Pengaruh Model, Lokasi dan Persediaan Barang Terhadap Keputusan Konsumen Berbelanja Pada Toko Citra Indah Kota Beureunun Kabupaten Pidie
Skripsi Ekonomi |
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kebutuhan manusia akan rasa aman baik untuk masa sekarang maupun masa
yang akan datang tidak akan ada habisnya. Rasa khawatir akan keselamatan hidup,
kesehatan, pendidikan anak dan masa depan keluarga membuat manusia membutuhkan
jaminan akan hal tersebut. Hal ini tidak lain karena rasa aman dan jaminan akan
keberlangsungan suatu kehidupan adalah hal mutlak yang selalu diinginkan
manusia. Maka manusia sebagai seorang konsumen membutuhkan suatu produk yang
dapat memberikan rasa aman dan menjamin keberlangsungan hidupnya, keluarganya
maupun usahanya. Oleh sebab itu para pelaku bisnis mulai berinovasi membuat
produk - produk
yang dapat memberikan rasa aman dan jaminan terhadap konsumen. Produk - produk yang berfungi untuk memberikan rasa
aman dan jaminan terhadap masyarakat selalu berkembang sesuai dengan
perkembangan zaman, perkembangan pengetahuan, perkembangan dunia usaha dan
bisnis. Produk tersebut kita kenal dengan nama Pakaian. Pakaian merupakan suatu kebutuhan mendasar manusia dalam kehidupan sehari-hari yng memiliki peranan penting dalam menjalani segala bentuk
kegiatan sebagai makhluk berakal. Demikian pula dunia usaha dalam menjalankan kegiatannya menghadapi
berbagai kendala
yang mungkin dapat mengganggu kesinambungan usahanya, dan kita tahu bahwa semakin maju pemikiran maka kesadaran masyarakat akan kebutuhan
semakin tinggi.
Kota Beureunuen berada di wilayah Kecamatan Mutiara,
Kabupaten Pidie, Provinsi Nangroe Aceh Darussalam (NAD). Kalau Kota Beureunuen identika
dengan Kecamatan Mutiara, maka luas wilayah kota ini 35,05 km2 dengan jumlah
penduduk 19.122 jiwa (tahun 2012), sehingga kepadatan penduduknya
mencapai 546 jiwa per km2. Kota Beureunuen berjarak sekitar 15 km
dari Kota Sigli (ibukota Kabupaten Pidie) dan 123 km dari Kota Banda Aceh. Kota Beureunuen atau
Kecamatan Mutiara meliputi empat mukim dan 29 gampong, dengan batas-batas
wilayah sebelah selatan dengan Kecamatan Sakti dan Mutiara Timur, sebelah barat
dengan Kecamatan Indra Jaya, sebelah utara dengan Kecamatan Peukan Baro dan
Simpang Tiga, serta sebelah timur dengan Kecamatan Kembang Tanjong. Pakaian
(sandang) adalah salah satu kebutuhan pokok manusia di samping makanan (pangan) dan tempat tinggal (papan). Selain berfungsi sebagai peunutup tubuh pakaian
juga berfungsi sebagai lambang atau status orang dalam masyarakat, sebab
berpakaian merupakan perwujudan dari sifat manusia yang mempunyai rasa malu dan
ingin menutupi tubuhnya. Pakaian menurut bahasa adalah
segala sesuatu yang menempel pada tubuh dari ujungrambut sampai ujung kaki.
Menurut istilah, busana adalah pakaian yang kita kenakan setiaphari dari
ujung rambut sampai ujung kaki berserta segala pelengkapannya, seperti
tas, sepatu,dan segala macam perhiasan/aksesoris yang melekat padanya.
Citra indah beureunuen merupakan suatu tempat perbelanjaan pakaian yang
menyediakan pakaian dalam kapasitas besar. Citra indah juga berperan aktif
dalam kemajuan perekonomian masyarakat setempat karena Citra Indah menampung
tenaga kerja yang secara otomatif dapat mengurangi pengangguran masyarakat
setempat khususnya. Toko Citra Indah Beureunuen juga menyediakan berbagai model
atau motif pakaian pria, dari celana hingga baju dengan model yang bagus dan
harga dapat dijangkau oleh konsumen.
Seiring dengan perkembangan usaha, Citra Indah Beuereunun merancang
berbagai strategi dalam pemasarannya yaitu strategi pemesan produk dengan model
yang bagus, memilih lokasi penjualan yang strategis dan memesan barang dalam
kapasisitas besar. Alasannya supaya konsumen atau masyarakat tertarik dengan
apa yang di sediakan oleh usahanya. Model adalah rencana,
representasi, atau deskripsi yang menjelaskan suatu objek, sistem, atau
konsep, yang seringkali berupa penyederhanaan atau idealisasi. Bentuknya dapat berupa model fisik
(maket, bentuk prototipe),model citra (gambar rancangan, citra komputer), atau rumusan matematis. model dapat juga merujuk pada: a) Konsep dan teori: model konseptual, model representasi untuk suatu ide atau konseptual, Model data, penjelasan struktur basis data,
model (ekonomi), simulasi teoritis suatu proses ekonomi, model bisnis, rencana yang menjelaskan logika bisnis, model bohr, model dapra dan model osi, b) Representasi objek: model (benda), representasi fisik suatu objek,
Model
berskala, replika atau purwarupa suatu objek, model 3d, representasi tiga dimensi suatu
objek, model (manusia), representasi dari manusia yang dapat ditiru oleh
manusia lainnya dan model standar, c) Pekerjaan : model (pekerjaan), orang yang pekerjaannya sebagai peragaan untuk
menampilkan produk (lihat juga supermodel), organisme model dan model (seni), orang yang pekerjaannya berpose
untuk seni rupa.
Lokasi adalah ilmu yang menyelidiki tata ruang
(spatial order) kegiatan ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis
dari sumber-sumber yang potensial, serta hubungannya dengan atau pengaruhnya
terhadap keberadaan berbagai macam usaha/kegiatan lain baik ekonomi maupun
sosial. lokasi adalah suatu penjelasan teoretis yang dikaitkan
dengan tata ruang dari kegiatan ekonomi. Hal ini selalu dikaitkan pula dengan
alokasi geografis dari sumber daya yang terbatas yang pada gilirannya akan
berpengaruh dan berdampak terhadap lokasi berbagai aktivitas baik ekonomi
maupun sosial.
