced effective and/or superior performance in a job or
situation” atau karakteristik dasar seseorang (individu) yang mempengaruhi cara
berpikir dan bertindak membuat generalisasi terhadap segala situasi yang
dihadapi serta bertahan cukup aman dalam diri manusia.
Mangkunegara (2005:113) mengemukakan bahwa kompetensi merupakan faktor
mendasar yang dimiliki seseorang yang mempunyai kemampuan lebih, yang
membuatnya berbeda dengan seseorang yang mempunyai kemampuan rata-rata atau
biasa saja.
Apa yang dapat diungkapkan mengenai kompetensi-kompetensi yang diperlukan
untuk menghadapi tantangan-tantangan baru di tempat bekerja di masa mendatang.
Lyle & Signe Spencer bersama David McClelland (1990:101) berpendapat bahwa
profil kompetensi akan semakin penting bagi eksekutif, manajer dan karyawan
pada perusahaan masa depan yang semakin kompetitif.
Kompetensi menurut oleh Nick Boreham (2004:5) sebagai berikut : Contempory work related education and training policy represent
occupational competence as the outcome of individual performance at work. This paper present a critique of
this neo liberal assumption, arguing that in many cases competence should be regreded
as an atribure of groups, teams and communities. It proposes a theory of
collective competence in terms of (1) making collective sense of event in the workplace, (2) developing and
using a collective knowledge base and
(3) developing a sense of interdependency.
Menurut Mitrani dalam Usmara (2002:109) mengemukakan bahwa kompetensi
adalah bagian kepribadian yang mendalam dan melekat kepada seseorang serta
perilaku yang dapat diprediksi pada berbagai keadaan dan tugas pekerjaan.
Sedarmayanti (2008:126) mengemukakan bahwa kompetensi adalah karakteristik
mendasar yang dimiliki seseorang yang berpengaruh langsung terhadap, atau dapat
memprediksikan kinerja yang sangat baik. Dengan kata lain, kompetensi adalah
apa yang oustanding performers lakukan lebih sering, pada lebih banyak situasi,
dengan hasil yang lebih baik daripada apa yang dilakukan penilai kebijakan.
Faktor lain yang harus diperhatikan adalah perilaku.
Malthis dan Jackson (2006:219) bahwa kompetensi adalah
karakteristik-karakteristik dasar yang dapat dihubungkan dengan kinerja yang
meningkat dari individu-individu atau tim.
Ada semakin banyak organisasi yang menggunakan beberapa segi analisis
kompetensi. Tiga alasan utama organisasi menggunakan pendekatan kompetensi adalah : untuk mengomunikasikan perilaku yang
dihargai di seluruh organisasi, untuk meningkatkan tingkat kompetensi di
organisasi tersebut, dan untuk menekankan kapabilitas karyawan guna
meningkatkan keunggulan kompetitif organisasional.
Memiliki sumber daya manusia yang kompeten adalah keharusan bagi
perusahaan. Mengelola sumber daya manusia berdasarkan kompetensi diyakini bisa
lebih menjamin keberhasilan mencapai tujuan. Sebagian besar perusahaan memakai
kompetensi sebagai dasar dalam memilih orang, mengelola kinerja, pelatihan dan
pengembangan serta pemberian kompensasi.
Proses rekrutmen dan seleksi diarahkan untuk mencari orang yang mendekati
kompetensinya, demikian pula halnya untuk pengembangan kinerja dan karir
karyawan. Setiap kali diadakan uji kompetensi (assessment)untuk mencocokkan
apakah karyawan bisa memenuhi model kompetensinya atau tidak. Bila terjadi
kekurangan maka karyawan tersebut harus dilatih dan dibina lebih lanjut.
Kelalaian atau mengabaikan pelatihan bisa berakibat karyawan menjadi tidak
kompeten sehingga kinerja tidak maksimal.
Kompetensi dalam manajemen sumber daya manusia memainkan peran kritikal
dan esensial karena di satu sisi merupakan Human capital dan Active agent bagi
pengembangan suatu organisasi, di sisi lain merupakan faktor determinan
kapabilitas yang merupakan sekumpulan keahlian dan keterampilan dalam
mengkoordinasikan dan mengintegrasikan serangkaian sumber daya yang ada dalam
suatu sistem organisasi sehingga menghasilkan serangkaian kompetensi yang akan
membentuk kompetensi inti (core competency).
Kompetensi sebagai kemampuan seseorang untuk menghasilkan pada tingkat
yang memuaskan di tempat kerja, termasuk di antaranya kemampuan seseorang untuk
mentransfer dan mengaplikasikan keterampilan dan pengetahuan tersebut dalam
situasi yang baru dan meningkatkan manfaat yang disepakati.
2.1.3 Manfaat Kompetensi
Mengacu pada pendapat Rylatt dan Lohan (1995:120) kompetensi memberikan
beberapa manfaat kepada karyawan, organisasi sebagai berikut :
1. Karyawan
a. Kejelasan relevansi pembelajaran sebelumnya, kemampuan untuk
mentransfer keterampilan, nilai, dari kualifikasi yang diakui, dan potensi
pengembangan karir.
b. Adanya kesempatan bagi pegawai untuk mendapatkan pendidikan dan
pelatihan melalui akses sertifikasi nasional berbasis standar yang ada.
c. Penempatan sasaran sebagai sarana pengembangan karier
d. Kompetensi yang ada sekarang dan manfaatnya akan dapat memberikan nilai
tambah pada pembelajaran dan pertumbuhan.
e. Pilihan perubahan karir yang lebih jelas untuk berubah pada jabatan
baru, seseorang dapat membandingkan kompetensi mereka sekarang dengan
kompetensi yang diperlukan untuk jabatan baru. Kompetensi baru yang dibutuhkan
mungkin hanya berbeda 10% dari yang telah dimiliki.
f. Penilaian kinerja yang lebih obyektif dan umpan balik berbasis standar
kompetensi yang ditentukan dengan jelas.
g. Meningkatnya ketrampilan dan ‘marketability’ sebagai karyawan.
