PENGARUH SUASANA TOKO, BARANG DAGANGAN DAN LOKASI TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN PADA PANTE PERAK BANDA ACEH
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pada dasarnya ritel atau retail berarti eceran atau perdagangan eceran. Bisnis ritel dapat didefinisikan sebagai semua kegiatan yang terlibat dalam penjualan barang dan jasa secara langsung ke konsumen akhir untuk penggunaan pribadi dan bukan bisnis (Alma, 2009). Pengertian ini berarti bisnis ritel memainkan perannya sebagai saluran distribusi akhir yang berfungsi untuk menyalurkan barang dan jasa kepada konsumen untuk tujuan konsumtifnya.
Pasar modern di Indonesia telah menjadi pasar yang banyak diminati para pengusaha dalam dan luar negeri terutama untuk ritel minimarket, karena bisnis tersebut sangat maju pesat didukung dengan pengaruh pada gaya hidup masyarakat yang mengarah ke gaya hidup modern. pasar modern (ritel) di indonesia menerapkan sistem waralaba (franchise). Hal yang harus diperhatikan dalam menarik minat beli konsumen yakni penjual harus sanggup menjual kesan yang baik serta lokasi yang nyaman sebelum menjual barangnya, kesan yang dapat membentuk citra terhadap tempatnya.
Disadari atau tidak bisnis ritel kini menjamur hampir dimana-mana baik itu peritel internasional yang mewaralabakan bisnis nya disini ataupun peritel lokal yang sudah mampu memberikan pelayanan dengan kualitas yang sama dengan para peritel dari luar negeri. Berbagai macam ritel tumbuh berkembang salah satunya yang digunakan dalam penelitian ini Indomaret adalah jenis ritel specialty stores (toko produk spesifik), yang merupakan toko eceran yang menjual barang-barang jenis lini produk tertentu saja yang bersifat spesifik yaitu hanya menjual makanan dan minuman serta kebutuhan rumah tangga lainnya serta menerapkan pelayanan self-service (swalayan). Tren yang umum, perubahan gaya hidup modern, serta teknologi yang canggih menjadi faktor utama yang mempengaruhi minat beli konsumen. Disini konsumen tidak hanya memperhatikan dari segi produk dan harga yang ditawarkan saja melainkan perasaan nyaman ketika berada di dalam sebuah gerai ataupun toko.
Store atmosphere merupakan salah satu elemen penting dari retailing mix yang mampu mempengaruhi proses keputusan pembelian konsumen, karena dalam proses keputusan pembeliannya konsumen tidak hanya memberi respon terhadap barang dan jasa yang ditawarkan oleh pengecer, tetapi juga memberikan respon terhadap lingkungan pembelian yang diciptakan oleh pengecer, seperti yang dikemukakan oleh Levy dan Weitz (2008:5): “Customer purchasing behavior is also influenced by the store atmosphere”. Artinya bahwa store atmosphere juga dapat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen. Store atmosphere yang dibuat semenarik mungkin dapat berakibat positif dan akan memberikan keuntungan bagi perusahaan dan hal ini akan membuat konsumen untuk memutuskan pembelian di toko tersebut.
Kotler (2009:15), ketika seorang konsumen masuk ke suatu toko mereka tidak hanya memberikan penilaian produk dan harga yang ditawarkan oleh retailer, tetapi juga memberikan respon terhadap lingkungan yang diciptakan oleh retailer melalui store lay out, display (penataan barang) yang kreatif, desain bangunan yang menarik, pengaturan jarak antar rak, temperatur, dan musik yang dilantunkan. Hal ini tidak hanya memberikan nilai tambah bagi produk yang dijual, tetapi juga menciptakan suasana yang menyenangkan bagi konsumen sehingga konsumen tersebut memilih toko yang disukainya dan pada akhirnya meningkatkan keputusan pembeliannya.
Salah satu ritel modern yang ada di kota Palembang adalah Indogrosir adalah perusahaan yang bergerak di bidang retail Perdagangan barang kebutuhan sehari-hari. Indogrosir melalui gerai modernnya yang lengkap ( meliputi 3.000 – 3.500 item ) telah mengubah pola belanja dan pola pikir masyarakat sehingga lebih menyenangkan berbelanja di pasar modern yang bersih, nyaman dan mudah serta harganya sudah pasti. Strategi yang ditetapkan harus tepat sasaran, agar Indogrosir dapat terus berkembang di tengah persaingan yang ketat.