Persediaan adalah
barang yang dimiliki untuk
dijual atau untuk diproses selanjutnya dijual. Berdasarkan pengertian di atas
maka perusahaan jasa tidak memiliki persediaan, perusahaan dagang hanya
memiliki persediaan barang dagang sedang perusahaan industri memiliki 3 jenis persediaan yaitu
persediaan bahan baku, persediaan barang dalam proses dan persediaan barang
jadi (siap untuk dijual). Secara umum
istilah persediaan barang dipakai untuk menunjukkan barang-barang yang dimiliki
untuk dijual kembali atau digunakan untuk memproduksi barang-barang yang akan
dijual. Dalam perusahaan dagang, barang-barang yang dibeli
dengan tujuan akan dijual kembali diberi judul persediaan barang: a) Bahan baku
dan penolong, bahan baku adalah barang-barang yang akan menjadi bagian dari
produk jadi yang dengan mudah dapat diikuti biayanya. Sedangkan bahan penolong
adalah barang-barang yang juga menjadi bagian dari produk jadi tetapi jumlahnya
relatif kecil atau sulit diikuti biayanya.
Perilaku konsumen adalah kegiatan-kegiatan
individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan menggunakan barang
dan jasa termasuk di dalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan
penentuan kegiatan-kegiatan tersebut. Tahap-tahap
yang dilewati pembeli untuk mencapai keputusan membeli melewati lima tahap, yaitu: pengenalan masalah, pencarian
informasi, evaluasi alternatif, keputusan membeli, tingkah laku pasca pembelian. Produsen dalam mencapai sasaran memerlukan suatu strategi
tersendiri dan terdapat
beberapa faktor yang turut memengaruhi.
Menyikapi hal tersebut, tentunya pelaku
bisnis terutama pemasaran
akan berusaha semaksimal mungkin untuk mempengaruhi perilaku konsumen untuk menjadi mitra maupun terbaiknya. Pihak
pengusaha atau pemasar juga dituntut dapat secara jeli
memprekdisikan perkembangan ekonomi mikro dan makro agar dapat menentukan hasil
yang akan dicapai tidak hanya mengoptimalkan pendapatan yang berbasis pemasaran terpadu tetapi bisnis yang berbasis pada pemasaran
produk kepada konsumen akhir. Problematika seperti ini tidak saja dialami oleh beberapa toko penjualan pakaian, akan tetapi juga dialami oleh perusahaan-perusahaan lain. Hal ini juga dialami oleh toko Citra
Indah Beureunun
Kabupaten Pidie.
Oleh karena itu, toko Citra Indah
Beureunun Kabupaten Pidie dituntut
dapat memprediksikan bagaimana para konsumen akan merespon strategi pemasaran yang diterapkan. Agar dapat mencapai
sasaran yang diinginkan, peran model, lokasi dan persedian barang turut menentukan keberhasilan produk yang dijual. Strategi pengembangan harus dibangun atas
dasar adanya kesinambungan antara diferensiasi model, lokasi dan
persedian barang yang strategis untuk melayani konsumen.
Berdasarkan latar
belakang permasalahan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh Model,
Lokasi dan Persediaan Barang Terhadap Keputusan Konsumen Berbelanja Pada Toko
Citra Indah Kota Beureunun Kabupaten Pidie”.
1. 2 Rumusan
Masalah
Berpijak dari latar belakang
permasalahan di atas, maka penulis dapat merumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:
a)
Bagaimana pengaruh model terhadap Keputusan Konsumen Berbelanja Pada
Toko Citra Indah Kota Beureunun Kabupaten Pidie?
b)
Bagaimana pengaruh lokasi terhadap Keputusan Konsumen Berbelanja Pada
Toko Citra Indah Kota Beureunun Kabupaten Pidie?
c)
Bagaimana pengaruh persediaan barang terhadap Keputusan Konsumen
Berbelanja Pada Toko Citra Indah Kota Beureunun Kabupaten Pidie?
d)
Diantara ketiga variabel dalam penelitian ini, variabel manakah yang
paling dominan mempengaruhi Keputusan Konsumen Berbelanja Pada Toko Citra Indah
Kota Beureunun Kabupaten Pidie?
1.3 Tujuan
Penelitian
Dari hasil penelitian ini hendaknya
memiliki tujuan, adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a)
Untuk mengetahui bagaimana pengaruh model terhadap Keputusan Konsumen
Berbelanja Pada Toko Citra Indah Kota Beureunun Kabupaten Pidie.
b)
Untuk mengetahui bagaimana pengaruh lokasi terhadap Keputusan Konsumen
Berbelanja Pada Toko Citra Indah Kota Beureunun Kabupaten Pidie.
c)
Untuk mengetahui bagaimana pengaruh persediaan barang terhadap Keputusan
Konsumen Berbelanja Pada Toko Citra Indah Kota Beureunun Kabupaten Pidie.
d)
Diantara ketiga variabel dalam penelitian ini, variabel manakah yang
paling dominan mempengaruhi Keputusan Konsumen Berbelanja Pada Toko Citra Indah
Kota Beureunun Kabupaten Pidie.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang hendak dicapai
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a)
Manfaat Teoritis
Sebagai landasan penelitian
yang akan datang, serta dapat menambah pengetahuan dan mengidentifikasi
permasalahan serta dapat memberikan pemecahan masalah bagi masalah yang
dihadapi.
b)
Bagi toko Citra Indah
Sebagai sumber informasi bagi
pihak toko Citra Indah dalam usaha meningkatkan strategi pemasarannya agar
dapat meningkatkan keputusan konsumen dalam melakukan perbelanjaan.
c)
Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan tentang ilmu ekonomi, khususnya dibidang pemasaran sehingga akan
bermanfaat bagi peneliti selanjutnya.
BAB II
KAJIAN TEORITIS
2.1 Pengertian Pemasaran
Pemikiran tentang pemasaran dimulai
dengan kenyataan bahwa manusia mempunyai kebutuhan dan keinginan. Setiap orang
membutuhkan makanan, pakaian, air, rumah dan udara untuk tetap hidup. Di
samping itu mereka juga menginginkan untuk mendapatkan pendidikan, rekreasi dan pelayanan yang lain.
Mereka memerlukan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan mereka. Kebutuhan
dan keinginan konsumen itulah yang menjadi sasaran kegiatan pemasaran. Lebih
jelasnya, kegiatan pemasaran ditujukan untuk menciptakan transaksi jual beli.