2. Organisasi
a. Pemetaan yang akurat mengenai kompetensi angkatan kerja yang ada yang
dibutuhkan.
b. Meningkatnya efektifitas rekrutmen dengan cara menyesuaikan kompetensi
yang diperlukan dalam pekerjaan dengan yang dimiliki pelamar.
c. Pendidikan dan pelatihan difokuskan pada kesenjangan keterampilan dan
persyaratan keterampilan perusahaan yang lebih khusus.
d. Akses pada pendidikan dan pelatihan yang lebih efektif dari segi biaya
berbasis kebutuhan industri dan identifikasi penyedia pendidikan dan pelatihan
internal dan eksternal berbasis kompetensi yang diketahui.
e. Pengambil keputusan dalam organisasi akan lebih percaya diri karena
karyawan telah memiliki keterampilan yang akan diperoleh dalam pendidikan dan
pelatihan.
f. Penilaian pada pembelajaran sebelumnya dan penilaian hasil pendidikan
dan pelatihan akan lebih reliable dan konsisten.
g. Mempermudah terjadinya perubahan melalui identifikasi kompetensi yang
diperlukan untuk mengelola perubahan.
Menurut Dharma (2005:99) kompetensi kerja dapat dilakukan penilaian
sebagaimana yang diuraikan oleh Spencer, Mc Clelland dan Spencer (1996:105)
kepada penelitian David Mc Clelland mengenai variabel kompetensi yang mana yang
memperkirakan kinerja suatu pekerjaan Spencer (1996:110) menetapkan dua puluh
kompetensi yang paling sering dipakai untuk memperkirakan keberhasilan.
Mc Clelland kemudian mengembangkan secara bersama dengan koleganya suatu
“expert system” yang berisi data base definisi kompetensi pada butir-butir
tersebut diatas. Metode penilaian kompetensi dipakai sebagai model kompetensi
untuk suatu pekerjaan yang generik. Misalnya suatu posisi yang dipegang oleh
sejumlah pemegang pekerjaan dimana tanggung jawab dasarnya sama, seperti
peneliti atau manajer penjualan. Metode ini didasarkan kepada daftar
kompetensinya Mc Clelland dan menggunakan data base yang dikembangkan
berdasarkan hasil penelitiannya.
2.1.4 Komponen Utama Kompetensi
Memiliki SDM adalah keharusan bagi perusahaan. Mengelola SDM berdasarkan
kompetensi diyakini bisa lebih menjamin keberhasilan mencapai tujuan. Sebagian
besar perusahaan memakai kompetensi sebagai dasar dalam memilih orang,
mengelola kinerja, pelatihan dan pengembangan serta pemberian kompensasi.
Prihadi (2004:17) mengatakan bahwa komponen utama kompetensi adalah
seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang saling terkait
mempengaruhi sebagian besar jabatan (peranan atau tanggung jawab), berkorelasi
dengan kinerja pada jabatan tersebut, dan dapat diukur dengan standar-standar
yang dapat diterima, serta dapat ditingkatkan melalui upaya-upaya pelatihan dan
pengembangan.
Kemudian Hutapea dan Thoha (2008:28) mengungkapkan bahwa ada empat
komponen utama pembentukan kompetensi yaitu pengetahuan yang dimiliki
seseorang, kemampuan, pengalaman, dan perilaku individu. Keempat komponen utama
dalam kompetensi dapat dijelaskan lebih rinci sebagai berikut :
1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah informasi yang dimiliki oleh seseorang. Pengetahuan
adalah komponen utama kompetensi yang mudah diperoleh dan mudah diidentifikasi.
Yuniarsih dan Suwatno (2008:23) bahwa : ”Pengetahuan adalah suatu
informasi yang dimiliki seseorang khususnya pada bidang spesifik.”
Pengetahuan karyawan turut menentukan berhasil tidaknya pelaksanaan tugas
yang dibebankan kepadanya, karyawan yang mempunyai pengetahuan yang cukup akan
meningkatkan efisiensi perusahaan. Namun bagi karyawan yang belum mempunyai
pengetahuan cukup, maka akan bekerja tersendat-sendat. Pemborosan bahan, waktu
dan tenaga serta faktor produksi yang lain akan diperbuat oleh karyawan
berpengetahuan kurang. Pemborosan ini akan mempertinggi biaya dalam pencapaian
tujuan organisasi. Atau dapat disimpulkan bahwa karyawan yang berpengetahuan
kurang, akan mengurangi efisiensi. Maka dari itu, karyawan yang berpengetahuan
kurang harus diperbaiki dan dikembangkan melalui pelatihan SDM, agar tidak
merugikan usaha-usaha pencapaian tujuan organisasi yang sudah ditentukan
sebelumnya. Pengetahuan dikategorikan sebagai berikut :
a) Informasi yang didapatkan dan diletakkan dalam ingatan kita
(Deklaratif).
b) Bagaimana informasi dikumpulkan dan digunakan ke sesuatu hal yang sudah
kita ketahui (Procedural).
c) Mengerti tentang how, when dan why informasi tersebut berguna dan dapat
digunakan (Strategic).
2. Keterampilan
Faktor yang juga ikut mensukseskan pencapaian tujuan organisasi adalah faktor keterampilan karyawan. Bagi
karyawan yang mempunyai keterampilan kerja yang baik, maka akan mempercepat
pencapaian tujuan organisasi, sebaliknya
karyawan yang tidak terampil akan memperlambat tujuan organisasi. Untuk
karyawan-karyawan baru atau karyawan dengan tugas baru diperlukan tambahan
keterampilan guna pelaksanaan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya.
Keterampilan merupakan kemampuan seseorang untuk melakukan suatu aktivitas atau
pekerjaan. Lebih lanjut tentang keterampilan Dunnett's (2004:105) skill adalah
sebagai kapasitas yang dibutuhkan untuk melaksanakan suatu rangkaian tugas yang
berkembang dari hasil pelatihan dan pengalaman. Keahlian seseorang tercermin
dengan seberapa baik seeorang dalam melaksanakan suatu kegiatan yang spesifik,
seperti mengoperasikan suatu peralatan, berkomunikasi efektif atau mengimplementasikan
suatu strategi bisnis.
Yuniarsih dan Suwatno (2008:23) bahwa : ”Keterampilan (skill) merupakan
kemampuan untuk mampu melaksanakan tugas-tugas fisik dan mental.
3. Perilaku
Disamping pengetahuan dan ketrampilan karyawan, hal yang perlu diperhatikan
adalah sikap perilaku kerja karyawan. Apabila karyawan mempunyai sifat yang mendukung pencapaian
tujuan organisasi, maka secara otomatis segala tugas yang dibebankan kepadanya
akan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
Menurut Gitosudarmo dan Sudita (2008:23) mengemukakan bahwa : ”Perilaku
kerja adalah sikap keteraturan perasaan dan pikiran seseorang dan kecenderungan
bertindak terhadap aspek lingkungannya.”
Amirullah (2002:40) bahwa : ”Perilaku kerja sebagai status mental dan
syaraf sehubungan dengan kesiapan untuk menganggapi, yang diorganisasi melalui
pengalaman dan memilih pengaruh yang mengarahkan dan atau dinamis terhadap
perilaku.”