Produk-produk yang dijual di Indogrosir pun beraneka ragam, baik produk lokal maupun produk import. Selain faktor barang dagangan , faktor lain yang perlu diperhatikan adalah Lokasi, tempat yang strategis atau dekat dengan konsumen akan memudahkan konsumen mendatangi tempat dimana mereka bisa menemukan barang atau jasa yang konsumen butuhkan. Lokasi Indogrosir terletak di pinggir kota Palembang, dan sering terjadi kemacetan. Dalam membuka usaha Lokasi merupakan salah satu faktor penting yang berhubungan dengan pemilihan tempat usaha, karena lokasi yang strategis menentukan volume penjualan sebuah tempat usaha dan sasaran pelanggan. Metode menentukan sebuah lokasi yang strategis yang memiliki akses luas dan fasilitas unggul, menjadi jurus yang tidak bisa ditawar.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan mengambil judul Pengaruh Suasana Toko, Barang Dagangan dan Lokasi Terhadap Minat Beli Konsumen pada Pante Perak Banda Aceh .
1.2 Perumusan Masalah
Adapun permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah seberapa besar pengaruh suasana toko, barang dagangan dan lokasi terhadap minat beli konsumen pada Pante Perak Banda Aceh ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya pengaruh suasana toko, barang dagangan dan lokasi terhadap minat beli konsumen pada Pante Perak Banda Aceh .
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
a. Manfaat Akademis
Dapat menerapkan ilmu yang diperoleh ke dalam praktek di lapangan mengenai suasana took, barang dagangan dan lokasi terhadap minat beli.
b. Manfaat Aplikasi
Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi perusahaan dalam meningkatkan minat beli konsumen.
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
2.1 Pemasaran Ritel
Kegiatan pemasaran pada umumnya merupakan kegiatan yang diartikan secara sederhana sebagai kegiatan memasarkan barang atau jasa umumnya kepada masyarakat, dan khususnya kepada pembeli potensial. Kegaitan dalam pemasaran mendorong pola yang tertata dalam suatu sistem yang disebut ilmu dan juga didorong oleh improvisasi dan kreativitas disebut seni. Pemasaran ritel sebagai kegiatan pemasaran dalam perdagangan eceran menggabungkan kedua unsure tersebut dalam mengaplikasikan kegaitan nya.
Lebih jauh mengenai strategi pemasaran ritel Utami (2009:84) menjabarkan definisi Strategi pemasaran ritel dalam 3 hal sebagai berikut:
1. Pasar sasaran (target market), yaitu segmen-segmen pasar yang direncanakan untuk dilayani terkait dengan aktivitas memfokuskan sumber daya yang harus disiapkan oleh ritel.
2. Format yang direncanakan akan digunakan akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan target pasar. Format ritel adalah gabungan ritel yang didasarkan pada sifat atau ciri barang dan jasa yang ditawarkan, kebijakan penentuan harga, pemasangan iklan dan program promosi, desain toko, dan lokasi khusus.
3. Dasar perencanaan ritel untuk memperoleh keunggulan bersaing yang dapat dipertahankan (sustanaible competitive advantage), atau keuntungan dan persaingan yang dapat dipertahankan dalam jangka panjang.
Dengan demikian tiap strategi ritel akan meliputi (1) pemilihan segmen target pasar dan penentuan format ritel dan (2) pengembangan keunggulan bersaing yang memungkinkan ritel untuk mengurangi tingkat kompetensi yang dihadapi.
Suasana Toko ( Store Atmosphere)
Penampilan toko atau outlet memposisikan gambaran tersendiri dalam benak konsumen. Agar dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai pengertian Store Atmosphere, penulis mengemukakan pengertian Store Atmosphere ini menurut beberapa ahli:
Kotler (2009) Atmosphere (suasana toko) adalah suasan terencana yang sesuai dengan pasar sasarannya dan yang dapat menarik konsumen untuk membeli.