Konsumen akan mempunyai kemauan untuk membeli jika mereka merasakan adanya
kebutuhan yang belum terpuaskan/terpenuhi. Jadi kebutuhan konsumen
merupakan peluang dan kesempatan pasar bagi perusahaan. Oleh karena itu, perlu
bagi para pengusaha untuk terus melakukan analisis kebutuhan konsumen secara
berkesinam bungan seiring dengan perubahan selera konsumen dan
lingkungan.
Sunarto (2006 : 4) mendefinisikan
bahwa : “Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang membuat
individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan, lewat
penciptaan dan pertukaran timbal balik produk dan nilai dengan orang lain”. Selanjutnya menurut
Stanton (2008 : 120) mengatakan bahwa: “ Pemasaran
adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukan
untuk merencanakan dan menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan
barang atau jasa yang dapat memuaskan kebutuhan, baik kepada pembeli yang ada
maupun pembeli potensial.”
Gito Sudarmo (2008 : 1) mengartikan pemasaran
sebagai suatu kegiatan yang mengusahakan agar produk yang dipasarkannya itu
dapat diterima dan disenangi oleh pasar. Pendapat lain dari rangkuti (2009 : 21) yang
menyatakan bahwa : ”Pemasaran merupakan
suatu interaksi yang berusaha untuk menciptakan hubungan pertukaran dan bukan
merupakan cara yang sederhana yang hanya sekedar untuk menghasilkan penjualan.”
Machfoedz (2010 : 140) mengemukakan bahwa : ”Pemasaran adalah suatu proses
yang diterapkan perusahaan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen
dengan menyediakan produk (barang dan jasa). Konsumen tertentu yang merupakan
sasaran upaya pemasaran disebut pasar sasaran”. Selanjutnya
Rismiati dan Suratno (2005 : 18) berpendapat
bahwa: “Pemasaran
adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang ditujukan untuk
merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan menditribusikan barang dan
jasa yang dapat memuaskan kebutuhan pembeli yang ada mapun pembeli potensial.”
Dari definisi-definisi pemasaran di atas, kiranya dapat ditarik kesimpulan
bahwa ada dua tujuan dari dua pihak yang berbeda (pembeli dan penjual) yang
harus dicapai oleh pemasaran. Oleh karena itu, pemasaran dilakukan untuk (1)
menilai kebutuhan dari pembeli potensial dan (2) memuaskan kebutuhan tersebut.
Adapun yang disebut sebagai calon pembeli atau pembeli potensial
adalah para individu yang melakukan pembelian untuk dikonsumsi sendiri (dengan
keluarganya) dan organisasi-organisasi yang membeli sesuatu untuk kelancaran
usaha mereka (misalnya perusahaan manufaktur) atau untuk dijual kembali
(misalnya pedagang besar dan pengecer).
Dari berbagai
pengertian pemasaran di atas, Stanton (2008:129)
mengemukakan ada beberapa konsep
pemasaran yang perlu dijelaskan maknanya lebih lanjut :
a)
Kebutuhan,
keinginan dan permintaan
Titik
tolak pemasaran adalah pada kebutuhan dan keinginan manusia di mana setiap
manusia mempunyai kecenderungan memilih dan menyukai jenis barang/jasa
tertentu. Kebutuhan (needs) adalah
suatu keadaan akan sebagian pemuasan dasar yang dirasakan atau disadari.
Kebutuhan ini biasanya tertuju pada sesuatu yang vital dan harus segera
dipenuhi terjadinya, misalnya makan, pakaian dan rumah. Kebutuhan tersebut
muncul dengan sendirinya dan tidak bisa diciptakan oleh siapapun juga. Adapun
yang disebut keinginan (wants) adalah
kebutuhan yang lebih spesifik, hasrat untuk memperoleh pemuas-pemuas tertentu
untuk kebutuhan yang lebih mendalam.Keinginan ini dibentuk oleh pengetahuan,
kebudayaan dan kepribadian seseorang, misalnya keinginan makan nasi goreng,
kemeja merek Arrow. Permintaan adalah keinginan terhadap produk-produk tertentu
yang didukung oleh kemampuan dan kemauan untuk membeli produk itu. Misalnya
banyak orang menginginkan mempunyai mobil BMW tetapi hanya sedikit yang
benar-benar mampu untuk membelinya.
b)
Nilai
Nilai
adalah taksiran konsumen tentang kapasitas produk untuk memuaskan seperangkat
tujuan, jadi nilai merupakan konsep penuntun untuk memilih produk mana yang
memuaskan. Misalnya, untuk menghilangkan rasa lelah, orang bisa memilih untuk
makan, tidur, membaca koran, atau mengobrol dengan teman. Dia akan memberi
nilai tertinggi untuk produk yang sekiranya akan paling memuaskan sebagai
penghilang rasa lelah. Nilai sangat erat berkaitan dengan kepuasan, sehingga
konsep tentang nilai dan kepuasan ini sangat penting dalam pemasaran.
c)
Pertukaran
dan transaksi
Pertukaran
(jual beli) terjadi di dalam pemasaran sebagai cara bagi orang untuk memuaskan
kebutuhan-kebutuhannya. Cara tersebut adalah dengan saling memberi dan menerima
sesuatu dari dan kepada pihak lain. Pada saat orang memproduksi sendiri apa
yang menjadi kebutuhannya, atau dengan merebut secara paksa atau dengan
meminta-minta, maka tidak ada pemasaran. Pertukaran terjadi setelah melalui
proses perundingan dan pada saat tercapai kesepakatan maka terjadi transaksi.
Transaksi adalah dasar jual beli yang terdiri dari suatu perdagangan antar
nilai antar dua pihak. Misalnya Indonesia memberikan pesawat terbang kepada RRC
untuk ditukar dengan beras ketan.
d)
Produk
dan pasar
Untuk
memuaskan kebutuhan dan keinginanya, orang memerlukan sesuatu yang disebut
produk. Produk adalah segala sesuatu yang diberikan kepada seseorang guna
memuaskan suatu kebutuhan atau keinginan. Produk bisa berupa barang, jasa
maupun ide. Sedangkan yang dimaksud pasar adalah :
1)
Tempat, yaitu
tempat di mana pembeli dan penjual dapat bertemu dan berfungsi, barang dan jasa
tersedia untuk dijual, dan terjadi perpindahan hak milik .