4. Pengalaman kerja
Banyak perusahaan atau organisasi yang kerapkali menganggap bahwa
pengalaman sebagai indikator yang tepat dari kemampuan dan sikap yang
berhubungan dengan pekerjaan.
Pengalaman adalah keseluruhan pelajaran yang diperoleh seseorang dari
peristiwa-peristiwa yang dialami dalam perjalanan hidup. Pengalaman yang dapat
membentuk kompetensi seseorang misalnya pengalaman yang diperoleh dari bekerja
dan berorganisasi. Baik pengalaman manis maupun pahit berperan penting dalam
pembentukan kompetensi dari individu. Mengingat pengalaman seseorang memiliki
peran yang cukup besar dalam pembentukan kompetensi, maka sudah sewajarnya
seorang pemimpin mengetahui latar belakang sumber daya manusianya.
Menurut Manullang (2002:84) bahwa : ”Pengalaman kerja adalah proses
pembentukan pengetahuan atau keterampilan tentang metode suatu pekerjaan karena
keterlibatan karyawan tersebut dalam pelaksanaan tugas pekerjaan.
Sedangkan Knoers dan Hadinoto (2001:19) mengemukakan bahwa : ”Pengalaman
kerja adalah sebagai suatu proses pembelajaran dan pertambahan perkembangan
potensi bertingkah laku baik dari pendidikan formal maupun non formal atau atau
bisa diartikan sebagai suatu proses yang membawa seseorang kepada suatu pola
tingkah laku yang lebih tinggi.”
Selanjutnya Boyatzis (Sudarmanto, 2009:51) mengemukakan bahwa
komponen-komponen kompetensi terdiri dari motive (dorongan), traits (ciri,
sifat, karakter pembawaan), self image (citra diri), social role (peran
sosial), dan skills (keterampilan).
Untuk lebih jelasnya komponen-komponen kompetensi tersebut akan diuraikan
satu persatu sebagai berikut :
1. Motive (Dorongan)
Motif seringkali diartikan dengan istilah dorongan. Dorongan atau tenaga
tersebut merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk berbuat. Jadi motif tersebut
merupakan studi driving force yang menggerakkan manusia untuk bertingkah-laku,
dan di dalam perbuatannya itu mempunyai tujuan
tertentu. Setiap tindakan yang dilakukan oleh manusia selalu dimulai
dengan motivasi (niat). Menurut Wexley & Yuki (dalam As’ad, 1987:56)
motivasi adalah pemberian atau penimbulan motif, dapat pula diartikan hal atau
keadaan menjadi motif. Sedangkan menurut Mitchell (dalam Winardi, 2002:77)
motivasi mewakili proses persistensi kegiatan-kegiatan sukarela (volunter) yang
diarahkan ke tujuan tertentu. Sedangkan menurut Gray (dalam Winardi, 2002:81)
motivasi merupakan sejumlah proses, yang bersifat internal, atau eksternal bagi
seorang individu, yang menyebabkan timbulnya sikap antusiasme dan persistensi,
dalam hal melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu. Morgan (dalam Soemanto,
1987:59) mengemukakan bahwa motivasi bertalian dengan tiga hal yang sekaligus
merupakan aspek-aspek dari motivasi. Ketiga hal tersebut adalah : keadaan yang
mendorong tingkah laku (motivating states), tingkah laku yang didorong oleh
keadaan tersebut (motivated behavior), dan tujuan dari pada tingkah laku
tersebut, (Goals or ends of such behavior).
McDonald (dalam Soemanto, 1987:63) mendefinisikan motivasi sebagai
perubahan tenaga di dalam diri seseorang yang ditandai oleh dorongan efektif
dan reaksi-reaksi mencapai tujuan. Motivasi merupakan masalah kompleks dalam
organisasi, karena kebutuhan dan keinginan setiap anggota organisasi berbeda
satu dengan yang lainnya. Hal ini berbeda karena setiap anggota suatu
organisasi adalah unik secara biologis maupun psikologis, dan berkembang atas
dasar proses belajar yang berbeda pula (Suprihanto, dkk. 2003:21).
Lebih lanjut motivasi sebagai suatu perubahan tenaga yang ditandai oleh
dorongan efektif dan reaksi-reaksi pencapaian tujuan. Karena kelakukan manusia
itu selalu bertujuan, kita dapat menyimpulkan bahwa perubahan tenaga yang
memberi kekuatan bagi tingkah laku lmencapai tujuan, telah terjadi di dalam
diri seseorang. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah
energi aktif yang menyebabkan terjadinya suatu perubahan pada diri seseorang
yang nampak pada gejala/kejiwaan, perasaan, dan juga emosi, sehingga mendorong
individu untuk bertindak atau melakukan sesuatu dikarenakan adanya tujuan,
kebutuhan, atau keinginan yang harus terpuaskan.
2. Traits (Ciri, sifat, karakter pembawaan)
Trait adalah elemen dasar dari kepribadian yang berperan vital dalam usaha
meramalkan tingkah laku. Hal ini tampak definisi kepribadian menurut Cattell.
Menurutnya, kepribadian adalah struktur kompleks yang tersusun dalam berbagai
kategori yang memungkinkan prediksi tingkah laku seseorang dalam situasi
tertentu, mencakup seluruh tingkah laku baik yang konkrit atau yang abstrak.
3. Self image (Citra diri)
Menurut Brisset (Burn, 1993:41) self image merupakan suatu gambaran dan
keadaan diri yang dimiliki oleh individu yang bersangkutan. Self image berkenaan
dengan karakteristik fisik dan mentalnya. Proses perkembangan self image
merupakan gambaran diri yang dimiliki individu melalui interaksi dengan
lingkungan. Individu mendapat umpan balik dan persetujuan mengenai perilakunya dari orang-orang di
sekitar individu tersebut.
4. Social role (Peran sosial)
Social role merupakan seperangkat harapan dan perilaku atas status sosial.
Menurut Soerjono Soekanto (1981:26), peran sosial merupakan tingkah laku
individu yang mementaskan suatu kedudukan tertentu. Dalam peranan yang
berhubungan dengan pekerjaannya, seseorang diharapkan menjalankan
kewajiban-kewajibannya yang berhubungan dengan peranan yang dipegangnya.
2.1.5 Ciri-ciri Kompetensi
Kompetensi menurut Sutrisno (2009:85) merupakan landasan dasar
karakteristik orang dan mengindikasikan cara berperilaku atau berpikir,
menyamakan situasi, dan mendukung untuk periode waktu cukup lama.