Menurut Berman and Evan (2008), Store Atmosphere memiliki elemen-elemen yang semuanya berpengaruh terhadap suasana toko yang ingin diciptakan. Elemen-elemen tersebut terdiri dari Exterior, Interior, Store Layout, Interior Display, Social Dimensions.
Levy and Weitz (2008)“Customer purchasing behavior is also influenced by the store atmosphere".
Berdasarkan beberapa definisi di atas disimpulkan bahwa store atmosphere merupakan seluruh aspek visual maupun aspek non-visual kreatif yang sengaja dimunculkan untuk merangsang indera kosumen guna melakukan pembelian. Lingkungan pembelian yang terbentuk pada akhirnya menimbulkan kesan yang menarik dan menyenangkan bagi konsumen untuk melakukan pembelian.
2.2 Barang Dagangan (Merchandise)
Kegiatan pedagang eceran atau peritel meliputi perdagangan yang menjual produk dan jasa langsung kepada konsumen. Merchandise adalah produk-produk yang dijual peritel kepada konsumen dalam gerainya kepada konsumen, sedangkan merchandising dapat diartikan sebagai upaya pengadaan dan penanganan barang (Sujana, 2009:12).
Menurut Ma’aruf (2009:32) menjelaskan bahwa merchandising adalah kegiatan pengadaan barang-barang yang sesuai dengan bisnis yang dijalani toko (produk berbasis makanan, pakaian, barang kebutuhan rumah, produk umum, dan lain-lain, atau kombinasi) untuk disediakan dalam toko pada jumlah, waktu dan harga yang sesuai untuk mencapai sasaran dan toko atau perusahaan ritel.
Selanjutnya Sujana (2009:24) menjelaskan bahwa terminologi The 5
Right of merchandising sebagai berikut:
1. Right Merchandise: berarti jenis, model, merek, warna, ukuran, dan lainya yang ingin dibeli oleh konsumen.
2. Right Place: merujuk bukan hanya pada lokasi toko, melainkan barang apa yang selayaknya ada di suatu toko dan tempat pemajangan di took dan tempat pemajangan di dalam toko itu sendiri.
3. Right Quantities: berarti bahwa keberadaan barang dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan konsumen.
4. Right Time: berarti bahwa keberadaan barang di toko pada saat mana konsumen membutuhkanya.
5. Right price: adalah tingkat harga barang yang pantas dan bersaing pada timgkat mana masih memberikan keuntungan bagi retailer.
Kemudian berman and Evans (2008:25) menyebutkan bahwa:
“The Merchandising consists of the activities involved in acquiring particular goods and/or services and making them available at the places, time, and prices, and quantity that will enable the retailer to reach its goals”.
Kedua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa (1) merujuk pada proses pengadaan dan penanganan barang dalam internal retailer, dan (2) merujuk pada kondisi-kondisi jenis, harga, jumlah/kuantitas, waktu, dan tempat merchandise yang disediakan untuk memenuhi kebutuhan konsumen, (3) secara implicit menunjukan bahwa konteks pemenuhan kebutuhan konsumen merupakan kepentingan retailer sebagai pusat penyedia kebutuhan.
Ada empat fungsi merchandising menurut Sujana (2009:54), Yaitu:
1. Pengadaan Barang (Merchandise Purchasing)
2. Kodifikasi dan Sistem Informasi (Merchandising Codification & Information System)
3. Penjualan Barang (Merchandise Selling)
4. Proses Penanganan Barang (Merchandise Handling Process).
Triyono (2008:75) menyatakan bahwa merchandise merupakan senjata inti pertama yang menekankan pada persediaan, harga, kualitas, dan manfaat produk bagi konsumen. Prinsip Quick Response (respons cepat) terhadap kebutuhan dan keinginan pelanggan harus dapat dilaksanakan dengan baik. Prinsip-prinsipnya, apa yang dibutuhkan pelanggan harus dapat ditangkap dengan baik dan untuk memenuhinya, harus ditindaklanjuti dengan langkah-langkah nyata. Oleh karena itu, bagian pembelian harus rajin melihat kompetisi di luar.