2)
Permintaan yaitu
jumlah seluruh permintaan barang atau jasa untuk pembeli-pembeli potensial. Pasar
sebagai pasar efektif, diikuti oleh penyerahan uang.
3)
Orang
yaitu orang-orang yang mempunyai
keinginan untuk puas, mempunyai uang untuk berbelanja dan mempunyai kemauan
untuk membelanjakannya.
Dari pengertian yang ketiga ada tiga unsur dari pasar
yaitu adanya kebutuhan/ keinginan/needs; ada tenaga/daya beli/purchasing power/uang; ada kemauan untuk
membelanjakan uang itu. Dikatakan bahwa pasar adalah orang atau sekumpulan
orang, termasuk di dalamnya organisasi-organisasi ataupun
perusahaan-perusahaan. Mereka semua itu menyadari bahwa mereka mempunyai
kebutuhan yang belum terpenuhi sehingga mempunyai kemauan untuk membeli suatu
produk. Tetapi kemauan saja tidaklah cukup, karena mereka juga harus mempunyai
kemampuan untuk membeli. Kemampuan
membeli misalnya tersedianya uang, waktu ataupun tenaga.
2.2. Pengertian Model
Model adalah pola
(contoh, acuan, ragam) dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan. Model adalah representasi dari suatu objek, benda, atau ide-ide dalam bentuk yang disederhanakan
dari kondisi atau fenomena alam. Model berisi informasi- informasi
tentang suatu fenomena yang dibuat dengan tujuan untuk mempelajari fenomena
sistem yang sebenarnya. Model dapat merupakan tiruan dari suatu benda, system atau kejadian
yang
sesungguhnya
yang
hanya
berisi
informasi- informasi yang dianggap penting
untuk ditelaah. Model dari sebuah sistem
adalah
alat yang kita
gunakan untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan tentang sistem tanpa harus melakukan percobaan. Dalam cara ini kita menggunakan model dalam kehidupan
seari- hari setiap saat. Sebagai contoh, sebuah model dari perilaku seseorang untuk mengatakan bahwa dia orang ”baik”.
Model ini membantu kita untuk menjawab pertanyaan bagaimana dia akan
bereaksi
apabila kita bertanya padanya (Departemen P dan K, 2007).
Erma S uryani (2006:67) menyatakan bahwa model merupakan “ alat yang cukup fleksibel untuk memcahkan masalah yang sulit untuk dipecahkan dengan model
matematis biasa. Model simulasi sangat efektif digunakan untuk sistem yang relatif
kompleks untuk pemecahan analitis dari model tersebut”.
Definisi lain dari Simamarta,
(2005:15) menyatakan model adalah “abstraksi
dari sistem sebenarnya, dalam gambaran yang lebih sederhana serta mempunyai
tingkat prosentase yang bersifat menyeluruh, atau model adalah abstraksi dari
realitas dengan hanya memusatkan perhatian pada beberapa sifat dari kehidupan
sebenarnya”.
Simamarta, (2005:17). mengklarifikasikan Jenis-jenis model dapat dibagi dalam lima
kelas yang berbeda :
a) Kelas
I, pembagian menurut fungsi :
1) Model deskriptif: hanya menggambarkan
situasi sebuah sistem tanpa rekomendasi dan peramalan. Contoh : peta organisasi
3) Model
normatif : model yang menyediakan jawaban terbaik terhadap satu persoalan.
Model ini memberi rekomendasi tindakan-tindakan yang perlu diambil. Contoh:
model budget advertensing, model economics, model marketing.
b) Kelas
II, pembagian menurut struktur.
1) Model
Ikonik : adalah model yang menirukan sistem aslinya, tetapi dalam suatu skala
tertentu. Contoh : model pesawat.
2) Model
Analog : adalah suatu model yang menirukan sistem aslinya dengan hanya
mengambil beberapa karakteristik utama dan menggambarkannya dengan benda atau
sistem lain secara analog. Contoh : aliran lalu lintas di jalan dianalogkan
dengan aliran air dalam sistem pipa.
3) Model
Simbolis : adalah suatu model yang menggambarkan sistem yang ditinjau dengan
simbol-simbol biasanya dengan simbol-simbol matematik. Dalam hal ini sistem
diwakili oleh variabel-variabel dari karakteristik sistem yang ditinjau.
c) Kelas
III, pembagian menurut referansi waktu.
1) Statis
: model statis tidak memasukkan faktor waktu dalam perumusannya
2) Dinamis
: mempunyai unsur waktu dalam perumusannya.
d) Kelas
IV, pembagian menurut referansi kepastian.
1) Deterministik
: dalam model ini pada setiap kumpulan nilai input, hanya ada satu output yang
unik, yang merupakan solusi dari model dalam keadaan pasti.
2) Probabilistik
: model probabilistik menyangkut distribusi probabilistik dari input atau
proses dan menghasilkan suatu deretan harga bagi paling tidak satu variabel
output yang disertai dengan kemungkinan-kemungkinan dari
hargaharga tersebut.
3) Game :
teori permainan yang mengembangkan solusi-solusi optimum dalam menghadapi
situasi yang tidak pasti.
2.3. Pengertian Lokasi
Teori lokasi adalah
ilmu yang
menyelidiki
tata ruang
(spatial order) kegiatan
ekonomi, atau ilmu yang
menyelidiki alokasi geografis dari sumber-sumber yang potensial, serta hubungannya dengan atau pengaruhnya terhadap keberadaan berbagai
macam usaha/kegiatan lain baik
ekonomi maupun social (Tarigan, 2006::98).
Menurut Sirojuzilam, (2006:22). Teori lokasi adalah suatu penjelasan teoretis yang
dikaitkan dengan tata ruang dari kegiatan ekonomi.
Hal ini selalu dikaitkan pula
dengan alokasi geografis dari
sumber daya yang terbatas yang
pada gilirannya akan berpengaruh dan berdampak terhadap lokasi berbagai aktivitas baik ekonomi
maupun social. Selanjutnya Tarigan (2006:76) berpendapat tentang
perbedaan lokasi dari berbagai kegiatan pertanian atas dasar perbedaan sewa lahan (pertimbangan ekonomi). Tarigan (2006:76) menambahkan tentang tingkat sewa lahan paling mahal nilainya adalah
di pusat pasar
dan makin rendah apabila makin jauh dari pasar. Tarigan menentukan hubungan sewa
lahan dengan jarak ke
pasar
dengan menggunakan kurva permintaan. Berdasarkan perbandingan (selisih) antara harga jual dengan biaya produksi, masing-masing
jenis produksi memiliki kemampuan yang berbeda untuk
membayar sewa
lahan. Makin tinggi kemampuan nya
untuk membayar sewa lahan, makin besar kemungkinan kegiatan itu berlokasi dekat pusat pasar. Hasilnya adalah suatu pola
penggunaan lahan berupa diagram cincin. Perkembangan dari teori Tarigan adalah selain harga lahan tinggi di pusat kota dan akan makin menurun
apabila makin
jauh dari pusat kota.