Ada lima karakteristik kompetensi, yaitu sebagai berikut :
1. Motif (Motive), apa yang secara konsisten dipikirkan atau
keinginan-keinginan yang menyebabkan melakukan tindakan. Apa yang mendorong
perilaku mengarah dan dipilih terhadap kegiatan atau tujuan tertentu. Contoh
motif berprestasi akan memotivasi orang-orang secara terus menerus untuk
merancang tujuan yang cukup menantang serta mengambil tanggung jawab atas
pekerjaannya dan menggunakan umpan balik untuk menjadi lebih baik.
2. Sifat/ciri bawaan (Trait), ciri fisik dan reaksi-reaksi yang bersifat
konsisten terhadap situasi atau informasi. Contoh, reaksi waktu, luas pandangan
yang baik merupakan kompetensi bagi seorang pilot.
3. Konsep diri (Self concept), sikap, nilai atau self image dari
orang-orang. Contoh, percaya diri (self confidence), keyakinan bahwa ia akan
efektif dalam berbagai situasi, merupakan bagian dari konsep dirinya.
4. Pengetahuan (Knowledge), yaitu suatu informasi yang dimiliki seseorang
khususnya pada bidang spesifik. Pengetahuan merupakan kompetensi yang kompleks.
Biasanya tes pengetahuan mengukur kemampuan untuk memilih jawaban yang paling
benar, tetapi tidak bisa melihat apakah seseorang dapat melakukan pekerjaan
berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya itu.
5. Keterampilan (Skill), kemampuan untuk mampu melaksanakan tugas-tugas
fisik dan mental tertentu. Contohnya seorang dokter gigi memiliki kemampuan
menambal dan mencabut gigi tanpa merusak syaraf. Atau seorang programmer
komputer memiliki kemampuan mengorganisasikan 50.000 kode dalam logika yang
sekuensial, yang dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.1. Central and Surface Competencies
Gambar di atas, mengilustrasikan bahwa kompetensi pengetahuan (knowledge
competencies) dan keterampilan (skill) cenderung lebih tampak (visible) dan
relatif berada di permukaan sebagai salah satu karakteristik yang dimiliki
manusia. Kompetensi konsep diri (self-concept), sifat (trait) dan motif
(motive) lebih tersembunyi (hidden), dalam (deeper) dan berada pada titik
sentral kepribadian seseorang.
Kompetensi pengetahuan (knowledge competencies) dan kompetensi
keterampilan (skill competencies) relatif lebih mudah untuk dikembangkan dan program pelatihan adalah cara yang paling
efektif untuk menjamin kemampuan karyawan.
Inti kompetensi motif (motive) dan sifat (trait) berada pada dasar
”Personality Iceberg” sehingga sulit untuk dinilai dan dikembangkan serta memakan
biaya yang besar untuk memilih karakteristik tersebut.
Sedangkan konsep diri (self-concept) berada diantara keduanya. Sikap
(attitudes) dan nilai (values) seperti percaya diri (self-confidence) dapat
diubah melalui pelatihan dan psikoterapi atau pengalaman pengembangan yang
positif, walaupun memerlukan jangka waktu yang lebih lama dan sulit.
Kompetensi merupakan dimensi perilaku yang berada di belakang kinerja
kompeten. Sering dinamakan kompetensi perilaku karena dimaksudkan untuk
menjelaskan bagaimana orang berperilaku ketika mereka menjalankan perannya
dengan baik. Perilaku apabila didefinisikan sebagai kompetensi dapat
diklasifikasikan sebagai :
1. Memahami apa yang perlu dilakukan dalam bentuk alasan kritis,
kapabilitas strategik, dan pengetahuan bisnis.
2. Membuat pekerjaan dilakukan melalui; dorongan prestasi, pendekatan proaktif, percaya diri, kontrol,
fleksibilitas, berkepentingan dengan efektivitas, persuasi dan pengaruh.
3. Membawa serta orang dengan motivasi, keterampilan antarpribadi, berkepentingan
dengan hasil, persuasi, dan pengaruh.
Menurut Thoha (2008:91) bahwa ciri-ciri kompetensi karyawan adalah memiliki pengetahuan,
kapabilitas dan sikap, inisiatif dan inovatif berupa :
1. Keterampilan dan sikap dalam memecahkan masalah yang berorientasi pada
efisiensi, produktivitas, mutu dan kepedulian terhadap dampak lingkungan.
2. Keterampilan dan sikap dalam pengendalian emosi diri, membangun
persahabatan dan obyektivitas persepsi.
3. Keterampilan dalam berkomunikasi, membangun persahabatan
4. Sikap untuk mau belajar secara berkelanjutan
5. Keterampilan dan sikap dalam mengembangkan diri
6. Keterampilan dan sikap maju untuk mencari cara-cara baru dalam
mengoptimumkan pelayanan mutu kepada pelanggan.
7. Keterampilan dan sikap saling mempererat hubungan antar karyawan untuk
meningkatkan mutu produk/pelayanan pada pelanggan.
2.1.6 Pengertian Kinerja Karyawan
Variabel kinerja secara umum banyak digunakan dalam judul tesis, dan
umumnya digunakan sebagai variabel dependen (terikat). Pengertian kinerja
menurut para ahli banyak ditemukan di buku-buku manajemen, ataupun di internet.
Berikut beberapa pengertian kinerja menurut Sulistiyani dan Rosidah (2009:223),
kinerja seseorang merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha,dan kesempatan yang
dapat dinilai dari hasil kerjanya. Sedangkan menurut Bernardin dan Russel dalam
Sulistiyani (2009:223-224) menyatakan bahwa kinerja merupakan catatan outcome
yang dihasilkan dari fungsi karyawan tertentu atau kegiatan yang dilakukan
selama periode waktu tertentu.
Simamora (2006:93) mengemukakan bahwa kinerja karyawan adalah tingkatan
dimana para karyawan mencapai persyaratan-persyaratan pekerjaan. Kinerja
mengacu pada prestasi karyawan yang diukur berdasarkan standar atau kriteria
yang ditetapkan perusahan. Pengertian kinerja atau prestasi kerja diberi
batasan oleh Maier (dalam As’ad, 2006:86) sebagai kesuksesan seseorang di dalam
melaksanakan suatu pekerjaan. Lebih tegas lagi Lawler and Poter menyatakan
bahwa kinerja adalah "succesfull role achievement" yang diperoleh seseorang
dari perbuatan-perbuatannya (As’ad, 2006:86).