2.3 Lokasi
Lokasi atau tempat juga tidak hanya mempresentasikan suatu kemudahan yang akan di dapat oleh konsumen.seperti yang telah dikatakan oleh kotler (2009) lokasi atau tempat juga harus bisa memasarkan atau mempromosikan dirinya sendiri.karenanyanya, lokasi atau tempat pada dasarnya melakukan empat aktivitas yaitu:
a. Jasa yang ditawarkan harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat
b. Harga yang ditawarkan harus bias menarik konsumen
c. Menghadirkan lokasi yang strategis sehingga memudahkan bagi konsumen
d. Lokasi atau tempat akan mempromosikan nilai citra dari tempat itu sendiri sehingga konsumen bias membedakan dengan tempat lain.
Masalah lokasi dianggap paling penting menyangkut kinerja perusahaan tersebut. Menurut sukotjo (2007) ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam memilih lokasi suatu perusahaan antara lain:
a. Dekat Dengan Pasar
b. Dekat Dengan Bahan Baku
c. Ongkos Pengiriman
d. Penyediaan Tenaga Kerja
e. Penyedian Sumber Tenaga ( energy )
f. Lingkungan Sekitar dan Iklim
Dalam strategi pemasaran, adanya pemilihan lokasi usaha yang strategis menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kesuksesan pemasaran dari sebuah usaha. Semakin strategis lokasi usaha yang dipilih, semakin tinggi pula tingkat penjualan dan berpengaruh terhadap kesuksesan sebuah usaha.
Menurut levy (2007) ada beberapa karakteristik dari lokasi yang bias mempengaruhi penjualan dari suatu took atau tempat berjualan makanan yaitu:
1. Visibilitas dari tempat tersebut.yaitu lokasi atau tempat yang dapat dilihat dari jangkauan normal
2. Alur lalu lintas yang melewati lokasi tersebut dan aksesibilitas menuju lokasi tersebut
3. Ketersedian tempat parkir yaitu luas atau tidak nya tempat parkir bagi kendaraan
4. Faktor ketersidaan angkutan umum yaitu lokasi yang dilalui oleh transportasi yang melewati tempat tersebut.
5. Karakteristik dari lokasi yaitu kesetrategisan akan lokasi.
2.4 Minat Beli Konsumen
Minat Beli Konsumen merupakan kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan menggunakan barang dan jasa termasuk didalamnya peruses pengambilan keputusan pada persiapan dan pembentukan kegiatan-kegiatan tersebut (Handoko, 2008).
Minat beli konsumen merupakan tindakan-tindakan dan hubungan sosial yang dilakukan oleh konsumen perorangan,kelompok maupun organisasi untuk menilai.memperoleh dan menggunakan barang-barang serta jasa melalui peruses pertukaran atau pembelian yang di awali dengan proses pengambilan keputusan yang menentukan tindakan-tindakan tersebut.
Menurut Tezza Adriansyah Anwar (2007 ) minat yang kuat dari seorang konsumen tentu saja tidak muncul begitu saja. Kemunculan terjadi setelah melewati beberapa tahap, misalnya bagaimana konsumen melewati tahap perhatian lalu berlanjut ke tahap minat lebih jauh lagi bahwa konsumen tersebut bias menuju ke tahap kehendak. Ketika sudah mencapai tahap ini, setidaknya calon konsumen sudah mempunyai keinginan yang kuat untuk menikmati tersebut namun belum menemukan waktu dan kesempatan yang tepat.
2.6 Kerangka Pemikiran
Gambar 21 Kerangka Pemikiran |
Sumber (Berman dan Evans, 2008)
Kondisi lingkungan toko baik fisik maupun non fisik serta lokasi yang tepat menimbulkan pengaruh terhadap konsumen dalam menentukan pilihannya untuk berbelanja, merchandise merupakan senjata inti pertama yang menekankan pada persediaan, harga, kualitas, dan manfaat produk bagi konsumen. Prinsip Quick Response (respons cepat) terhadap kebutuhan dan keinginan pelanggan harus dapat dilaksanakan dengan baik. Prinsip-prinsipnya, apa yang dibutuhkan pelanggan harus dapat ditangkap dengan baik dan untuk memenuhinya, harus ditindaklanjuti dengan langkah-langkah nyata. Oleh karena itu, bagian pembelian harus rajin melihat kompetisi di luar.lokasi toko yang kurang baik cenderung mematikan minat beli mereka untuk berbelanja pada toko tertentu.