2.4. Persediaan
barang
2.4.1. Pengertian
Persediaan Barang
Pengertian
dari persediaan adalah sebagai suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik
perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam periode usaha yang normal. Menurut Ristono (2009:74) persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang
disimpan untuk digunakan atau dijual pada masa atau periode yang akan datang.
Persediaan terdiri dari persediaan bahan baku, persediaan bahan setengah jadi
dan persediaan barang jadi. Persediaan bahan baku dan bahan setengah jadi disimpan
sebelum digunakan atau dimasukkan ke dalam proses produksi, sedangkan
persediaan barang jadi atau barang dagangan disimpan sebelum dijual atau
dipasarkan. Dengan demikian setiap toko yang melakukan kegiatan usaha umumnya
memiliki persediaan.
Ristono (2009:82) juga menambahkan persediaan merupakan suatu
model yang umum digunakan untuk menyelesaikan masalah yang terkait dengan usaha
pengendalian bahan baku maupun barang jadi dalam suatu aktifitas toko.
Maka dapat diambil
kesimpulan bahwa pengertian pengendalian persediaan merupakan suatu usaha
memonitor dan menentukan tingkat komposisi bahan yang optimal dalam menunjang
kelancaran dan efektifitas serta efisiensi dalam kegiatan toko.
2.4.2. Faktor Persediaan Barang
Dikarenakan persediaan
merupakan salah satu faktor yang menentukan kelancaran produksi dan penjualan,
maka persediaan harus dikelola secara tepat. Dalam hal ini toko harus dapat
menentukan jumlah persediaan optimal, sehingga di satu sisi kontinuitas
produksi dapat terjaga dan pada sisi lain toko dapat memperoleh keuntungan,
karena toko dapat memenuhi setiap permintaan yang datang. Karena persediaan
yang kurang akan sama tidak baiknya dengan persediaan yang berlebihan, sebab kondisi keduanya memiliki beban dan akibat
masing-masing. Bila persediaan kurang,
maka toko tidak akan dapat memenuhi semua permintaan sehingga akibatnya pelanggan akan kecewa dan
beralih ke perusahaan lainnya. Sebaliknya, bila persediaan berlebih, ada
beberapa beban yang harus ditanggung, yaitu :
a)
Biaya penyimpanan di gudang, semakin banyak
barang yang disimpan maka akan semakin besar biaya penyimpanannya.
b)
Risiko kerusakan barang, semakin lama barang
tersimpan di gudang maka risiko kerusakan barang semakin tinggi.
c)
Risiko keusangan barang, barang-barang yang
tersimpan lama akan “out of date” atau ketinggalan jaman.
2.4.3. Jenis
Persediaan Barang
Pembagian jenis persediaan
dapat berdasarkan proses manufaktur yang dijalani dan berdasarkan tujuan.
Pembagian jenis persediaan berdasarkan tujuannya, terdiri dari :
a)
Persediaan pengamanan (safety stock)
Persediaan pengaman atau sering pula disebut safety stock adalah persediaan yang
dilakukan untuk mengantisipasi unsur ketidakpastian permintaan dan penyediaan.
Apabila persediaan pengaman tidak mampu mengantisipasi
ketidak pastian tersebut, maka akan terjadi
kekurangan persediaan (stockout). Faktor-faktor
yang menentukan besarnya safety stock adalah:
1)
Penggunaan bahan baku rata-rata.
Salah satu dasar untuk memperkirakan
penggunaan bahan baku selama periode tertentu, khusunya selama periode
pemesanan adalah rata-rata penggunaan bahan baku pada masa sebelumnya.
2)
Faktor waktu.
Lead
time
adalah lamanya waktu antara mulai dilakukannya pemesanan bahan-bahan sampai
dengan kedatangan bahan-bahan yang dipesan tersebut dan diterima di gudang
persediaan.
3)
Persediaan antisipasi.
Persediaan antisipasi disebut sebagai stabilization stock
merupakan
persediaan yang dilakukan untuk menghadapi fluktuasi permintaan yang sudah
dapat diperkirakan sebelumnya.
4)
Persediaan dalam pengiriman (transit stock).
Persediaan dalam pengiriman disebut work-in process stock adalah persediaan
yang masih dalam pengiriman, yaitu:
a.
External
transit stock adalah persediaan yang masih berada dalam
transportasi.
b.
Internal
transit stock adalah persediaan yang masih menunggu untuk
diproses atau menunggu sebelum dipindahkan.
http://shelmi.wordpress.com/2009/05/05/jenis-jenis-
persediaan/
2.5. Keputusan Pembelian
2.5.1. Pengertian Keputusan
Pembelian
Kehidupan sehari-hari seorang eksekutif, manajer, ketua, direktur, rektor,
bupati, gubernur, menteri, panglima, presiden, atau pejabat apapun,
sesungguhnya adalah kehidupan yang selalu bergumul dengan keputusan. Sebagian
besar dari waktunya harus dicurahkan pada penyelesaian masalah dan pengambilan
keputusan. Seringkali ia merasa hampa apabila dalam satu hari tidak mengambil
satu keputusan. Tidak menjadi soal apakah keputusan itu benar atau mengandung
kelemahan. Oleh sebab itu banyak manajer yang berpendapat bahwa lebih baik
membuat enam kesalahan dari sepuluh keputusan yang ia buat daripada sama sekali
tidak membuat keputusan. Bagi pejabat tersebut yang penting timbul rasa
kepuasan karena dapat mengambil keputusan hari itu.