Kinerja sebagai hasil-hasil fungsi pekerjaan/kegiatan seseorang atau
kelompok dalam suatu organisasi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor untuk
mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu (Tika, 2008:82).
Menurut Rivai dan Basri (2005:58) pengertian kinerja adalah kesediaan
seseorang atau kelompok orang untuk melakukan sesuatu kegiatan dan
menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawab dengan hasil seperti yang
diharapkan.
Guritno dan Waridin (2005:67) kinerja merupakan perbandingan hasil kerja
yang dicapai oleh karyawan dengan standar yang telah ditentukan. kinerja
sebagai hasil kerja yang dicapai oleh individu yang disesuaikan dengan peran
atau tugas individu tersebut dalam suatu perusahaan pada suatu periode waktu
tertentu, yang dihubungkan dengan suatu ukuran nilai atau standar tertentu dari
perusahaan dimana individu tersebut bekerja. Kinerja merupakan perbandingan
hasil kerja yang dicapai oleh karyawan dengan standar yang telah ditentukan.
Dalam kerangka organisasi terdapat hubungan antara kinerja perorangan
(Individual Performance) dengan kinerja organisasi (Organization Performance).
Suatu organisasi pemerintah maupun swasta besar maupun kecil dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan harus melalui kegiatan-kegiatan yang digerakkan
oleh orang atau sekelompok orang yang aktif berperan sebagai pelaku, dengan
kata lain tercapainya tujuan organisasi hanya dimungkinkan karena adanya upaya
yang dilakukan oleh orang dalam organisasi tersebut.
Kinerja organisasi akan sangat ditentukan oleh unsur karyawannya karena
itu dalam mengukur kinerja suatu organisasi sebaiknya diukur dalam tampilan
kerja dari karyawannya. terdapat beberapa pengertian dari kinerja yang
diungkapkan oleh beberapa pakar berikut ini.
Adapun pengertian kinerja, yang dikemukakan oleh Agus Dharma dalam bukunya
“Manajemen Prestasi” yaitu sebagai berikut: “Kinerja karyawan adalah sesuatu
yang dicapai oleh karyawan, prestasi kerja yang diperhatikan oleh karyawan, kemampuan kerja
berkaitan dengan penggunaan peralatan kantor.” (Dharma,2005 :105)
Sejalan dengan pengertian tersebut, Mangkunegara dalam bukunya “Evaluasi
Kinerja SDM”, mengatakan bahwa: “Kinerja Karyawan (Prestasi Kerja) adalah hasil
kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.”
(Mangkunegara, 2005:9)
Sedangkan pengertian Kinerja karyawan menurut Bambang Kusriyanto yang
dikutip oleh Harbani Pasolong dalam bukunya “Teori Administrasi Publik” adalah
“Kinerja karyawan adalah hasil kerja perseorangan dalam suatu organisasi.”
(Pasolong, 2008:175)
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai pengaruh kompetensi terhadap kinerja karyawan cukup
banyak, namun penulis mengacu dari penelitian yang dilakukan oleh Tati
Setiawati (2009:9) mengenai pengaruh kompetensi kerja terhadap kinerja dosen (studi kasus di FPTK UPI).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi, yang terdiri dari : pengetahuan,
keterampilan dan pengalaman kerja mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
peningkatan kinerja dosen. Sedangkan variabel yang paling dominan berpengaruh
terhadap kinerja dosen di FPTK UPI adalah pengetahuan.
Rosman Effendi (2009:1) meneliti mengenai pengaruh kompetensi
terhadap kinerja karyawan pada kantor
Pelayanan Pajak Metro, dimana variabel kompetensi yang diteliti adalah :
pengetahuan, keterampilan dan sikap. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kompetensi karyawan yang meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan pada kantor Pelayanan Pajak
Metro. Sedangkan variabel kompetensi yang paling dominan berpengaruh terhadap
kinerja karyawan pada kantor Pelayanan Pajak Metro adalah pengetahuan.
Penelitian lainnya dilakukan oleh Darwinanti (2008:8) yang meneliti
mengenai pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia Terhadap Kinerja Karyawan
(Studi Pada Pt Perkebunan Nusantara III Deli Serdang- 2 Sei Karang Galang).
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa kompetensi sumber daya manusia yang terdiri dari :
pengetahuan, perilaku atau sikap, keterampilan dan pengalaman kerja berpengaruh
secara simultan terhadap kinerja karyawan.
Kemudian Nick Boreham (2004:5) mengenai a theory of collective competence
: challenging the neo-liberal individualisation of performance at work
University of Stirling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi kerja
yang meliputi : pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diterapkan pada
Universitas Stirling mempunyai tantangan terhadap karyawan neo-liberal di
Universitas Stirling.
2.3 Kerangka Pikir
Dalam menunjang pengelolaan aktivitas pada PT. Bank Negara Indonesia Tbk Cabang Kabupaten Pidie maka salah satu sasaran yang ingin dicapai
adalah peningkatan hasil kerja karyawan, oleh karena itulah maka salah satu
faktor yang berpengaruh adalah penerapan
kompetensi karyawan. Dimana dengan adanya penerapan kompetensi karyawan maka
akan diketahui jenis kompetensi yang diperlukan pada masing-masing bagian.
Terdapat beberapa faktor kompetensi yang berpengaruh terhadap kinerja
karyawan yakni : pengetahuan, keterampilan kerja, perilaku (sikap), dan
pengalaman kerja. Oleh karena itulah maka diperlukan suatu analisis mengenai
jenis kompetensi yang dimiliki oleh karyawan dalam bekerja pada bagian kerjanya
masing-masing.
Adapun kerangka pikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.2
berikut ini :
Gambar 2.2
Kerangka Pikir
2.4 Hipotesis
Adapun hipotesis yang diajukan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :
1) Diduga bahwa kompetensi yang terdiri dari variabel pengetahuan,
keterampilan, perilaku dan pengalaman kerja memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
peningkatan kinerja karyawan pada PT. Bank Negara Indonesia , Tbk. Cabang
Kabupaten Pidie .
2) Diduga pula bahwa diantara variabel pengetahuan, keterampilan, perilaku
dan pengalaman kerja yang paling berpengaruh signifikan terhadap peningkatan
kinerja karyawan pada PT. Bank Negara Indonesia ,Tbk. Cabang Kabupaten Pidie adalah pengetahuan.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini meneliti mengenai pengaruh kompetensi terhadap kinerja
karyawan pada PT. Bank Negara Indonesia , dengan penelitian kuantitatif, akan
dicari ada tidaknya pengaruh kompetensi yang terdiri dari : pengetahuan,
keterampilan, sikap dan pengalaman kerja terhadap kinerja karyawan pada PT.