2.7 Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini berdasarkan rumusan masalah, yaitu:
Ho: Suasana toko, barang dagangan dan lokasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap minat beli konsumen di Indo Grosir.
Ha: Suasana toko, barang dagangan dan lokasi berpengaruh secara signifikan terhadap minat beli konsumen di Indo Grosir.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Ruang lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian hanya membahas pengaruh suasana toko, merchandise dan lokasi terhadap minat beli.
3.2 Rancangan Penelitian
Pada penelitian ini penulis menggunakan rancangan sebab akibat atau kausal yang terdiri dari 4 variabel yaitu variabel independen (X) yang diukur melalui suasana toko, barang dagangan dan lokasi serta variabel dependen (Y) adalah variabel yang diukur melalui minat beli.
3.3 Jenis Data dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Guna memperoleh data yang akurat digunakan alat pengumpul data yang tepat agar memperoleh kesimpulan yang tidak menyesatkan. Data primer diperoleh dari pendapat responden mengenai suasana toko dan lokasi dan data sekunder seperti aktivitas perusahaan.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini digunakan dua metode pengumpulan data, yaitu:
1. Metode Kuesioner (Angket)
Merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui Arikunto (2002). Angket yang digunakan adalah tipe pilihan untuk memudahkan bagi responden dalam memberikan jawaban, Alasan mengapa peneliti menggunakan metode angket di dalam penelitian ini antara lain:
a. Responden adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri, sehingga dapat diperoleh data yang lengkap dan benar.
b. Responden memiliki kemampuan untuk menyatukan keinginan yang diinginkan dalama angket.
c. Hemat waktu, tenaga dan biaya.
2 Metode Wawancara
Metode ini digunakan untuk melengkapi data yang belum terungkap dalam angket, mengenai gambaran konsumen dalam melakukan proses belanja, dengan menggunakan pedoman sejumlah pertanyaan untuk memperoleh data yang menunjang penelitian tersebut.
3.5 Populasi dan Sampel
Dalam penelitian ini populasi penelitian adalah masyarakat yang berbelanja di Indogrosir. Sedangkan penarikan sampel di lakukan dengan menggunakan pengumpulan informasi dari anggota populasi yang dengan senang hati bersedia memberikannya. Adapun jumlah responden 100 orang, dengan alasan mengambil 100 responden di dasari oleh Roscoe (1975) dalam buku Uma Sekaran mengusulkan aturan untuk menentukan ukuran sampel adalah sebagai berikut :
1. Ukuran sampel lebih dari 30 dan kurang dari 500 adalah tepat untuk kebanyakan penelitian
2. Dimana sampel di pecah kedalam sub sampel : ( pria / wanita/junior/senior, dan sebagainya), ukuran sampel minimum 30 untuk tiap kategori adalah tepat
3. Dalam penelitian multivariat (termasuk analisis regresi berganda), ukuran sampel sebaiknya beberapa kali (lebih di sukai 10 kali atau lebih) lebih besar dari jumlah variable dalam studi
4. Untuk penelitian eksperimental sederhana dengan control eksperimen yang ketat ( match pair, dan sebagainya), penelitian yang sukses adalah mungkin dengan sampel ukuran antara 10 hingga 20.
3.6 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel
a. Suasana toko (X1) adalah pengembangan karakter fisik dari sebuah toko yang digunakan untuk menarik konsumen dan membangun sebuah citra.
Indikatornya:
- Interior
- Eksterior
- lay out bangunan
- Pegawai yang ramah
- display produk di Indo Grosir.
b. Barang dagangan (X2) adalah upaya pengadaan dan penanganan barang.
Indikatornya:
- Variasi produk yang dijual
- Ketersedian produk lengkap
- Kualitas produk yang dijual
- Kecepatan dalam distribusi produk baru.