Berdasarkan uraian di atas, menggambarkan bahwa pengambilan keputusan
adalah aspek yang paling penting dari kegiatan manajemen. Pengambilan keputusan
merupakan pekerjaan sehari-hari dalam manajemen sehingga kita perlu mengetahui
apakah pengambilan keputusan itu, bagaimana kita tiba pada keputusan, apa
keputusan itu, tingkat-tingkat klasifikasinya, dan jenis-jenisnya. Selain itu,
perlu pula diketahui teknik pengambilan keputusan, pendekatan metodenya,
teori-teorinya, etika dalam pengambilan keputusan, peranan birokrasi dalam
pengambilan keputusan dan hubungan antara pengambilan keputusan dan
penyelesaian masalah.
Keputusan (decision) berarti
pilihan (choice), yaitu pilihan dari
dua atau lebih kemungkinan. Namun, hampir tidak merupakan pilihan antara yang
benar dan yang salah, tetapi yang justru sering terjadi ialah pilihan antara
yang ”hampir benar” dan yang ”mungkin salah”. Walaupun keputusan biasa dikatakan sama dengan pilihan,
ada perbedaan penting di antara keduanya. Keputusan adalah ”pilihan nyata”
karena pilihan diartikan sebagai pilihan
tentang tujuan termasuk pilihan tentang cara untuk mencapai tujuan itu, apakah
pada tingkat perorangan atau pada tingkat kolektif. Keputusan kaitannya dengan
proses merupakan keadaan akhir dari suatu proses yang lebih dinamis, yang
diberi label pengambilan keputusan. Keputusan dipandang sebagai proses karena
terdiri atas satu seri aktivitas yang berkaitan dan tidak hanya dianggap
sebagai tindakan bijaksana.
Menurut Frendy Prasetya (2011:26), perilaku konsumen adalah “perilaku yang diperlihatkan konsumen dalam mencari, membeli, meng gunakan, engevaluasi dan
menghabiskan produk dan jasa
yang mereka harapkan
akan memuaskan kebutuhan mereka”.
Selanjutnya Amirullah
(2006 : 61) bahwa:
“Pengambilan keputusan adalah suatu proses penilaian dan pemilihan dari
berbagai alternatif sesuai dengan kepentingan-kepentingan tertentu dengan
menetapkan suatu pilihan yang dianggap paling menguntungkan.”
Pengambilan keputusan
mempunyai arti penting bagi maju mundurnya suatu organisasi, terutama karena
masa depan suatu organisasi banyak ditentukan oleh pengambilan keputusan
sekarang. Pentingnya pengambilan keputusan dilihat dari segi kekuasaan untuk
membuat keputusan, yaitu apakah mengikuti pola sentralisasi atau
desentralisasi. Pengambilan keputusan selain dilihat dari segi kekuasaan juga
dilihat dari segi kehadirannya, yaitu tanpa adanya teori pengambilan keputusan
dministratif, kita tidak dapat mengerti, apakah meramalkan tindakan-tindakan
manajemen sehingga kita tidak dapat menyempurnakan efektivitas manajemen.
Machfoedz (2005 : 44) mengemukakan bahwa “pengambilan keputusan adalah suatu
proses penilaian dan pemilihan dari berbagai alternatif sesuai dengan
kepentingan-kepentingan tertentu dengan menetapkan suatu pilihan yang dianggap
paling menguntungkan”. Proses penilaian itu
biasanya diawali dengan mengindentifi kasi masalah utama yang mempengaruhi tujuan, menyusun, menganalisis, dan
memilih berbagai alternatif tersebut dan mengambil keputusan yang dianggap
paling baik. Langkah terakhir dari proses itu merupakan sistim evaluasi untuk
menentukan efektifitas dari keputusan yang telah diambil. Selanjutnya Swastha dan Handoko (2008 : 110) mengemukakan bahwa : “Keputusan
pembelian merupakan proses dalam pembelian yang nyata, apakah membeli atau
tidak.”
Berdasarkan pola
hubungan antara jenis usaha (masalah) yang paling tinggi dan usaha yang paling
rendah, maka kita dapat membedakan tiga tingkatan pengambilan keputusan
konsumen seperti yang dikemukakan oleh Amirullah (2007 : 62) sebagai berikut:
a)
Extensive problem
solving. Pada tingkat ini konsumen sangat membutuhkan banyak
informasi untuk lebih meyakinkan keputusan yang akan diambilnya. Konsumen dalam
hal ini telah memiliki kriteria-kriteria khusus terhadap barang yang akan
dipilihnya. Pengambilan keputusan extensive
juga melibatkan keputusan multi pilihan dan upaya kognitif serta perilaku yang
cukup besar. Akhirnya, pengambilan keputusan ini cenderung membutuhkan waktu
yang cukup lama.
b)
Limited problem solving. Pada tingkat ini
konsumen tidak begitu banyak memerlukan informasi, akan tetapi konsumen tetap
perlu mencari-cari informasi untuk lebih memberikan keyakinannya. Biasanya
konsumen yang berada pada tingkat ini selalu membanding-bandingkan merek atau
barang dengan menggali terus informasi-informasi. Di sini lebih sedikit
alternatif yang dipertimbangkan dan demikian pula dengan proses integrasi yang
dibutuhkan. Pilihan yang melibatkan pengambilan keputusan terbatas biasanya
cukup cepat, dengan tingkat upaya kognitif dan perilaku yang sedang.
c)
Routinized response
behavior. Karena konsumen telah memiliki banyak pengalaman
membeli, maka informasi biasanya tidak diperlukan lagi. Informasi yang dicari
hanyalah untuk membandingkan saja, walaupun keputusan itu sudah terpikirkan
oleh mereka. Dibandingkan dengan tingkat yang lain, perilaku pilihan rutin
membutuhkan sangat sedikit kapasitas kognitif atau kontrol sadar. Pada
dasarnya, rencana keputusan yang telah dipelajari konsumen diaktifkan kembali dari ingatan dan dilakukan secara
otomatis untuk menghasilkan perilaku konsumen.
Semakin masalah yang
akan diputuskan itu dirasa berada dalam tingkat yang sulit, maka pencarian
informasi (information search) akan
menjadi sangat menentukan efektivitas keputusan. Juga sebaliknya, jika masalah
itu sifatnya rutin akan terjadi berulang-ulang, maka informasi itu hanya
berperan sebagai pembanding karena pengetahuan tentang masalah tersebut sudah
dimiliki. Atau dengan kata lain, jumlah upaya yang digunakan dalam pemecahan
masalah cenderung menurun sejalan dengan semakin dikenalnya suatu produk dan
semakin berpengalamannya seseorang dalam mengambil keputusan.