Bank Negara Indonesia , Tbk. Cabang Kabupaten Pidie .
Pendekatan penelitian yang dilakukan ini melalui beberapa tahapan, yakni diawali dengan mengumpulkan data melalui
penyebaran kuesioner kepada sejumlah responden yang menjadi sampel penelitian,
menentukan instrumen penelitian, menentukan metode yang dipergunakan, serta
menganalisis data yang sudah terkumpul kemudian disajikan dalam bentuk skripsi.
3.2 Daerah dan Waktu Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini, penulis memilih objek penelitian pada PT.
Bank Negara Indonesia , Tbk. Cabang Kabupaten Pidie berlokasi di Jalan Slamet Riyadi. Sedangkan
waktu penelitian yang digunakan kurang lebih dua bulan dimulai dari bulan
September sampai dengan Oktober tahun 2012.
3.3 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan pada PT. Bank Negara
Indonesia , Tbk. Cabang Kabupaten Pidie
berjumlah sebesar 54 orang karyawan. Sehingga metode penarikan sampel
digunakan dengan cara sensus, yakni jumlah keseluruhan populasi dapat dijadikan
sebagai jumlah sampel dalam penelitian ini, sehingga sampel ditentukan sebesar
54 orang.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam rangka melakukan
analisis terhadap pembuktian jawaban sementara atau hipotesis dari permasalahan
yang dikemukakan, maka metode
pengumpulan data yang penulis lakukan adalah :
1. Field Research (Penelitian
Lapangan)
Penelitian lapangan terdiri dari :
a. Observasi
Yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan
langsung terhadap aktivitas sumber daya manusia yang ada pada PT. Bank Negara
Indonesia , Tbk. Cabang Kabupaten Pidie .
b. Wawancara
Yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mengadakan tanya jawab
langsung dengan responden dan pihak-pihak yang ada kaitannya dengan masalah
yang akan diteliti.
c. Kuesioner
Yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan memberikan daftar
pertanyaan untuk diisi oleh para responden dan diminta untuk memberikan pendapat atau jawaban atas pertanyaan yang
diajukan.
2. Library Research (Penelitian Kepustakaan) adalah penelitian yang
dilakukan dengan mengumpulkan bahan-bahan pustaka, literatur dan karangan
ilmiah yang ada kaitannya dengan penelitian ini.
3.5 Jenis dan sumber data
1. Jenis Data
Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
a. Data kuantitatif, yaitu data yang diperoleh dari PT. Bank Negara
Indonesia , Tbk. Cabang Kabupaten Pidie
dalam bentuk angka-angka yang masih perlu dianalisis kembali, seperti :
jumlah karyawan serta data lainnya yang menunjang pembahasan ini.
b. Data kualitatif, yaitu data yang diperoleh dari PT. Bank Negara
Indonesia , Tbk. Cabang Kabupaten Pidie
dalam bentuk informasi baik
secara lisan maupun tulisan, yang berperan sebagai data pendukung dalam
pembahasan ini.
2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Data Primer, yaitu data yang
diperoleh dari tanggapan responden terhadap item pertanyaan yang diajukan dalam
kuesioner.
b. Data Sekunder, yaitu data yang
diperoleh dari dokumen-dokumen dan arsip perusahaan yang ada kaitannya dengan
penelitian ini.
3.6 Variabel Penelitian dan
Definisi Operasional
Adapun definisi operasional yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Pengetahuan (X1) adalah wawasan yang dimiliki oleh karyawan yang
diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan. Indikatornya adalah :
a. Pengetahuan individu merupakan modal dasar setiap individu untuk dapat
memberikan kontribusi yang baik pada perusahaan.
b. Pengetahuan individu mampu meningkatkan efektivitas kerja karyawan.
c. Pemahaman yang baik atas rencana kerja perusahaan mampu membantu
karyawan dalam mencapai tujuan perusahaan.
d. Semakin tinggi tingkat pengetahuan individu maka semakin tinggi pula
kinerja individu dalam perusahaan.
2) Keterampilan (X2) adalah kemampuan yang menunjukkan sistem atau urutan
perilaku yang secara fungsional berhubungan dengan pencapaian tujuan kinerja.
Indikator yang diukur adalah :
a. Keterampilan berkaitan dengan kemampuan karyawan untuk menyelesaikan
pekerjaan yang bersifat teknis.
b. Keterampilan yang dimiliki oleh karyawan diharapkan mampu menyelesaikan
pekerjaan secara profesional.
c. Keterampilan dalam menggunakan sarana dan prasarana dalam mencapai
tujuan.
3) Perilaku (X3) adalah karakteristik fisik dan respons yang konsisten
terhadap situasi atau informasi yang dimiliki oleh seseorang. Indikator diukur
adalah :
a. Tugas yang diselesaikan dengan penuh rasa tanggung jawab hasilnya akan
memuaskan.
b. Tindakan karyawan dalam menanggung resiko terhadap hasil kerjanya mampu
meningkatkan kinerja karyawan.
c. Kedisiplinan yang harus diterapkan oleh setiap karyawan agar bisa
menyelesaikan pekerjaannya masing-masing.
d. Loyalitas karyawan terhadap pekerjaan dan perusahaan mampu meningkatkan
kinerja karyawan.
4) Pengalaman kerja (X4) adalah lamanya karyawan yang bersangkutan
bertugas sebagai karyawan pada PT. Bank
Bukopin, Tbk. Cabang Kabupaten Pidie . Indikator yang diukur adalah
sebagai berikut :
a. Pengalaman yang diperoleh seorang karyawan dari peristiwa-peristiwa
yang dialami dalam melaksanakan pekerjaan mampu memperbaiki dan meningkatkan
kinerja karyawan.
b. Semakin banyak pengalaman kerja seseorang maka semakin meningkat
kualitas hasil kerjanya.
c. Pengalaman kerja sudah sesuai dengan pekerjaan yang dijalani saat ini.
d. Tingkat pengalaman karyawan selama bekerja mendukung dalam penyelesaian
tugas.
5) Kinerja karyawan (Y) merupakan hasil kerja seorang karyawan dalam
menjalankan aktivitas perbankan. Indikator dalam kinerja adalah :
a. Sikap dan perilaku yang baik
mendukung dalam penanganan pekerjaan.
b. Volume kerja yang dihasilkan
dalam kondisi yang sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan.
c. Hasil kerja karyawan memiliki
tingkat daya guna dan hasil guna yang memadai.
d. Kinerja yang baik sangat
menentukan kelangsungan hidup perusahaan.