- Harga yang ditawarkan
a. Lokasi (X3) adalah tempat tempat keberadaan Indogrosir yang harus dijangkau oleh konsumen yang ingin berbelanja.
Indikatornya :
- Kedekatan lokasi
- Kemudahan dicapai
- Keamanan Lokasi
- Keramaian lokasi
- Kedekatan lokasi parkir
b. Minat beli (Y) adalah tindakan pembelian konsumen dalam memenuhi kebutuhannya pada Indogrosir .
- Keyakinan mengenai kualitas produk
- Keyakinan mengenai desain produk
- Keyakinan mengenai kemasan produk
- Keyakinan mengenai bentuk produk
- Keyakinan mengenai harga yang ditawarkan
3.7 Analisis Regresi Linier Berganda
Metode analisis yang digunakan untuk penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan tehnik regresi linear berganda. Analisis data dilakukan dengan menggunakan alat bantu SPSS 17 For Window dengan rumus :
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e
Dimana:
Y = Minat Beli
a = Konstanta
b1 = Koefisien regresi
X1 = Suasana toko
X2 = Merchandise
X3 = Lokasi
e1 = Error term
Selain itu, melalui regresi berganda akan diketahui juga variabel manakah diantara variabel Suasana toko (X1), barang dagangan (X2) dan lokasi (X3) dimaksud yang paling berpengaruh terhadap minat beli (Y).
3.8. Pengujian Hipotesis
Uji hipotesis dalam penelitian ini dilakukan terhadap hipotesis statistik menggunakan uji t dan uji f.
1) Uji t (uji parsial)
Menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :
a Ho : Tidak adanya pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen.
Ha : Adanya pengaruh antara variabel independen terhadap dependen.
b. Taraf uji α = 0,05
2) Uji F (uji bersama-sama)
. Rumusan yang digunakan adalah sebagai berikut :
a) Ho : Tidak adanya pengaruh antara variabel independen secara simultan terhadap variabel dependen
Ha : Ada pengaruh antara variabel independen secara simultan terhadap variabel dependen.
b) Taraf uji α = 0,05
c) Degree of freedom : dk = k: n-k-1
DAFTAR PUSTAKA
Alma, Buchari. 2009. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, Edisi Pertama, Cetakan Kedua, Bandung: Penerbit Alfabeta.
Anwar, Tezza Ardiansyah, 2007, Pengaruh Lokasi dan Citra Perusahaan Terhadap Minat Konsumen Rogers Cafe dan Lounge Bandung, Jurnal Bisnis, Manajemen dan Ekonomi Fakultas Bisnis dan Manajmen Universitas Widyatama, Bandung.
Asep, sudjana , 2009, Paradigma Baru Manajemen Ritel Modern, Graha Ilmu, Yogyakarta
Basu Swast dan Hani, Handoko. 2008. Manajemen Pemasaran Analisa Perilaku Konsumen. Yogyakarta : BPFE.
Berman, B. dan J. R. Evans. 2008. Retail Management: a strategic approach (8th ed.) Upper saddle River: Pretice Hall International, Inc.
Ghozali, Imam. 2008. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”. Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Husein, Umar, 2008. Metodologi Penelitian, Aplikasi dalam Pemasaran, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Kotler. Philip. 2009. Manajemen pemasaran, jilid II, Edisi kesebelas, Jakarta, P.T Indeks Gramedia.
Kotler& Susanto. 2007. Manajemen Pemasaran. Jakarta. Prenhallindo.
Lamb, W.Hair, Mc. Daniel, Carl, 2009, Pemasaran, Buku Satu, Edisi Pertama, Jakarta, Salemba Empat.
Levy and weitz. 2009. Retailing Management, Mc. Graw Hill, New York.
Ma’ruf, Hendri. 2009. Pemasaran Ritel. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Sugiyono . 2008., Metode Penelitian Administrasi, edisi Sembilan, Bandung:cC.V Alfabeta.
Sutisna. 2008. Perilaku konsumen & komunikasi pemasaran (edisi ke-3). Bandung: Remaja rosdakarya.
Sigit Triyono. 2008. Sukses Terpadu Bisnis Ritel . PT Elex Media Komputindo
No comments:
Post a Comment