Swastha (2007:78) menjelaskan bahwa keputusan pembeli dapat
dibedakan kedalam lima peran yaitu:
a)
Pencetus, seseorang yang pertama
kali mengusulkan gagasan untuk membeli suatu produk atau jasa.
b)
Pemberi pengaruh, seseorang yang
pandangan atau sasarannya mempengaruhi keputusan.
c)
Pengambil keputusan, seseorang yang
mengambil keputusan untuk setiap komponen keputusan pembelian, apakah membeli,
tidak membeli, bagaimana membeli, dan di mana akan membeli.
d)
Pembeli, orang yang melakukan
pembelian yang sesungguhnya.
e)
Pemakai, seseorang yang mengkonsumsi
atau menggunakan produk atau jasa yang bersangkutan.
2.5.2. Proses Keputusan
Pembelian
Selanjutnya Swastha (2007:78) Mengatakan terdapat lima peran yang terjadi dalam keputusan membeli :
a)
Pemrakarsa (initiator). Orang yang pertama kali menyarankan membeli suatu
produk atau jasa tertentu.
b)
Pemberi pengaruh (influencer). Orang yang
pandangan/nasihatnya memberi bobot dalam pengambilan keputusan akhir.
c)
Pengambil keputusan (decider). Orang yang sangat menentukan
sebagian atau keseluruhan keputusan pembelian, dengan bagaimana cara membeli,
dan di mana akan membeli.
d)
Pembeli (buyer). Orang yang melakukan pembelian nyata.
e)
Pemakai (user). Orang yang mengkonsumsi atau menggunakan produk atau jasa.
2.5.3. Tahap - tahap dalam Proses Keputusan Membeli
Ada lima tahap yang dilalui konsumen dalam proses
pembelian, yaitu pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif,
keputusan pembelian, dan perilaku pembelian. Model ini menekankan bahwa proses
pembelian bermula sebelum pembelian dan berakibat jauh setelah pembelian.
Gambar II.1 Proses Keputusan
Pembelian
|
a)
Pengenalan Masalah
Proses dimulai saat pembeli menyadari adanya masalah atau
kebutuhan. Pembeli merasakan adanya perbedaan antara yang nyata dan yang
diinginkan. Kebutuhan ini disebabkan karena adanya rangsangan internal maupun
eksternal.
b)
Pencarian Informasi
Seorang konsumen yang terdorong kebutuhannya mungkin,
atau mungkin juga tidak, mencari informasi lebih lanjut. Jika dorongan konsumen
kuat dan produk itu berada di dekatnya, mungkin konsumen akan langsung
membelinya. Jika tidak, kebutuhan konsumen ini hanya akan menjadi ingatan saja.
c)
Evaluasi Alternatif
Konsumen memproses informasi tentang pilihan merek untuk
membuat keputusan terakhir. Pertama, kita melihat bahwa konsumen mempunyai
kebutuhan. Konsumen akan mencari manfaat tertentu dan selanjutnya melihat
kepada atribut produk. Konsumen akan memberikan bobot yang berbeda untuk setiap
atribut produk sesuai dengan kepentingannya.
d)
Keputusan Pembelian
Pada tahap evaluasi, konsumen menyusun merek-merek dalam
himpunan pilihan serta membentuk niat pembelian. Biasanya ia akan memilih merek
yang disukai. Tetapi ada pula faktor yang mempengaruhi seperti sikap orang lain
dan faktor – faktor keadaan yang tidak terduga.
e)
Perilaku Sesudah Pembelian
Sesudah pembelian terhadap suatu produk, konsumen akan
mengalami beberapa tingkat kepuasan atau ketidakpuasan.
f. Kepuasan sesudah
pembelian
Konsumen mendasarkan harapannya kepada informasi yang
mereka terima tentang produk. Jika kenyataan yang mereka dapat ternyata berbeda
dengan yang diharapkan maka mereka merasa tidak puas. Bila produk tersebut
memenuhi harapan, mereka akan merasa puas.
g. Tindakan sesudah
pembelian
Penjualan perusahaan
berasal dari dua kelompok, yaitu pelanggan baru dan pelanggan ulang.
Mempertahankan pelanggan yang lama adalah lebih penting daripada menarik
pelanggan baru. Oleh karena itu, perusahaan harus memperhatikan kepuasan
pelanggan. Jika konsumen merasa puas ia akan memperlihatkan kemungkinan untuk
membeli lagi produk tersebut. Sedangkan konsumen yang tidak puas akan melakukan
hal yang sebaliknya, bahkan menceritakan ketidakpuasannya kepada orang lain di
sekitarnya, yang membuat konsumen lain tidak menyukai produk tersebut.
2.5.4. Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Keputusan Pembelian
Tujuan kegiatan
pemasaran adalah mempengaruhi pembeli untuk bersedia membeli barang-barang dan
jasa perusahaan (di samping barang lain) pada saat mereka membutuhkan. Dengan
mempelajari prilaku konsumen, manajer akan mengetahui kesempatan yang baru yang
berasal dari belum terpenuhinya kebutuhan dan kemudian mengidentifikasikan
untuk mengadakan segmentasi pasar. Assauri (2008 : 110)
Pengenalan konsumen
merupakan usaha atau kegiatan pengumpulan, penganalisaan data/informasi
mengenai profil konsumen. Dalam profil konsumen tercakup informasi mengenai apa
yang dibeli yang merupakan obyek, alasan mengapa pembelian dilakukan yang
merupakan operasi dari pembelian, obyek dan obyektif pembelian termasuk dalam
motif pembelian, sedangkan siapa pembeli atau organisasi untuk pembeliannya
mencakup perilaku pembeli, dan operasi atau bagaimana cara pembelian dilakukan,
termasuk dalam kebiasan pembeli. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Assauri
(2008:114) bahwa maksud pengenalan konsumen agar dapat :
a)
Perusahaan
mengarahkan kegiatan pemasaran agar tertuju pada sasaran pasarnya.
b)
Menghasilkan
sumber-sumber, daya yang ada agar dapat lebih efektif dan efisien
pemanfaatannya, dan
c)
Menciptakan
dan membina pelanggan untuk memperoleh laba yang wajar dengan waktu sepanjang
mungkin. Sehingga perusahaan dapat terus tumbuh dan berkembang.