3.7 Pengukuran Instrumen Penelitian
Menurut Sugiyono (2009:132) skala Likert digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat, dam persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.
Sehingga untuk mengetahui pengukuran jawaban responden pada penelitian ini yang
mana menggunakan instrument penelitian berupa kuesioner, penulis menggunakan
metode skala Likert (Likert’s Summated Ratings).
Dalam pengukuran jawaban responden, pengisian kuesioner pengaruh
kompetensi terhadap kinerja karyawan diukur dengan menggunakan skala Likert,
dengan tingkatan sebagai berikut :
Jawaban Sangat Setuju diberi
bobot 5
Jawaban Setuju diberi
bobot 4
Jawaban Cukup Setuju diberi
bobot 3
Jawaban Tidak Setuju diberi
bobot 2
Jawaban Sangat Tidak Setuju diberi
bobot 1
3.8 Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan untuk menganalisis data yang di peroleh
sekaligus untuk menguji hipotesis yang telah diajukan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Analisis deskriptif adalah suatu analisis yang dilakukan untuk
memberikan gambaran secara umum terhadap obyek yang diteliti melalui data
sampel atau populasi yang diteliti, khususnya mengenai berkompetensi terhadap
kinerja karyawan.
2. Analisis regresi berganda yaitu suatu analisis yang menguji pengaruh
pengetahuan, keterampilan dan perilaku terhadap kinerja karyawan, dengan
menggunakan rumus Riduwan dan Akdom, (2007:142) sebagai berikut :
Y = b0+ b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e
Dimana:
Y = Kinerja karyawan
X1 = Pengetahuan
X2 = Ketrampilan
X3 = Perilaku
X4 = Pengalaman kerja
b1, b2, b3, b4 = Koefisien regresi
e = Error
3.Uji instrumen penelitian dengan menggunakan analisis validitas dan
reliabilitas, yakni suatu alat ukur yang digunakan untuk mengetahui valid atau
reliabelnya item-item pertanyaan yang terangkum dalam kuesioner. Dimana uji
validitas dengan syarat korelasi 0,30, sedangkan uji reliabilitas dengan syarat
korelasi sebesar 0,60.
4.Pengujian hipotesis
a. Uji F (Uji Serempak) untuk
pengujian hipotesis pertama.
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah seluruh variabel bebasnya secara
bersama-sama mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap variabel terikat.
Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel pada
derajat kesalahan 5% dalam arti (α = 0.05). Apabila nilai Fhitung ≥ dari nilai
Ftabel, maka berarti variabel bebasnya secara bersama-sama memberikan pengaruh
yang bermakna terhadap variabel terikat atau hipotesis pertama sehingga dapat
diterima.
b. Uji T (Uji Parsial) untuk
pengujian hipotesis kedua.
Uji ini adalah untuk mengetahui apakah pengaruh masing-masing variabel
bebas terhadap variabel terikat apakah bermakna atau tidak. Pengujian dilakukan
dengan membandingkan antara nilai thitung masing-masing variabel bebas dengan
nilai ttabel dengan derajat kesalahan 5% dalam arti (α = 0.05). Apabila
nilai thitung ≥ ttabel, maka
variabel bebasnya memberikan pengaruh
bermakna terhadap variabel terikat.
Darwinanti, 2008, Pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia Terhadap Kinerja Karyawan (Studi Pada Pt Perkebunan Nusantara III Deli Serdang- 2 Sei Karang, Sumatera Utara
Dharma, 2005, Pengembangan Kompetensi Sumber Daya Manusia, edisi pertama, cetakan kedua, Penerbit : Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Gitosudarmo, Indriyo dan I Nyoman Sudita, 2008, Perilaku Organisasi, edisi pertama. BPFE, Yogyakarta
Guritno, Bambang dan Waridin. 2005. Pengaruh Persepsi Pegawai Mengenai Perilaku Kepemimpinan, Kepuasan Kerja Dan Motivasi Terhadap Kinerja. JRBI. Vol 1. No 1. hal: 63-74.
Hasibuan, Melayu, S. P., 2008, Manajemen Sumber Daya Manusia, edisi Revisi, Penerbit : Bumi Aksara, Jakarta.
Hutapea, Parulian dan Nurianna Thoha, 2008, Kompetensi Plus : Teori, Desain, Kasus dan Penerapan untuk HR dan Organisasi yang Dinamis, Penerbit : Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Knoers, A.M dan Hadinoto, S.R, 2001, Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam Berbagai Bagiannya, Penerbit : Gajah Mada University Press, Yogyakarta
Lina Anatan dan Lena Ellitan, 2007, Manajemen Sumber Daya Manusia, Dalam Bisnis Modern, Penerbit : Alfabeta, Bandung
Malthis, Robert L. dan John H. Jackson, 2006, Human Resource Management (Manajemen Sumber Daya Manusia), Edisi Sepuluh, Terjemahan : Diana Angelica, Penerbit : Salemba Empat, Jakarta
Mangkunegara, Anwar Prabu, 2005, Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia, edisi pertama, cetakan pertama, Penerbit : Refika Aditama, Bandung
Manullang, 2002, Manajemen Personalia, Penerbit : Ghalia Indonesia, Jakarta
Moh. As’ad, 2006, Phsikologi Industri, edisi keempat, cetakan keenam, Penerbit : Liberty, Yogyakarta
Martoyo, Susilo, 2007, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Keenam, Cetakan kedua, Penerbit : BPFE, Yogyakarta
Nick Boreham, 2004, A theory of collective competence challenging the ne-liberal individualisation of Performance at work. Journal of Management Development Vol. 27 No.1, hal.5-7
Prihadi, S, 2004, Kinerja, Aspek Pengukuran, Penerbit : PT. Gramedia Pustaka, Jakarta
Rivai, Veithzal dan Basri, 2005. Performance Appraisal, Sistem Yang Tepat Untuk Menilai Kinerja Pegawai Dan Meningkatkan Daya Saing Perusahaan. Rajagrafindo Persada. Jakarta
Riduwan dan Akdom, 2007, Rumus dan Data Dalam Analisis Statistik, cetakan kedua, Penerbit: Alfabeta, Bandung
Rosman Effendi, 2009, Pengaruh kompetensi terhadap kinerja karyawan pada kantor Pelayanan Pajak Metro, Fakultas Ekonomi, Universitas Muhammadiyah, Lampung
Sudarmanto, 2009, Kinerja dan Pengembangan Kompetensi SDM, cetakan pertama, Penerbit : Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Sulistiyani Ambar Teguh dan Rosidah, 2009, Manajemen Sumber Daya Manusia, Konsep Teori dan Pengembangan Dalam Konteks Organisasi Publik, edisi kedua, cetakan pertama, Penerbit : Graha Ilmu, Jakarta
Simamora, Henry, 2006, Manajemen Sumber Daya Manusia, edisi keempat, cetakan pertama, Penerbit : YKPN : Yogyakarta
Sule, Erni Tisnawati, Kurniawan Saefullah, 2005, Pengantar Manajemen, cetakan pertama, Penerbit : Kencana, Jakarta.
Sutrisno, Edy, 2009, Manajemen Sumber Daya Manusia, edisi pertama, cetakan pertama, Penerbit : Kencana Prenada Media Group, Jakarta
Tati Setiawati, 2009, Pengaruh Kompetensi terhadap Kinerja Dosen (studi kasus di FPTK UPI) Journal Media Pendidikan, Gizi dan Kuliner, Vol. 1, No.1, hal.1-5.
Trihendradi, Coernelius, 2009, Analisis Data Statistik Program SPSS 17, Penerbit : Andi, Yogyakarta.
Usmara, A, 2002, Paradigma Baru : Manajemen Sumber Daya Manusia, cetakan keempat, Penerbit : Amara Books, Yogyakarta
Yunarsih, Tjutju dan Suwatno, 2008, Manajemen Sumber Daya Manusia, Teori, Aplikasi dan Isu Penelitian, Cetakan Kesatu, Penerbit : Alfabeta. Bandung.
http : //duls google.com, diakses dari google tanggal 20 Mei 2012.
DAFTAR PUSTAKA
Amirullah, 2002, Perilaku Konsumen, edisi pertama, cetakan pertama, Penerbit : Graha Ilmu, YogyakartaDarwinanti, 2008, Pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia Terhadap Kinerja Karyawan (Studi Pada Pt Perkebunan Nusantara III Deli Serdang- 2 Sei Karang, Sumatera Utara
Dharma, 2005, Pengembangan Kompetensi Sumber Daya Manusia, edisi pertama, cetakan kedua, Penerbit : Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Gitosudarmo, Indriyo dan I Nyoman Sudita, 2008, Perilaku Organisasi, edisi pertama. BPFE, Yogyakarta
Guritno, Bambang dan Waridin. 2005. Pengaruh Persepsi Pegawai Mengenai Perilaku Kepemimpinan, Kepuasan Kerja Dan Motivasi Terhadap Kinerja. JRBI. Vol 1. No 1. hal: 63-74.
Hasibuan, Melayu, S. P., 2008, Manajemen Sumber Daya Manusia, edisi Revisi, Penerbit : Bumi Aksara, Jakarta.
Hutapea, Parulian dan Nurianna Thoha, 2008, Kompetensi Plus : Teori, Desain, Kasus dan Penerapan untuk HR dan Organisasi yang Dinamis, Penerbit : Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Knoers, A.M dan Hadinoto, S.R, 2001, Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam Berbagai Bagiannya, Penerbit : Gajah Mada University Press, Yogyakarta
Lina Anatan dan Lena Ellitan, 2007, Manajemen Sumber Daya Manusia, Dalam Bisnis Modern, Penerbit : Alfabeta, Bandung
Malthis, Robert L. dan John H. Jackson, 2006, Human Resource Management (Manajemen Sumber Daya Manusia), Edisi Sepuluh, Terjemahan : Diana Angelica, Penerbit : Salemba Empat, Jakarta
Mangkunegara, Anwar Prabu, 2005, Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia, edisi pertama, cetakan pertama, Penerbit : Refika Aditama, Bandung
Manullang, 2002, Manajemen Personalia, Penerbit : Ghalia Indonesia, Jakarta
Moh. As’ad, 2006, Phsikologi Industri, edisi keempat, cetakan keenam, Penerbit : Liberty, Yogyakarta
Martoyo, Susilo, 2007, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Keenam, Cetakan kedua, Penerbit : BPFE, Yogyakarta
Nick Boreham, 2004, A theory of collective competence challenging the ne-liberal individualisation of Performance at work. Journal of Management Development Vol. 27 No.1, hal.5-7
Prihadi, S, 2004, Kinerja, Aspek Pengukuran, Penerbit : PT. Gramedia Pustaka, Jakarta
Rivai, Veithzal dan Basri, 2005. Performance Appraisal, Sistem Yang Tepat Untuk Menilai Kinerja Pegawai Dan Meningkatkan Daya Saing Perusahaan. Rajagrafindo Persada. Jakarta
Riduwan dan Akdom, 2007, Rumus dan Data Dalam Analisis Statistik, cetakan kedua, Penerbit: Alfabeta, Bandung
Rosman Effendi, 2009, Pengaruh kompetensi terhadap kinerja karyawan pada kantor Pelayanan Pajak Metro, Fakultas Ekonomi, Universitas Muhammadiyah, Lampung
Sudarmanto, 2009, Kinerja dan Pengembangan Kompetensi SDM, cetakan pertama, Penerbit : Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Sulistiyani Ambar Teguh dan Rosidah, 2009, Manajemen Sumber Daya Manusia, Konsep Teori dan Pengembangan Dalam Konteks Organisasi Publik, edisi kedua, cetakan pertama, Penerbit : Graha Ilmu, Jakarta
Simamora, Henry, 2006, Manajemen Sumber Daya Manusia, edisi keempat, cetakan pertama, Penerbit : YKPN : Yogyakarta
Sule, Erni Tisnawati, Kurniawan Saefullah, 2005, Pengantar Manajemen, cetakan pertama, Penerbit : Kencana, Jakarta.
Sutrisno, Edy, 2009, Manajemen Sumber Daya Manusia, edisi pertama, cetakan pertama, Penerbit : Kencana Prenada Media Group, Jakarta
Tati Setiawati, 2009, Pengaruh Kompetensi terhadap Kinerja Dosen (studi kasus di FPTK UPI) Journal Media Pendidikan, Gizi dan Kuliner, Vol. 1, No.1, hal.1-5.
Trihendradi, Coernelius, 2009, Analisis Data Statistik Program SPSS 17, Penerbit : Andi, Yogyakarta.
Usmara, A, 2002, Paradigma Baru : Manajemen Sumber Daya Manusia, cetakan keempat, Penerbit : Amara Books, Yogyakarta
Yunarsih, Tjutju dan Suwatno, 2008, Manajemen Sumber Daya Manusia, Teori, Aplikasi dan Isu Penelitian, Cetakan Kesatu, Penerbit : Alfabeta. Bandung.
http : //duls google.com, diakses dari google tanggal 20 Mei 2012.
mas ini ada jurnalnya gak yaa?
ReplyDelete