2.6. Penelitian
Sebelumnya
Penelitian sebelumnyan (Empirik) yang menjadi
acuan bagi penulis dalam penyusunan skripsi ini adalah sebagai
berikut :
Tabel II.1 Penelitian Sebelumnya
Penulis
|
Judul Penelitian
|
Hasil Penelitian
|
Muhammad
Ikbal (2007)
|
Pengaruh Model,. Kualitas produk dan Lokasi Terhadap Keputusan Konsumen dalam membeli celana jeans
levis 501 di Pasar Aceh kota Banda Aceh
|
Variabel Model,. Kualitas produk dan Lokasi berpengaruh terhadap Keputusan
Konsumen dalam membeli
celana jeans levis 501 di Pasar Aceh kota Banda Aceh secara simultan. Variabel Strategi Model mempunyai pengaruh secara parsial
terhadap Keputusan Konsumen dalam membeli celana jeans levis 501 di Pasar Aceh kota Banda Aceh.
Variabel yang paling
dominan mempengaruhi Keputusan Konsumen dalam membeli celana jeans
levis 501 di Pasar Aceh kota Banda Aceh adalah kualitas produk
|
Juliana
(2009)
|
Pengaruh Model dan kualitas Terhadap Keputusan Pembelian
Konsumen Pada Handphone Nokia di Pasar Beureunuen
|
Hubungan antara Model dan kualitas dengan keputusan pembelian konsumen,
berdasarkan uji korelasi Rank Spearman diperoleh nilai 0,656 artinya terdapat
hubungan yang kuat dan positif antara Model dan kualitas dengan keputusan pembelian
konsumen. Variabel yang paling dominan mempengaruhi Keputusan Konsumen dalam membeli celana jeans
levis 501 di Pasar Aceh kota Banda Aceh adalah Model.
|
Dewi Aryani
(2011)
|
Analisis Keputusan Pembelian yang Dipengaruhi oleh Lokasi dan Harga pada Produk Pembalut Wanita Merek
Kotek di Pasar Aceh kota Banda Aceh
|
Pada pengujian secara parsial (uji t) diketahui bahwa Lokasi dan Harga berpengaruh positif dan signifikan
terhadap keputusan pembelian pembalut Kotek. Sementara itu, Lokasi memiliki pengaruh yang dominan dan signifikan terhadap keputusan
pembelian pembalut Kotek.
|
2.7. Kerangka Pikir
Citra indah merupakan yaitu sebuah perusahaan yang bergerak
dibidang penjualan pakaian, untuk mencapai tujuan suatu perusahaan yakni dengan peningkatan pendapatan,
maka perusahaan perlu memperhatikan mengenai strategi yang mempengaruhi keputusan konsumen
dalam membeli pakaian. Adapun strategi pemasaran yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam membeli terdiri dari
: model, lokasi dan persediaan barang. Ketiga variabel tersebut
sangat berpengaruh terhadap keputusan konsumen dalam membeli pakaian yang ditawarkan oleh
perusahaan. Untuk lebih jelasnya akan
dikemukakan alur pikir yang disusun berdasarkan sistematika, analisis dan alat
analisis yang digunakan dalam memecahkan masalah, dapat dilihat pada bagan
berikut ini :
Gambar II.2 Kerangka Pikir
2.8. Hi26potesis
Berdasarkan
permasalahan di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah “Diduga model, lokasi dan
persediaan barang berpengaruh terhadap keputusan konsumen berbelanja pada Toko
Citra Indah Kota Beureunun Kabupaten Pidie”.
DAFTAR PUSTAKA
Amirullah, 2006. Pengantar Manajemen.Cetakan Kedua.Yogyakarta:Graha Ilmu.
Assauri, 2008. Manajemen Produksi dan Operasi. Jakarta: LPFEUI.
Basu Swastha, 2007. Manajemen Pemasaran Moderen. Jakarta: FE UI
Basu Swastha Dharmmesta,Hani, T, Handoko,2008. Manajemen Pemasaran, BPFE,. Yogyakarta
D.A. Simarmata, 2005. Operation Research – Sebuah Pengantar, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,
Dewi Aryani, 2011. Analisis Keputusan Pembelian yang Dipengaruhi oleh Lokasi dan Harga pada Produk Pembalut Wanita Merek Kotek di Pasar Aceh kota Banda Aceh
Juliana, 2009. Pengaruh Model dan kualitas Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Pada Handphone Nokia di Pasar Beureunuen.
Kotler, Philip. 2007. Manajemen Pemasaran, Analisis Perencanaan, Pengendalian,. Prentice Hall, Edisi Bahasa Indonesia, Jakarta: Salemba Empat.
Machfoedz, Mahmud. 2010. Komunikasi Pemasaran Modern. Yogyakarta : Cakra. Ilmu.
Muhammad Ikbal, 2007. Pengaruh Model,. Kualitas produk dan Lokasi Terhadap Keputusan Konsumen dalam membeli celana jeans levis 501 di Pasar Aceh kota Banda Aceh.
Rangkuti, Freddy.2009.”Strategi Promosi yang Kreatif dan Analisis. Kasus. Integrated Marketing Communication”. Jakarta: PT. GramediaPustakaUtama.
Prasetya, Frendy. 2011. Analisis Pengaruh Diferensiasi, Promosi, dan Positioning Terhadap Keputusan Pembelian (studi pada pelanggan sepeda motor merek honda di semarang). Semarang: Universitas Diponegoro.
Ristono, Agus .2009. Manajemen persediaan edisi 1. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Sudarmo, Gito. 2008. Manajemen Keuangan Edisi 4. Yogyakarta: BPFE
Sirojuzilam, 2006. Teori Lokasi. USU Press. Medan.
Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Kunatitatif Kualitatif dan R&D. Bandung. Alfabeta.
Sunarto. 2006. Manajemen Pemasaran 2. Adityamedia, Yogyakarta
Suratno dan Rismiati. 2005. Pemasaran Barang dan Jasa. Kanisius. Jakarta.
Suryani, Erma. 2006. Pemodelan & Simulasi. Graha Ilmu, Yogyakarta.
Tarigan, Robinson. 2006. Perencanaan Pembangunan Wilayah, Bumi Aksara, Jakarta.
Umar, Husein. 2008. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis Edisi Kedua. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
http://shelmi.wordpress.com/2009/05/05/jenis-jenis- persediaan/
William, J.Stanton, 2008, Prinsip-prinsip Pemasaran, Erlangga, Jakarta.
No comments:
Post a Comment